Materi 14

Site: LMS-SPADA INDONESIA
Course: Administrasi Dan Supervisi Pendidikan
Book: Materi 14
Printed by: Guest user
Date: Friday, 29 November 2024, 7:58 AM

Description

Sebelum membaca Materi 14, isilah soal-soal Pre Test terlebih dahulu, lalu baca materi secara baik, dan dilanjutkan dengan mengerjakan soal Post Test. Data berapa lama membaca, dan waktu membaca tersimpan dengan lengkap, ikuti dengan benar.

Table of contents

1

A.  Proses

Proses supervisi merupakan rangkaian kagiatan yang dilaksanakan ketika melakukan supervisi. Menurut Tim Pakar Manajemen Pendidikan (2004:53) secara umum proses pelaksanaan supervisi dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu:

  1. 1.    Perencanaan

Kegiatan perencanaan mengacu pada kegiatan identifikasi permasalahan. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan supervisi adalah :

  1. Mengumpulkan data melalui kunjungan kelas, pertemuan pribadi atau rapat staf,
  2. Mengolah data dengan melakukan koreksi kebenaran terhadap data yang dikumpulkan,
  3. Mengklasifikasi data sesuai dengan bidang permasalahan,
  4. Menarik kesimpulan tentang permasalahan sasaran sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
  5. Menetapkan teknik yang tepat digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan profesionalisme Pendidik.
  6. 2.    Pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan nyata yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan Pendidik. Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan pemberian bantuan dari supervisor kepada Pendidik, agar dapat terlaksana dengan efetif pelaksanaannya harus sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan ada follow up untuk melihat keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan supervisi.

  1. 3.    Evaluasi

Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk menelaah keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan supervisi. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif. Sasaran evaluasi supervisi ditujukan kepada semua orang yang terlibat dalam proses pelaksanaan supervisi. Hasil dari evaluasi supervisi akan dijadikan pedoman untuk 

2

menyusun program perencanan berikutnya. Soetopo dan Soemanto (1984: 84-85) mengemukakan evaluasi berpedoman pada tujuan yang telah ditetapkan dan tujuan supervisi dirumuskan sesuai dengan corak dan tujuan sekolah.

Prosedur pelaksanaan supervisi menempuh tiga tahapan, yaitu pertemuan pendahuluan, observasi pendidik yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan (Burhanuddin dkk, 2007:36).

  1. 1.    Tindak Lanjut

Adapun bentuk tindak lanjut supervisi akademik dapat dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut:

  1. Pembinaan

Kegiatan pembinaan dapat berupa pembinaan langsung dan tidak langsung.

1)   Pembinaan Langsung

Pembinaan ini dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya khusus, yang
perlu perbaikan dengan segera dari hasil analisis supervisi. Menurut Sahertian (2000) pembinaan dengan pendekatan langsung berarti supervisor memberikan arahan langsung. Dengan demikian pengaruh supervisor lebih dominan.

Kegiatan pembinaan langsung yang dilakukan
 setelah kepala sekolah selesai melakukan observasi pembelajaran adalah pertemuan pasca observasi. Pada pertemuan ini kepala sekolah memberi balikan
untuk membantu mengembangkan perilaku guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Dari umpan balik itu pula dapat tercipta suasana komunikasi yang tidak menimbulkan ketegangan, tidak menonjolkan otoritas, memberi kesempatan untuk mendorong guru memperbaiki penampilan dan kinerjanya.

Pada kegiatan ini kepala sekolah dapat melakukan lima langkah pembinaan kemampuan guru yaitu:

a)    Menciptakan hubungan-hubungan yang harmonis,

b)   Analisis kebutuhan,

c)    Mengembangkan strategi dan media,

d)   Menilai, dan

e)    Revisi

2)   Pembinaan Tidak Langsung

Pembinaan ini dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya umum yang
perlu perbaikan dan perhatian setelah memperoleh hasil analisis
 supervisi. Sahertian 

3

(2000) menyatakan bahwa: perilaku supervisor dalam pendekatan tidak langsung adalah mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah. Beberapa jenis komponen yang dapat dipilihkepala sekolah dalam membina
guru untuk meningkatkan proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

