Bahan Diskusi Pertemuan 7

pertemuan ke7

pertemuan ke7

by I KADEK RAMA SUTA -
Number of replies: 0

1. Fraksi Nasional di Volksraad

Volksraad adalah dewan perwakilan yang dibentuk oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1918. Meskipun Volksraad memiliki kekuasaan terbatas, kehadiran tokoh-tokoh dari kelompok nasionalis memberikan tekanan signifikan terhadap pemerintah kolonial.

Peran dan Dinamika:

  • Anggota Fraksi Nasional, seperti Mohammad Husni Thamrin, Agus Salim, dan Sutardjo Kartohadikusumo, memperjuangkan aspirasi rakyat Indonesia di Volksraad.
  • Fraksi ini menuntut perubahan sistem kolonial menuju pemerintahan otonom, dengan semangat menciptakan kedaulatan Indonesia.
  • Strategi perjuangan diplomasi di Volksraad menunjukkan kombinasi antara moderasi dan keberanian dalam menghadapi kekuasaan Belanda.

Dampak:

  • Fraksi nasional menjadi penghubung antara elite politik nasionalis dan rakyat.
  • Menginspirasi gerakan politik di luar Volksraad untuk memperjuangkan perubahan sistem kolonial.

2. Petisi Sutardjo (1936)

Petisi Sutardjo adalah usulan yang diajukan oleh Sutardjo Kartohadikusumo di Volksraad pada tahun 1936. Petisi ini meminta pemerintah kolonial Belanda untuk memberikan otonomi bagi Hindia Belanda dalam kerangka persemakmuran.

Isi Petisi:

  • Menuntut agar pemerintah Hindia Belanda diberikan status otonomi dalam waktu 10 tahun.
  • Menekankan perlunya langkah damai dan bertahap menuju kemerdekaan, tanpa mengancam kedudukan Belanda secara langsung.

Reaksi dan Dinamika:

  • Dukungan: Fraksi nasional mendukung petisi ini sebagai jalan kompromi menuju otonomi.
  • Penolakan: Pemerintah Belanda menolak petisi tersebut dengan alasan situasi politik dan ekonomi yang dianggap belum memungkinkan.
  • Kritik dari Nasionalis Radikal: Kelompok nasionalis seperti Sukarno dan Hatta menganggap petisi ini terlalu lunak dan tidak mencerminkan semangat revolusioner.

Dampak:

  • Penolakan terhadap Petisi Sutardjo mempertegas bahwa Belanda tidak bersedia memberikan perubahan berarti.
  • Kegagalan ini memicu kekecewaan dan memotivasi gerakan politik yang lebih tegas, termasuk GAPI.

3. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

GAPI adalah koalisi berbagai organisasi politik yang terbentuk pada tahun 1939 untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Organisasi ini lahir dari kegagalan diplomasi di Volksraad dan kebuntuan setelah penolakan Petisi Sutardjo.

Tuntutan dan Strategi:

  • "Indonesia Berparlemen": GAPI menuntut pembentukan parlemen yang sepenuhnya diisi oleh rakyat Indonesia, sebagai langkah menuju pemerintahan sendiri.
  • Menjalin kerja sama antar organisasi politik lintas ideologi untuk menghadapi Belanda secara kolektif.
  • Aktif melakukan propaganda dan mobilisasi massa untuk menyebarkan ide demokrasi dan kedaulatan nasional.

Dinamika:

  • Meskipun GAPI bersifat moderat, koalisi ini memberikan tekanan politik signifikan terhadap Belanda.
  • Pendekatan GAPI dipandang sebagai kombinasi diplomasi dan mobilisasi massa, yang memperluas basis perjuangan kemerdekaan.

Dampak:

  • GAPI berhasil membangun kesadaran politik yang lebih luas di kalangan masyarakat Indonesia.
  • Ide Indonesia Berparlemen menjadi dasar perjuangan yang kemudian diwujudkan setelah kemerdekaan.

Kesimpulan:

Dinamika politik kolonial yang dipicu oleh fraksi nasional, Petisi Sutardjo, dan GAPI mencerminkan evolusi strategi perjuangan bangsa Indonesia. Dari pendekatan moderat hingga kolaborasi lintas kelompok politik, ketiga elemen ini menunjukkan bagaimana perjuangan menuju kemerdekaan dilakukan melalui jalur diplomasi dan mobilisasi politik. Warisan perjuangan ini mempertegas pentingnya semangat persatuan dan diplomasi dalam membangun cita-cita kebangsaan Indonesia.

 
4o