3.2. Forum Diskusi

ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN CSR

ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN CSR

by ELIZA AULYA -
Number of replies: 0

NAMA   : ELIZA AULYA

KELAS    :3A PENDIDIKAN EKONOMI

NPM      :230401010

 

ESSAY

1. Prinsip-prinsip etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)

  1. Definisi CSR (Corporate Social Responsibility) adalah kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dimiliki oleh perusahaan dalam operasional bisnisnya.
  • Mengapa CSR Penting dalam Konteks Bisnis Modern:
  1. Menjaga Nama Baik dan Citra Perusahaan.

Program CSR sangat penting karena tujuan utamanya adalah untuk menjaga citra dan nama baik perusahaan di hadapan masyarakat umum.

  1. Solusi untuk Masalah Lingkungan dan Sosial

Adanya program CSR adalah salah satu bentuk upaya dari perusahaan untuk membantu dan menyelesaikan semua masalah yang ada di lingkungan sekitar, mulai dari lingkungan, sosial, dan ekonomi.

3. Hubungan Baik dengan Stakeholder

Melalui program CSR, perusahaan dapat menciptakan hubungan yang lebih hangat dan bersahabat dengan lingkungan perusahaan.

4. Kebermanfaatan Lingkungan Hidup

Manfaat CSR juga termasuk dalam menjaga lingkungan hidup. 

5. Meningkatkan Kesadaran Merek

CSR dapat meningkatkan brand awareness dan menjadikan nama perusahaan dikenal luas. 

6. Kontribusi Nyata kepada Kemasyarakatan

Program CSR bertujuan sebagai bentuk kontribusi nyata untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan.

  1. Prinsip-prinsip etika bisnis yang penting bagi keberhasilan jangka panjang perusahaan meliputi:

1. Kejujuran : Menjaga komunikasi yang jujur ​​dan transparan untuk membangun kepercayaan dengan semua pemangku kepentingan.

2. Keadilan : Memperlakukan semua pihak secara adil, tanpa diskriminasi, dan memastikan keputusan tidak merugikan pihak tertentu.

3. Tanggung Jawab Sosial : Berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat dan lingkungan, serta meminimalkan dampak negatif dari operasi bisnis.

4. Integritas : Bertindak dengan moralitas tinggi dalam setiap keputusan bisnis, menjaga reputasi perusahaan.

5. Keberlanjutan : Mengutamakan praktik yang tidak hanya menguntungkan secara finansial tetapi juga berkelanjutan bagi generasi mendatang.

c. Perusahaan dapat mengintegrasikan CSR ke dalam strategi bisnis tanpa mengorbankan keuntungan melalui beberapa pendekatan:

1. Pandang CSR sebagai Investasi : Mengubah perspektif untuk melihat CSR sebagai investasi jangka panjang, bukan biaya.

2. Menciptakan Nilai Bersama (CSV) : Mengadopsi konsep Creating Shared Value, dimana perusahaan berusaha menciptakan nilai ekonomi dan sosial secara bersamaan, sehingga meningkatkan keuntungan dan memberikan manfaat bagi masyarakat

3. Keterlibatan Pemangku Kepentingan : Membangun hubungan yang kuat dengan pemangku kepentingan melalui komunikasi yang efektif dan strategi kemitraan, yang dapat memperkuat reputasi dan akses ke modal.

4. Pemanfaatan Teknologi : Pemanfaatan teknologi digital untuk memperluas dampak CSR, meningkatkan efisiensi operasional, dan menjangkau lebih banyak komunitas.

2. Etika dalam pengambilan keputusan bisnis

  1. Membedakan antara keputusan etis dan tidak etis dalam konteks bisnis melibatkan beberapa langkah penting:

1. Analisis Nilai Moral : menentukan apakah keputusan tersebut sesuai dengan prinsip moral yang dianut, seperti kejujuran, keadilan, dan integritas.

2. Dampak Sosial dan Lingkungan : Evaluasi konsekuensi dari keputusan terhadap masyarakat dan lingkungan. Keputusan yang merugikan pihak lain atau lingkungan cenderung dianggap tidak etis.

3. Kepatuhan terhadap Hukum : Pastikan keputusan mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku. Kepatuhan hukum adalah dasar dari etika bisnis.

4. Transparansi : Tanyakan apakah keputusan tersebut dapat dijelaskan secara terbuka kepada pemangku kepentingan. Keputusan yang tidak transparan sering kali menimbulkan keraguan dan dianggap tidak etis.