  1. Menggunakan buku pedoman/petunjuk bagi guru dan bahan
pembantu guru lainnya secara efektif.
  2. Menggunakan buku teks secara efektif.
  3. Menggunakan praktek pembelajaran yang efektif yang dapat
mereka pelajari selama bimbingan teknis profesional/inservice
training.
  4. Mengembangkan teknik pembelajaran yang telah mereka miliki
  5. Menggunakan metodologi yang luwes (fleksibel).
  6. Merespon kebutuhan dan kemampuan individual peserta didik.
  7. Menggunakan lingkungan sekitar sebagai alat bantu pembelajaran.
  8. Mengelompokkan peserta didik secara lebih efektif.
  9. Mengevaluasi peserta didik dengan lebih akurat/teliti/seksama.
    1. Bekerjasama/berkolaborasi dengan guru lain agar lebih berhasil.
    2. Mengikutsertakan masyarakat dalam mengelola kelas.
    3. Memperkenalkan teknik pembelajaran modern untuk inovasi dan
kreatifitas layanan pembelajaran.
    4. Membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan berpikir
kritis, menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan.
    5. Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 mengatur tentang pengawasan proses pembelajaran yang meliputi pemantauan dan supervisi. Berdasarkan peraturan tersebut kegiatan tindak lanjut supervisi akademik dapat dilakukan kepala sekolah dengan pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi. Kepala sekolah dapat memilih alternatif kegiatan tindak lanjut tersebut di atas sesuai dengan analisis hasilsupervisi akademik terhadap komponen-komponen tersebut di atas.

Kepala sekolah menentukan kelompok guru dengan permasalahan yang seperti apa, pada komponen yang mana, dapat diberikan tindak lanjut denganpemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi. Pada setiap kegiatan 

4

tindak lanjut yang dipilih kepala sekolah harus merumuskan latar belakangdan tujuan pemilihan kegiatan, serta target yang harus dicapai. Hal-hal tersebut di atas harus dicantumkan pada program tindak lanjut.

  1. Program  Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik

Agar pelaksanaan tindak lanjut supervisi akademik dapat berlangsung secara.efektif perlu membuat program rencana tindak lanjut.  Modul ini diharapkan membekali peserta menyusun program tindak lanjut hasil supervisi akademik.

Penyusunan program tindak lanjut diawali dengan melakukan analisis kebutuhan peserta berdasarkan analisis hasil supervisi akademik.Analisis kebutuhan merupakan upaya menentukan perbedaan antara pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang dipersyaratkan dan yang secara nyata dimiliki. Analisis kebutuhan ini dapat dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:

  1. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan terkait masalah-masalah pembelajaran dan perbedaan (gap) apa saja yang ada antara pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang nyata dimiliki guru dan yang seharusnya dimiliki guru?Perbedaan tersebut kemudian dikelompokkan, disintesiskan dan diklasifikasikan untuk menentukan jenis kegiatan tindak lanjut.
  2. Mencatat prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi tambahan tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dimiliki guru.
  3. Mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan-kebutuhan khusus pembinaan ketrampilan pembelajaran guru.
  4. Menetapkan jenis  pembinaan ketrampilan pembelajaran guru.
  5. Menetapkan tujuan pemilihan jenis pembinaan.
  6. Mengidentifikasi dukungan lingkungan dan hambatan-hambatannya.
  7. Mengidentifikasi tugas-tugas manajemen yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tindak lanjutseperti keuangan,sumber-sumber belajar, sarana prasarana.

A.  Teknik Teknik Supervisi  Pendidikan

Supervisi pendidikan yang telah dibahas sebelumnya merupakan konsep dan barulah dapat dikonkritkan apabila dilak­sanakan lewat teknik-teknik supervisi berikut ini. Dalam situasi sekarang ini mungkin tidak semua teknik supervisi yang dibeberkan di bawah ini dapat dilaksanakan oleh supervisor, akan tetapi sebagai bahan bacaan perlu disodorkan sebagai rasep ­dapat dipilih oleh masing-masing supervisor untuk dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Model pendekatan dalam supervisi pendidikan seperti telah dijelaskan sebelumnya yakni pendekatan berdasarkan atas banyaknya guru 

5

yang dibimbing dapat di bedakan atas (a) teknik supervisi yang bersifat individual, dan (b) teknik supervisi yang bersifat kelompok.

(Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, 1982 45 dst.) menjelaskan teknik-teknik supervisi pendidikan tersebut sbb :

  1. 1.    Teknik  Supervisi yang  bersifat individual (Individual Technique)

Teknik supervisi yang, bersifat individual dipergunakan apabila orang yang disupervisi dihadapi secara perorangan biasanya dilakukan terhadap individu-individu yang yang mempunyai masalah khusus dan bersifat pribadi. Teknik supervisi yang bersifat individu ini dapat dijelaskan atas beberapa macam, yakni sebagai berikut:

  1. a.    Kunjungan kelas (Glassroom Visitation)

Untuk mengetahui lebih dekat/nyata tentang belajar mengajar guru di kelas, seorang kepala sekolah, penilik pengawas biasanya mengadakan kunjungan pada setiap kelas dimana guru-guru sedang mengajar. Tujuannya untuk menolong guru-guru memecahkan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dan mempelajari sifat dan kualitas cara belajar anak dan bagaimana guru membimbing murid-muridnya. Tujuan lain adalah untuk memperoleh data/informasi tentang situasi belajar mengajar yang berfungsi membantu pertumbuhan profesional guru.

Teknik supervisi dalam bentuk kunjungan kelas ini dapat dibagi atas :

1)   Kunjungan tanpa pemberitahuan sebelumnya

Seorang supervisor secara tiba-tiba mengunjungi kelas sementara guru sedang mengajar. Kunjungan semacam ini biasanya tidak dirancang (didisain) sebelumnya (secara kebetulan) dan mungkin direncanakan oleh supervisor dengan maksud dan tujuan tertentu.  Jenis kunjungan ini mempunyai  kebaikan dan keburukan tertentu.

Kebaikannya:

Supervisor dapat mengetahui keadaan yang sesungguhnya, sehingga dapat menyediakan bantuan/pertolongan yang diperlu-kan/dibutuhkan oleh guru-guru yang disupervisi, guru-guru selalu siap melaksanakan tugasnya dengan baik, dan suasana demikian berpengaruh terhadap suasana belajar murid-murid secara wajar.

Kelemahannya:

Supervisor dianggap tidak demokratis dan tidak kooperatif, guru-guru merasa bingung dan berprasangka bahwa kunjungan tersebut akan menilai tugas-

6

tugas guru dan mencari-cari kesalahan saja, menimbulkan hubungan yang kurang baik sehingga guru-guru tidak merasa senang dikunjungi.

1)   Kunjungan dengan pemberitahuan sebelumnya

Sebelum suatu kunjungan dimulai, supervisor telah menyam-paikan langsung maupun tidak langsung, atau berdasarkan jadwal kunjungan yang telah direncanakan tentang waktu kunjungannya berbagai kelas atau sekolah disampaikan kepada gu­ru-guru atau sekolah yang, akan dikunjunginya.

Keuntungannya:

Guru-guru telah siap menunggu waktu pelaksanaan supervisi, adanya pembagian waktu yang merata bagi semua guru-guru yang memerlukan bantuan supervisor, tercapainya efisiensi kerja dan meningkatkan PBM.

Kelemahannya:

Guru-guru merasa tertekan menunggu gilirannya disupervisi, kemungkinan adanya guru yang disupervisi terlalu lama sehingga  guru lainnya kurang mendapat kesempatan yang cukup, kemungkinan lainnya kurang mendapat kesempatan yang cukup, sebagian guru akan membuat persiapan yang memungkinkan supervisor sulit menemukan kelemahan mereka yang tentunya akan merugikan guru itu sendiri.

2)   Kunjungan atas dasar undangan guru

Kebanyakan guru-guru merasa enggan mengundang supervisor untuk mengamatinya pada saat ia melakukan tugas mengajar. Guru-guru masih belum terbuka menerima kunjungan semacam ini, apalagi yang namanya supervisor umumnya guru merasa tidak senang untuk disupervisinya jika hanya menilai kemampuannya.

Keuntungannya:

Supervisor akan dapat memperoleh pengalaman belajar mengajar yang ia sendiri belum memilikinya, guru yang kurang mampu akan memperoleh tambahan pengalaman jabatan yang lebih banyak sehingga dapat menilai cara mengajarnya sendiri, memungkinkan terciptanya hubungan yang harmonis antara guru-guru dengan supervisor.

