Permasalahan pendidikan di Indonesia terkait kualifikasi guru, distribusi yang tidak merata, dan tingkat putus sekolah memiliki beberapa akar penyebab. Banyak guru, terutama di daerah terpencil, belum memenuhi standar kualifikasi S1 karena kurangnya akses ke perguruan tinggi dan terbatasnya pelatihan. Distribusi guru juga timpang, dengan banyak yang lebih memilih mengajar di kota karena kondisi hidup yang lebih baik, meninggalkan daerah 3T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal) kekurangan tenaga pendidik. Selain itu, fasilitas pendidikan di daerah terpencil sering tidak memadai, termasuk infrastruktur yang buruk dan minimnya akses teknologi. Tingkat putus sekolah yang tinggi sering disebabkan oleh masalah ekonomi, jarak sekolah yang jauh, dan kualitas pendidikan yang rendah. Pandemi COVID-19 (2021) semakin memperburuk situasi ini dengan sulitnya penerapan pembelajaran jarak jauh di wilayah-wilayah yang tidak memiliki akses internet.
Menurut laporan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), distribusi guru yang tidak merata serta kurangnya fasilitas di daerah terpencil telah menjadi tantangan utama dalam pemerataan pendidikan di Indonesia . Selain itu, data dari UNESCO juga menunjukkan bahwa faktor ekonomi dan kurangnya infrastruktur pendidikan mempengaruhi tingginya tingkat putus sekolah di berbagai jenjang .