  1. Saat mengambil keputusan bisnis yang memiliki dampak sosial dan lingkungan, perusahaan harus mempertimbangkan beberapa faktor penting:

1. Dampak Lingkungan : Evaluasi bagaimana keputusan akan mempengaruhi lingkungan, termasuk pengelolaan limbah, penggunaan sumber daya, dan emisi karbon.

2. Kepentingan Pemangku Kepentingan : identifikasi dan pemenuhan kebutuhan serta harapan dari semua pemangku kepentingan, termasuk karyawan, pelanggan, komunitas lokal, dan investor.

3. Jawab Sosial : Mengintegrasikan tanggung jawab sosial ke dalam strategi bisnis untuk memastikan bahwa keputusan mendukung keinginan sosial dan ekonomi masyarakat.

4. Kepatuhan Hukum : Pastikan semua keputusan mematuhi peraturan dan undang-undang yang berlaku terkait lingkungan dan sosial.

5. Inovasi dan Keberlanjutan : Cari cara untuk berinovasi dalam produk atau proses yang mengurangi dampak negatif dan meningkatkan keberlanjutan.

c. Untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim manajemen mematuhi standar etika yang sama dalam mengambil keputusan, perusahaan dapat menerapkan beberapa strategi berikut:

1. Menetapkan Standar Etika Jelas :

Komunikasi Transparan: Manajemen harus menetapkan standar etika yang jelas dan mengkomunikasikannya secara terbuka kepada seluruh anggota organisasi.

2. Memberikan Contoh yang Baik :

Teladan Manajerial : Manajemen harus menjadi contoh yang baik dalam perilaku etis. Mereka harus menanamkan nilai-nilai yang mereka ajarkan dan mempertahankan standar tinggi dalam segala aspek bisnis.

3. Menkomunikasikan Nilai-Nilai Etika Secara Berkala :

Pelatihan dan Komunikasi Internal : Manajemen harus secara teratur mengkomunikasikan pentingnya perilaku etis kepada seluruh tim.

4. Penerapan Sistem Penghargaan dan Sanksi :

Akui dan Hadiahkan Perilaku Eti : Manajemen harus memastikan bahwa perilaku etis diakui dan dihargai, sedangkan pelanggaran etika harus dinyatakan dengan tegas sesuai dengan kebijakan organisasi.

5. Evaluasi Diri dan Pendidikan Etika :

Refleksi dan Belajar : Pemimpin harus selalu merefleksikan tindakannya dan berhenti jika tindakan tersebut sesuai dengan prinsip etika kepemimpinan yang dianut. Melalui evaluasi diri, pemimpin dapat mengidentifikasi area yang memerlukan peningkatan integritas, keadilan, atau empati.

6. Pembuatan Kode Etik Tertulis :

Standarisasi Praktek Bisnis Eti : Banyak perusahaan menuliskan kode etik tertulis yang secara formal menyatakan keinginan mereka melakukan bisnis dengan perilaku yang etis. Hal ini membantu memastikan bahwa semua anggota tim memahami standar yang harus diikuti dan bertindak sesuai dengan itu.

7. Komunikasi Terbuka dan Responsif Terhadap Umpan Balik : – Aktif Mendengar dan Bertindak : Pemimpin harus membuka jalur komunikasi dengan pengajar, termasuk menjadi pendengar aktif, menerima masukan, dan menciptakan lingkungan nyaman bagi anggota untuk berbicara tentang masalah atau perasaannya. Pemimpin juga harus responsif terhadap umpan balik dan bertindak atas komentar tersebut jika diperlukan untuk memperbaiki perilaku atau keputusan yang mungkin melanggar prinsip etika.

3. Implementasi prinsip-prinsip etika dan CSR dalam industri tertentu.

  1. Prinsip-prinsip etika bisnis relatif stabil dan universal, tetapi penerapannya dapat berbeda-beda tergantung pada industri dan konteks spesifik. Namun, beberapa prinsip dasar etika bisnis yang umumnya diterapkan di berbagai industri adalah:

1. Kejujuran dan Transparansi :

Di semua industri, kejujuran dan transparansi adalah hal yang mendasar. Misalnya, dalam industri teknologi, perusahaan harus jujur ​​tentang fitur-fitur produk dan potensi gangguan data.

2. Tanggung Jawab Sosial :

Industri manufaktur misalnya, harus memperhatikan dampak lingkungan dari produksi mereka, seperti limbah industri dan energi yang digunakan. Industri teknologi juga harus memastikan privasi data pelanggan dan mengurangi risiko keamanan siber.