Kelemahannya:

Ada kemungkinan terjadi manipulasi tingkah laku dari pihak guru-guru dengan membuat suasana yang tidak wajar, dibuat-buat, misalnya pada saat itu segala sesuatu dipersiapkan secara mantap, padahal di lain waktu keadaanya tidak 

7

demikian, kemudian kelemahan lainnya adalah sulit untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

1)   Observasi Kelas (Class-room Observation)

Observasi kelas biasanya dilakukan melalui dua cara yaitu dengan cara observasi langsung (directed observation) yakni supervisor mengobservasi langsung guru yang mengajar di kelas. Ini berarti supervisor harus berada sama-sama dengan guru dalam kelas: Observasi dapat pula dilakukan dengan cara tak langsung (indirect observation) yakni supervisor dibatasi oleh ruang kaca dimana guru dan  murid-muridnya tidak mengetahuinya, atau dengan alat seperti kamera yang dapat dipantau dari dari jarak jauh. Tujuan observasi ini adalah untuk mendapatkan data semaksimal mungkin sehingga dengan data tersebut dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam proses belajar mengajarnya sehingga dapat dicarikan solusi yang paling tepat. Bagi guru-guru, hasil analisis ini akan dapat membantu untuk merubah cara-cara mengajarnya ke arah yang lebih baik, sedangkan bagi murid-murid sudah tentu dapat menjamin timbulnya pengaruh positif terhadap kemajuan belajarnya.

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka supervisor harus mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi. Dalam hal ini, yang perlu diobservasi antara lain: usaha serta kegiatan guru dan murid dalam hubungan dengan penggunaan bahan dan alat pelajaran, usaha memperoleh pengalaman belajar, faktor lingkungan sosial, fisik sekolah, baik di dalam maupun di luar kelas serta faktor-faktor penunjang lainnya.

Instrumen yang paling sering digunkan dalam kegiatan observasi kelas pada umumnya digunakan “check-list”, yaitu merupakan suatu daftar pertanyaan yang berisi item-item yang memuat aspek-aspek tertentu untuk merekam data dalam melengkapi keterangan-keterangan yang lebih objektif terhadap situasi belajar mengajar di dalam kelas.

2)   Percakapan pribadi (Individual Conference)

Dijelaskan oleh Adam dan Dickey bahwa salah satu alat yang penting dalam supervisi adalah individual conference, yaitu supervisor dan guru dapat bekerja secara individual memecahkan problem-problem pribadi yang berhubungan dengan jabatan mengajar (personal and professional problems), misalnya: Pemilihan dan perbaikan alat-alat pelajaran, penentuan dan penggunaan metode mengajar, dan sebagainya.

8

Menurut Mildred E. Swearingen, ada beberapa jenis percakapan pribadi melalui kunjungan kelas adalah sebagai berikut:

  1. Classroom-conference, yaitu percakapan pada saat murid-murid tidak ada lagi di kelas, misalnya pada waktu murid-murid beristirahat atau mereka sudah pulang. Percakapan ini tetap berlangsung di kelas dimana guru itu mengajar.
  2. Office-conference, yaitu percakapan yang dilaksanakan di ruang kantor atau ruang kepala sekolah, atau ruang guru, dimana lingkungan fisiknya penuh dengan alat-alat pela­jaran yang cukup. Misalnya dalam ruangan yang suasananya tenang dan menyenangkan, dimana ada gambar-gambar untuk menjelaskan sesuatu, atau data hasil penelitian dan sebagainya.
  3. Gausal-conference, yaitu percakapan yang dilaksanakan secara kebetulan (tanpa direncanakan), misalnya sementara dalam pertemuan, atau dalam perjalanan pulang, dsb.
  4. Observational-visitation, yaitu supervisor mengunjungi kelas dimana guru sedang mengajar, untuk mengobservasi ­kegiatan-kegiatan kelas selama pelajaran berlangsung. Hasil observasi itu dibicarakan bersama-sama guru yang bersangkutan untuk mencarikan Jalan pemecahannya.

Tujuan diadakan percakapan pribadi itu antara lain sebagai berikut:

  1. Memberi kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru.
  2. Memupuk dan mengembangkan         hal mengajar yang lebih baik.
  3. Memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang sering dialami oleh  oleh guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah, misalnya malas membuat SAP, kurang membaca buku-buku terbaru, malas mengoreksi dan mengembalikan hasil pekerjaan murid-murid setelah ulangan, dsb.
  4. Menghilangkan dan menghindari segala prasangka (keragu-raguan) guru dalam berbagai masalah mengajar belajar, dsb.

1)   Saling mengunjungi (Intervisitation)

Yang dimaksud dengan intervisitation ialah saling mengunjungi antara rekan guru yang satu dengan rekan guru yang lain yang sedang mengajar untuk saling memberi dan menimba pengalaman di antara sesama rekan guru di sekolah (sekolah yang sama maupun pada sekolah yang berbeda.

