Bioteknologi di bidang pangan memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas pangan, yang tentunya mendukung pencapaian SDGs pada tujuan ke-2, yaitu No Hunger. Namun, implementasi bioteknologi ini juga menghadapi beberapa risiko dan tantangan. Dari sisi etika, ada kekhawatiran tentang manipulasi genetik yang dapat mengganggu keseimbangan alam. Misalnya, jika semua tanaman di suatu wilayah adalah transgenik, maka akan sulit untuk menemukan tanaman alami di wilayah tersebut. Dari sisi keamanan pangan, ada risiko bahwa tanaman transgenik dapat menghasilkan alergen yang berbahaya bagi konsumen. Misalnya, jika tanaman transgenik menghasilkan protein yang tidak dikenal oleh tubuh manusia, maka konsumen yang mengkonsumsi tanaman tersebut dapat mengalami reaksi alergi. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa petani lokal mungkin kehilangan hak atas tanah mereka jika mereka tidak mampu membeli benih transgenik yang mahal. Misalnya, jika petani tidak mampu membeli benih transgenik, maka mereka mungkin tidak dapat menanam tanaman transgenik, dan tanah mereka mungkin dikuasai oleh petani yang mampu membeli benih tersebut.