Dalam nanoteknologi, pemilihan antara struktur dua dimensi (2D) atau tiga dimensi s(3D) bergantung pada tujuan aplikasi dan sifat yang ingin dicapai. Jika kita melihat dari sisi fleksibilitas dan efisiensi, struktur 2D sering digunakan karena memiliki luas permukaan yang besar, konduktivitas yang tinggi, serta respons yang cepat. Struktur 2D adalah material dengan ketebalan yang sangat kecil tetapi memiliki luas permukaan yang besar. Contoh dari struktur 2D adalah grafena, lapisan fosforus hitam, MXene, dan bahan lainnya. Struktur 2D sering digunakan karena memiliki sifat unik seperti konduktivitas tinggi, kemampuan adsorpsi yang baik, dan interaksi permukaan yang luas.
Di sisi lain, struktur 3D memiliki keunggulan dari sisi stabilitas, arsitektur kompleks, dan kapasitas penyimpanan yang lebih banyak. Struktur ini cocok untuk aplikasi yang memerlukan lingkungan berpori atau area aktif yang lebih luas untuk mendukung reaktivitas kimia atau biologis, seperti dalam elektrokatalis dan pengembangan biomaterial.
Kalau kita bicara tentang mana yang lebih sering digunakan, saya kira struktur 2D masih menjadi pilihan utama dalam banyak penelitian dan pengembangan, terutama untuk aplikasi sensor dan elektrokatalis karena sifatnya yang lebih sederhana dan fleksibilitas produksi yang lebih tinggi. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi dan kebutuhan untuk aplikasi yang lebih kompleks, penggunaan struktur 3D juga semakin populer, terutama dalam konteks penyimpanan energi dan desain material dengan sifat berpori.