Keuntungan yang dapat dipetik dari praktek intervisitation ini, antara lain :

9

  1. Memberi kesempatan kepada guru mengamati rekan guru lain yang sedang memberi pelajaran, terutama dalam penggunaan metode mengajar baru (modern) dan lain sebagainya.
  2. Memberi motivasi yang terarah terhadap aktivitas mengajar guru di kelas.
  3. Membantu guru-guru yang ingin memperoleh pengalaman/ ketram-pilan mengajar tertentu (penggunaan metode, alat/media, pengelolaan kelas, ketrampilan bertanya) kegiatan instruksional lainnya yang penting untuk diketahui oleh guru-guru.
  4. Terbinanya hubungan yang akrab diantara sesama guru maupun dengan supervisor, sehingga diskusi dapat berlangsung secara wajar dan mudah mencari penyelesaiannya.

1)   Menilai diri sendiri (Self Evaluation Check-list)

Self evaluation adalah suatu teknik supervisi individual yang paling, obyektif tetapi yang paling sukar untuk dilakukan, apalagi jika dilakukan dengan kesadaran yang penuh untuk melihat kemampuan diri sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Menilai orang lain rasanya mudah dilakukan, tetapi untuk menilai diri sendiri kadang-kadang tak mampu melaksanakannya, padahal yang paling, tahu tentang segala sesuatu  pada diri kita adalah kita sendiri bukan orang lain. Keadaan sesungguhnya yang terjadi sering dimanipulasi untuk menyatakan yang tidak wajar dan sebaliknya demi untuk memperoleh simpati atau penghargaan dan pujian dari orang lain, dsb.

Instrumen yang digunakan untuk menilai diri sendiri, sering digunakan adalah "check-list", yatu daftar pertanyaan yang disampaikan kepada guru-guru untuk memberikan pendapatnya tentang tugas mengajarnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Biasanya check-list ini      disusun dalam bentuk pertanyaan, balk secara tertutup/secara terbuka tanpa mencantumkan    nama dari responden atau identitas lain yang menimbulkan prasangka yang tidak-tidak dari responden.

  1. 1.    Teknik-teknik Supervisi yang bersifat kelompok (Group Techniques)

Teknik supervisi dalam bentuk kelompok adalah teknik  supervisi yang digunakan bersama-sama antara supervisor dan guru-guru dalam jumlah yang banyak tetapi mempunyai masalah supervisi ini terdiri dari beberapa jenis antara lain :

10

  1. a.    Pertemuan Orientasi  bagi guru baru (Orientation Meeting for new Teacher)

Pertemuan orientasi adalah salah satu bentuk pertemuan yang bertujuan mengantar guru-guru terutama guru-guru untuk memasuki suasana kerja yang baru. Demikian pula terhadap guru-guru yang  baru memangku jabatan baru dalam struktur organisasi sekolah. Hal-hal yang disajikan dalam pertemuan orientasi ini antara lain:

1)   Memberikan informasi perkenalan terhadap sistem kerja dari sekolah dengan melalui percakapan bersama diselingi dengan diskusi bersama.

2)   Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah, penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah.

3)   Tindak lanjut pertemuan ini biasanya diadakan diskusi, lokakarya, dan makan bersama dsb, agar guru-guru baru itu tidak merasa asing tetapi merasa diterima dalam kelompok guru lain.

4)   Memperkenalkan semua staf sekolah, tempat/ruang kerja, tata-tertib sekolah dan lain-lain sebagainya.

  1. b.   Rapat Guru

Rapat guru adalah merupakan salah satu teknik supervisi untuk memperbaiki situasi belajar mengajar di sekolah. Tujuan umum daripada rapat guru ini antara lain sebagai berikut :

1)   Menyatukan pandangan-pandangan guru tentang konsep-konsep umum, makna pendidikan dan fungsi sekolah dalam usaha mencapai tujuan-tujuan tersebut.

2)   Mendorong guru-guru untuk menerima dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, dan mendorong agar mereka tumbuh dan berkembang dalam jabatannya.

3)   Menyatukan pendapat-pendapat tentang metod-metode kerja yang baik yang akan membawa mereka ke arah pencapaian tujuan-tujuan pengajaran di sekolah semaksimal mungkin.

4)   Mengintegrasikan anggota-anggota staf sekolah dan mengkoordinir pekerjaan mereka, mempersatukan pandangan mereka dalam usaha kerjasama mencapai tujuan sekolah.