3. Keadilan dan Perlakuan Adil :

Prinsip keadilan berlaku di semua industri. Misalnya, dalam industri keuangan, perusahaan harus memberikan perlakuan yang sama kepada semua investor tanpa diskriminasi.

4. Integritas :

Integritas adalah hal yang esensial dalam semua industri. Dalam industri teknologi, integrasi ini diwujudkan dalam sistem pengembangan yang kompleks dan keamanan data yang tinggi. Di industri keuangan, integritas tercermin dalam pengelolaan dana nasabah dan penghindaran manipulasi data.

5. Keberlanjutan :

Keberlanjutannya adalah prinsip yang semakin populer di semua industri. Misalnya, dalam industri manufaktur, kemiskinan dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya alam yang ramah lingkungan dan mengurangi polusi. Di industri teknologi, keberlanjutan dapat dicapai dengan pengembangan solusi digital yang berkelanjutan dan meminimalkan emisi gas rumah kaca.

  • Industri Teknologi

Privasi Data : Perusahaan teknologi harus sangat memperhatikan privasi data pelanggan dan menggunakannya dengan bijak.

Keamanan Cyber ​​: Tanda ancaman keamanan cyber adalah krusial agar data pelanggan tetap aman.

Inovasi Hijau : Menjelaskan teknologi hijau yang minimalisir dampak lingkungan.

  • Industri Keuangan

Transparansi Laporan : Memberikan laporan keuangan yang transparan dan akurat untuk membangun kepercayaan investor.

Perlindungan Nasabah : Melindungi hak-hak nasabah dan menghindari tindakan yang merugikan.

Regulasi Finansial : mengikuti regulasi keuangan yang ketat untuk menjaga stabilitas pasar.

• Industri Manufaktur

Lingkungan Kerja : Memprioritaskan keselamatan dan kenyamanan pekerja di tempat kerja.

Efisiensi Energi : Menghemat energi dan mengurangi polusi dengan menggunakan teknologi yang lebih efisien.

Produktivitas Tinggi : Fokus pada produksi massal yang efisien tanpa menyertakan standar mutu dan keamanan produk.

b. Perusahaan menghadapi berbagai tantangan dalam menerapkan praktik CSR, terutama dalam industri yang sangat kompetitif:

1. Keterbatasan Sumber Daya : Banyak perusahaan mengalami keterbatasan finansial dan tenaga kerja, yang membatasi kemampuan mereka untuk melaksanakan program CSR secara efektif.

2. Ketidakpastian Regulasi : Perubahan regulasi yang tidak terduga dapat menyulitkan perencanaan dan pelaksanaan inisiatif CSR, sehingga perusahaan harus beradaptasi dengan cepat.

3. Kompleksitas Masalah Sosial dan Lingkungan : Tantangan seperti perubahan iklim dan ketimpangan sosial memerlukan pendekatan yang lebih kompleks dan multidimensi, yang sulit dikelola dalam konteks persaingan bisnis.

4. Harapan Pemangku Kepentingan : Berbagai ekspektasi dari pemangku kepentingan, seperti pelanggan dan investor, dapat menciptakan tekanan tambahan untuk memenuhi standar CSR yang tinggi.

5. Resistensi Internal : Terkadang, ada resistensi dari dalam organisasi terhadap perubahan yang terjadi untuk menerapkan CSR secara efektif, termasuk kurangnya kesadaran di kalangan karyawan.

c. ada beberapa contoh perusahaan yang telah berhasil memperbaiki reputasi mereka melalui keterlibatan aktif dalam Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu:

1. Pemutih Scarlett

Program Kesejahteraan Wanita: Scarlett Whitening, sebuah perusahaan kecantikan asal Indonesia, telah meluncurkan program CSR yang fokus pada kesejahteraan wanita dan kemajuan perempuan. Mereka memberikan donasi sebesar Rp1 miliar sebagai bantuan kemanusiaan untuk Palestina melalui Baznas.

Hasil: Program ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama perempuan, dan memperbaiki reputasi sebagai perusahaan yang peduli dengan isu-isu sosial.

2. Alfamidi

Program Anti Stunting: Alfamidi, sebuah perusahaan ritel, telah bekerja sama dengan DPPKB Kota Ternate dan BKKBN Provinsi Maluku Utara untuk mengentas stunting. Mereka menyampaikan paket nutrisi kepada anak-anak di kelurahan Cengkeh Afo, Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate.

Hasil: Program ini sukses dalam mengurangi jumlah anak stunting dan meningkatkan reputasi Alfamidi sebagai perusahaan yang peduli dengan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak.

