Bioremediasi dalam konteks bioteknologi lingkungan berfokus pada pemulihan lingkungan yang tercemar, dan dalam hal ini, memproduksi biodiesel secara berkelanjutan dapat menjadi langkah positif. Kebijakan produksi dan penggunaan biodiesel di Indonesia yang saat ini banyak bergantung pada minyak kelapa sawit memang memiliki kelebihan, seperti mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan pendapatan petani. Namun, ada beberapa tantangan dan pertimbangan penting:
Kelebihan dan Tantangan Kebijakan Biodiesel
1. Kelebihan
- Sumber Energi Terbarukan: Biodiesel mengurangi emisi gas rumah kaca dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
- Peningkatan Ekonomi Petani: Mendorong pertanian lokal dan memberikan alternatif pendapatan bagi petani.
2. Tantangan
- Deforestasi: Ekspansi perkebunan kelapa sawit sering kali menyebabkan kerusakan hutan dan kehilangan keanekaragaman hayati.
- Persaingan Penggunaan Lahan: Penggunaan lahan untuk kelapa sawit dapat mengganggu pangan dan kebutuhan pertanian lainnya.
Potensi Bahan Baku Alternatif
Selain minyak kelapa sawit, ada beberapa bahan baku alternatif yang bisa digunakan untuk memproduksi biodiesel di Indonesia:
1. Jarak Pagar (Jatropha curcas)
- Tahan terhadap kondisi tanah yang kurang subur dan bisa tumbuh di lahan marginal.
- Produksi minyak yang baik dan tidak bersaing langsung dengan pangan.
2. Minyak Goreng Bekas
- Pemanfaatan limbah minyak goreng dapat mengurangi pencemaran dan memberikan sumber biodiesel yang ekonomis.
- Menyokong konsep ekonomi sirkular.
3. Sorgum dan Tebu
- Sorgum memiliki potensi sebagai sumber biomassa yang baik, sementara tebu dapat menghasilkan etanol yang dapat dicampur untuk biodiesel.
4. Alga
- Memiliki potensi tinggi dalam produksi minyak, serta dapat tumbuh di air tawar dan air laut.
- Proses pertumbuhannya yang cepat dan kemampuannya untuk menyerap CO2 menjadikannya pilihan ramah lingkungan.