  1. c.    Diskusi  sebagai proses kelompok

Diskusi adalah merupakan salah satu teknik supervisi yang dilakukan melalui pertukaran pendapat tentang sesuatu masalah untuk mengembangkan ketrampilan para guru dalam mengata­si kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi bersama. Melalui diskusi kelompok, guru-guru merasa turut bertanggung jawab dan

11

berpartisipasi dalam kelompok, adanya interaksi antar guru, serta kontrol yang teliti dan mantap dalam mengemukakan pen­dapat mereka masing-masing. Dengan diskusi ini pula guru-gu­ru dapat memperoleh informasi dan banyak pengalaman dari peserta diskusi yang besar manfaatnya untuk pengembangan profesinya.

  1. a.    Studi kelompok antar guru

Kelompok guru (guru bidang studi) yang mengajarkan mata pelajaran yang sejenis dapat mengadakan studi bersama untuk mempelajari dan membahas atau mendalami bahan pelajaran yang mereka ajarkan. Perencanaan studi ini harus dipersiapkan secara matang dan terperinci mengenai berbagai masalah yang akan dibicarakan, garis-garis besar materi pembahasan sehingga studi ini lebih lancar dan tepat pada sasaran yang mereka inginkan bersama.

  1. b.   Tukar-menukar Pengalaman (Sharing of experience)

Asumsi yang melatar belakangi  teknik ini ialah bahwa guru-guru, pada umumnya adalah orang yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing, sehingga memungkinkan diadakan tukar menukar pengalaman diantara mereka, saling memberi dan menerima dan saling, belajar diantara mereka untuk memperoleh pengalaman-pengalaman, baru yang bermanfaat dalam tugas mereka. Tukar-menukar pengalaman semacam ini lebih bermanfaat jika dibanding dengan penataran yang sering merupakan sesuatu pemborosan, baik waktu, tenaga, biaya dan pikiran para pesertanya.

  1. c.    Lokakarya (Workshop)

Workshop ditafsirkan orang sebagai suatu tempat kerja dimana orang menggunakan macam-macam cara alat untuk suatu; suatu kegiatan belajar kelompok untuk memecahkan suatu problem tertentu; suatu usaha mengembangkan kesanggupan berpikir dan bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan sesuatu masalah; suatu situasi          yang didalamnya orang bekerja dan belajar secara bersama atas tanggung jawab bersama; suatu inservice training education untuk           saling mendengarkan pendapat, member dan menerima pendapat bekerjasama mencari jalan untuk menyelesaikan suatu problem tertentu yang berhubungan dengan tugas jabatannya.

  1. d.   Diskusi panel

Panel diskusi (panel discussion) biasa juga disebut dengan istilah "forum discussion" adalah suatu bentuk diskusi yang dipentaskan dihadapan sejumlah partisipan untuk memecahkan suatu problem. Peserta diskusi ini biasanya terdiri dari 

12

para panelis yang ahli dalam bidang yang didiskusikan, mode­rator (pengarah), expert (tenaga ahli= manusia sumber), penyangga/penanya, dan pendengar. Tujuarnya adalah:

1)   Untuk menjajaki suatu masalah secara terbuka agar supaya dapat memperoleh lebih banyak pengetahuan dan pengertian tentang masalah tersebut dari berbagai sudut pandangan.

2)   Untuk menstimulir para pendengar (partisipan) agar mengarahkan perhatiannya terhadap masalah yang dibahas, melalui dinamika kelompok sebagai hasil interaksi daripada pena‑list.

  1. a.    Seminar

Seminar adalah suatu bentuk pertemuan kelompok dimana sejumlah kecil (10 - 15) orang mengadakan pendalaman/penyelidikan, terhadap berbagai masalah dengan bimbingan secara cermat oleh seorang/beberapa orang pengajar (fasilitator) pada waktu tertentu. Hasil penyelidikan selanjutnya dilaporkan untuk didengar dan didiskusikan untuk ditetapkan suatu kesimpulan bersama sebagai pegangan.

Tujuan daripada seminar ini adalah intensifikasi, integrasi serta aplikasi pengetahuan dan ketrampilan para anggota kelompok dalam suatu latihan yang intensif dengan bimbingan yang cermat dan intensif pula. Maksudnya untuk memanfaatkan sebaik mungkin produktivitas (potensi) berpikir secara kelompok berupa saling tukar-menukar pengalaman dan saling koreksi (menilai) diantara para anggota kelompok lainnya.

