Memberikan hadiah kepada klien atau pejabat dalam konteks bisnis bisa menjadi wilayah abu-abu antara etika dan suap. Untuk menentukan apakah praktik tersebut etis atau dianggap sebagai suap, beberapa faktor perlu dipertimbangkan:
Niat dan Konteks: Jika hadiah diberikan sebagai tanda apresiasi tanpa harapan balasan yang mempengaruhi keputusan bisnis, mungkin dianggap etis. Namun, jika hadiah dimaksudkan untuk mempengaruhi keputusan bisnis, itu dapat dianggap sebagai suap.
Nilai Hadiah: Hadiah kecil yang wajar, seperti produk promosi atau hadiah simbolis, biasanya dapat diterima. Namun, hadiah dengan nilai tinggi atau barang mewah bisa dianggap sebagai suap, terutama jika diberikan untuk mempengaruhi kebijakan atau keputusan.
Kebijakan Perusahaan: Banyak perusahaan memiliki kebijakan yang mengatur pemberian hadiah. Melanggar kebijakan internal ini bisa dianggap sebagai pelanggaran etika.
Aturan Hukum: Di beberapa negara, memberikan hadiah kepada pejabat pemerintah untuk mendapatkan keuntungan bisnis dianggap ilegal dan dianggap sebagai tindakan korupsi.
Transparansi: Jika pemberian hadiah dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan, biasanya lebih mudah untuk menilainya sebagai praktik yang sah. Sebaliknya, jika dilakukan secara rahasia, kemungkinan besar akan dianggap sebagai suap.