Strategi yang Digunakan

1. Identifikasi Isu Lokal: Setiap perusahaan mengidentifikasi isu-isu lokal yang paling memerlukan intervensi, seperti kesehatan, pendidikan, atau lingkungan.

2. Kemitraan Kolaboratif: Bekerja sama dengan organisasi nirlaba, pemerintah lokal, dan komunitas untuk meningkatkan efektivitas program CSR.

3. Transparansi dan Komunikasi: Mengkomunikasikan visi dan misi CSR secara terbuka kepada masyarakat untuk membangun kepercayaan dan dukungan.

4. Monitoring dan Evaluasi: Mengawasi dan memutarkan program CSR secara rutin untuk memastikan bahwa target-targetnya tercapai dan adaptasi terhadap kondisi yang berubah.

4. Tanggapan masyarakat terhadap praktik bisnis yang etis dan CSR

  1. Masyarakat berperan penting dalam mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik bisnis yang lebih etis dan berkelanjutan melalui beberapa cara:

1. Kesadaran dan Pendidikan : Masyarakat perlu meningkatkan pemahaman tentang etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk mendorong perusahaan bertindak secara bertanggung jawab

2. Dukungan terhadap CSR : Memilih produk dari perusahaan yang menerapkan CSR dapat meningkatkan reputasi dan daya saing mereka, serta mendorong inovasi yang berkelanjutan

3. Partisipasi dalam Dialog : Masyarakat dapat terlibat dalam diskusi dan advokasi mengenai praktik bisnis yang etis, memberikan umpan balik kepada perusahaan.

  1. Tentu saja masyarakat cenderung lebih memilih membeli produk atau menggunakan layanan dari perusahaan yang memiliki reputasi baik dalam hal etika dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Penelitian menunjukkan bahwa kesadaran konsumen terhadap CSR berpengaruh positif terhadap evaluasi mereka terhadap aktivitas CSR perusahaan, yang pada gilirannya meningkatkan niat membeli. Selain itu, perusahaan yang dianggap bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan dapat membangun kepercayaan dan loyalitas konsumen, sehingga menciptakan keuntungan kompetitif.
  2. Perusahaan dapat meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam program CSR mereka melalui beberapa langkah berikut:

1. Analisis Kebutuhan Lokal

Identifikasi Masalah: Melakukan analisis kebutuhan sosial, lingkungan, dan ekonomi di sekitar lokasi perusahaan untuk memahami permasalahan nyata yang dihadapi masyarakat.

Program Penyesuaian: Merancang program CSR yang sesuai dengan kebutuhan dan tantangan lokal, sehingga program tersebut relevan dan bermanfaat bagi masyarakat

2. Partisipasi Aktif Masyarakat

Kolaborasi dengan Komunitas: Berkolaborasi secara aktif dengan masyarakat setempat dalam merancang dan mengimplementasikan program CSR. Hal ini tidak hanya menciptakan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara langsung, tetapi juga membangun hubungan yang lebih erat antara perusahaan dan komunitas.

Pelatihan dan Kapasitas: Memberikan pelatihan keterampilan kepada masyarakat setempat untuk meningkatkan kemandirian dan keinginan lingkungan sekitar. Contohnya, memberikan pelatihan keterampilan yang relevan dengan industri atau kegiatan yang sedang digunakan oleh masyarakat

3. Transparansi dan Umpan Balik

Komunikasi Transparan: Menyampaikan informasi yang transparan kepada pemangku kepentingan dan terbuka dalam menerima umpan balik mengenai program CSR. Hal ini membantu membangun kepercayaan dan meningkatkan keterlibatan masyarakat.

Evaluasi dan Adaptasi: Mengevaluasi proyek percontohan dan program adaptasi berdasarkan umpan balik dari masyarakat. Evaluasi ini membantu memastikan bahwa program CSR yang diluncurkan benar-benar efektif dan relevan.

4. Relevansi dan Responsivitas

Dialog Terbuka: Melakukan dialog terbuka dengan masyarakat untuk memahami secara lebih baik tantangan dan peluang yang dihadapi masyarakat setempat. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk merancang program yang sesuai dan dapat memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

5. Apresiasi dan Penghargaan

Memberikan Apresiasi: Memberikan apresiasi kepada perusahaan/pemda yang telah melaksanakan kerjasama pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui program CSR. Hal ini meningkatkan motivasi dan semangat masyarakat untuk terlibat lebih lanjut dalam program CSR.