  1. b.   Simposium

Simposium (Yunani Purba) syn (dengan) dan posis (minum), yaitu kebiasaan zaman itu setelah suatu pertemuan berakhir semua peserta tidak segera pulang, akan tetapi dipersilahkan duduk santai sambil minum, mendengarkan lagu-lagu dan bertukar pikiran sebagai hiburan intelektual. Simposium dalam arti yang lebih mutakhir dapat dilihat dari dua pengertian:

1)   Kumpulan karangan pendek yang menyangkut sesuatu masalah yang ditulis oleh beberapa ahli, dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku surnber rujukan.

2)   Suatu pertemuan untuk neninjau aspek-aspek dari suatu pokok masalah dari berbagai sudut pandangan  tentang masalah tersebut di depan sejumlah pendengar.

13

Simposium bukan lagi merupakan penjajakan spontan, tetapi bertujuan untuk mengorganisir pengertian dan pengetahuan tentang berbagai aspek masalah, mengumpulkan dan membandingkan­nya  dari berbagai sudut pandangan yang berbeda-beda untuk memperoleh suatu pemahaman yang luas dan seragam untuk kepentingan bahan bacaan/dokumentasi pustaka.

  1. a.    Demonstration Teaching

Demonstrasi mengajar yang berhasil jika hal itu direncanakan dengan teliti, mempunyai tujuan yang nyata, diikuti o­leh jumlah guru-guru yang cukup banyak mendapat kesempatan untuk mengikuti demonstrasi tersebut. Biasanya setiap demonstrasi diadakan kecuali ada hal-hal baru yang perlu disampaikan kepada guru-guru, misalnya cara menggunakan metode mengajar modern, cara membimbing cara, menyajikan bahan untuk menjadikan siswa aktif dalam belajar dan sebagainya.

Guru-guru yang memperhatikan dan sadar akan tujuan demon-strasi tersebut, mencatat dengan teliti dan akan mendiskusikan hal tersebut dengan peninjau-peninjau lainnya (guru supervisor) setelah demonstrasi selesai diadakan.

Ada beberapa kelemahan yang terdapat dalam cara demonstrasi

1)   Perkembangan mengajar itu berpusat pada pusat minat suatu kegiatan yang membutuhkan waktu yang lama demonstrasi mengajar.

2)   Ketidak mampuan beberapa supervisor untuk mengadakan demon-strasi mengajar, padahal supervisor haruslah yang terpilih karena keprofesionalannya.

3)   Banyak guru enggan mengadakan demonstrasi atau membantu supervisor mengadakan demonstrasi mengajar.

  1. b.   Perpustakaan Jabatan Guru

Untuk memperkaya dan memperdalam pengetahuan guru,  maka setiap sekolah seyogyanya mempersiapkan ruang khusus perpustakaan jabatan guru tersebut yang berisi buku-buku, majalah, brosur, dan bahan-bahan bacaan lainnya yang telah diseleksi dengan teliti mengenai bidang studi tersebut. Ruang mana setiap guru dapat membaca dengan tenang sambil memperdalam pengetahuan tentang bidng studi yang diajarkan sehingga ia dapat bertumbuh dalam profesi mengajarnya. Guru-guru yang membaca banyak akan membantu memperkaya kemampuan mengajarnya. Salah satu hambatan yang dihadapi sekolah dewasa ini ialah karena guru-guru cenderung mau berhenti untuk belajar.

14

  1. a.    Buletin Supervisi

Buletin supervisi adalah salah satu alat komunikasi tertulis yang supervisor untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki  situasi belajar mengajarnya. Umumnya buletin supervisi itu dapat diklasifikasikan atas 3  jenis yaitu:

1)   Buletin yang berisi instruksi-instruksi yang umum dari supervisor untuk diketahui oleh guru-guru.

2)   Buletin khusus untuk guru-guru yang dipersiapkan mengikuti suatu rapat atau pertemuan berkala yang akan diadakan.

3)   Buletin yang berisi tindak lanjut sesuatu keputusan, program pendidikan dari kepala sekolah/supervisor dsb.

  1. b.   Membaca langsung (Directed reading)

Teknik supervisi yang dianggap murah dan mudah dilaksanakan adalah membaca langsung pada perpustakaan umum atau di toko-toko atau pada perpustakaan sekolah yang menyediakan banyak sumber bacaan yang berhubungan dengan suatu bidang studi  atau pengetahuan profesi mengajar guru lainnya.

Untuk itu perlu ada usaha peningkatan kegairahan membaca dikalangan para guru, karena hal ini bukan sekedar selingan/rekreasi tetapi sebagai alat pembinaan kemampuan mengajar.

