Lahirnya Indonesia sebagai negara merdeka merupakan hasil dari dinamika politik yang kompleks. Golongan tua, yang lebih pragmatis, menekankan pentingnya strategi jangka panjang dengan mengandalkan jalur diplomasi dan persiapan yang matang. Misalnya, mereka menginginkan dukungan internasional untuk melegitimasi kemerdekaan Indonesia. Sebaliknya, golongan muda yang lebih radikal, menganggap bahwa tindakan segera tanpa campur tangan Jepang merupakan langkah yang lebih bermartabat. Mereka berupaya mendesak golongan tua melalui aksi-aksi langsung, termasuk Peristiwa Rengasdengklok.
Kesepakatan di antara kedua golongan ini menunjukkan bagaimana masing-masing peran saling melengkapi. Golongan tua menjadi katalisator legitimasi politik, sementara golongan muda mendorong momentum revolusioner yang akhirnya mewujudkan proklamasi pada 17 Agustus 1945.
Sumber Kutipan :
Universitas Islam Internasional Indonesia (UICI). (2024). Golongan muda vs golongan tua dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kumparan. (2023). Perbedaan golongan tua dan golongan muda yang memicu peristiwa Rengasdengklok.