Kesulitan psikologis yang sering dialami adalah harus ­cukup tersedia waktu untuk membaca, kurangnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik dari guru-guru untuk menperdalam pengetahuan profesi-onalnya, karena volume tugas yang terlalu berat bagi guru- guru sehingga seolah-olah mengalami kelumpuhan psikologis. Apalagi. setiap kali membaca harus dibuatkan resume, review atau laporan singkat dari basil bacaan itu.

  1. c.    Mengikuti Kursus Kependidikan

Mengikuti kursus adalah suatu alat untuk mengembangkan profesi guru dalam PBM di sekolah. Tujuannya sebagai penyegaran dan sebagai usaha peningkatan pengetahuan, katrampilan dan sikap tertentu. Sebagai penyegaran karena guru-guru telah memiliki pengetahuan yang sudah terlalu lama dan bersifat ru­tin sehingga perlu diadakan penyegaran agar kegairahan meng­ajar dialihkan dari suasana rutin kepada situasi baru yang menyenangkan. Karena itu, penyegaran adalah suatu conditi sine qua none, merupakan variasi irama hidup dalam proses pengabdian  setiap guru. Bila kursus itu bersifat penataran, maka guru-guru akan memperoleh 

15

pengetahuan dan ketrampilan tambahan sehingga mereka akan mengalami peningkatan kemampuan dalam melaksanakn profesi mereka.

  1. a.    Organisasi Jabatan Guru (Professional organization)

Ikatan guru Indonesia (IGI atau PGRI) adalah wadah yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan profesional guru. PGRI adalah wadah yang  kuat pengaruhnya untuk inservice training        bagi guru-guru melalui kegiatan diskusi, tanya jawab, penataran, konsultasi, bahkan demonstrasi mengajar dan simulasi, simposium, seminar dan sebagainya perlu dikembangkan disitu. Karena wadah          ini akan menanamkan nilai-nilai sosial yang besar. pada guru-guru, berkembangnya ide-ide praktis dan inspirasi-inspirasi baru dan bermanfaat bagi guru yang sukar diperolehnya melalui kegiatan yang lain.

  1. b.   Curriculum Laboratory

Yang dimaksud dengan curriculum laboratory atau liberary adalah suatu tempat yang dijadikan pusat kegiatan belajar dimana guru-guru akan memperoleh sumber-sumber materi yang bermanfaat untuk menambah pengalaman mereka dalam rangka program inservice education. Koleksi dari contoh-contoh model pelajaran yang disajikan secara visual dapat diadakan, misalnya: Contoh-contoh perumusan TKP/TIK yang; baik; menyusun kegiatan belajar mengajar yang baik; penggunaan macam-macam metode mengajar, alat-alat pelajaran yang dapat dibuat guru; alat-alat tes yang baik; buku-buku pelajaran dan sebagainya.

Fungsi dari curriculum laboratory tidak hanya sebagai sumber materi tetapi juga sebagai tempat untuk guru-guru mengadakan penelitian, percobaan dan tempat belajar sambil bekerja baik secara individual maupun kelompok untuk memecahkan masalah belajar mengajar. Tujuannya untuk menyediakan sumber-sumber materi yang berhubungan dengan peningkatan PBM.

Sebenarnya koleksi pengalaman belajar dari tahun ke tahun dapat disusun/dikumpulkan oleh guru-guru secara teratur dan kontinyu untuk melihat perbandingannya. Misalnya bentuk-bentuk persiapan mengajar dari tahun ke tahun yang sering yang berubah, jenis-jenis tes yang pernah dibuat guru dari tahun ke tahun, buku pelajaran yang pernah digunakan guru dari tahun ke tahun, dan sebagainya.

  1. c.    Perjalanan Sekolah untuk anggota staf (Field Trips)

Perjalanan sekolah adalah merupakan suatu alat atau teknik belajar bagi murid-murid dan mengajar bagi guru-guru di sekolah. Sekolah tradisional 

16

(convensional) sering mengadakan field trips itu hanya sebagai selingan pelajaran, atau sebagai cara pelepasan lelah sesudah belajar mengajar selama beberapa waktu, atau saat dimulainya waktu liburan tertentu. Juga bahkan perjalanan sekolah hanya dilakukan oleh guru-guru yang malas dan segan memberi pelajaran dsb. Dengan demikian sekolah tradisional tidak pernah melakukan perjalanan sekolah sebagai teknik belajar. Lain halnya dengan sekolah modern yang mengakui betapa pentingnya perjalanan sekolah sebagai teknik belajar baik murid-murid maupun untuk guru-guru untuk memperkaya pengalaman belajarnya.