Izin memberi sanggahan,
Pendapat bahwa Budi Utomo adalah organisasi modern pertama kurang tepat karena cakupannya terbatas pada kalangan priyayi dan mahasiswa STOVIA, dengan tujuan yang bersifat elitis dan berfokus pada pendidikan untuk golongan atas. Sarekat Dagang Islam (SDI), yang berdiri sebelumnya, justru memiliki cakupan lebih luas karena melibatkan pedagang kecil dan masyarakat umum. Selain itu, klaim bahwa Politik Etis membuka akses pendidikan bagi pribumi juga perlu ditinjau ulang. Kebijakan ini hanya memberikan akses pendidikan kepada kalangan elit pribumi, seperti anak-anak priyayi, sementara rakyat kebanyakan tetap tidak terjangkau. Dana pendidikan seperti Studie Fonds yang digagas oleh dr. Wahidin Sudirohusodo hanyalah upaya terbatas yang tidak mampu menjangkau seluruh masyarakat. Sementara itu, Sarekat Islam (SI), yang awalnya didirikan untuk melindungi pedagang lokal, berkembang menjadi kekuatan politik yang signifikan di bawah H.O.S. Cokroaminoto, dengan fokus yang lebih luas pada isu ekonomi, sosial, dan keagamaan. Selain itu, peran faktor eksternal, seperti kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905 dan Gerakan Pan-Islamisme, juga tidak bisa diabaikan karena memengaruhi semangat bangsa Indonesia untuk melawan kolonialisme. Oleh karena itu, meskipun pendapat tersebut memberikan gambaran awal tentang pergerakan nasional, ada kekurangan dalam melihat aspek inklusivitas, keterbatasan akses pendidikan, peran politik organisasi, serta pengaruh global yang turut membentuk dinamika pergerakan nasional.
Pendapat bahwa Budi Utomo adalah organisasi modern pertama kurang tepat karena cakupannya terbatas pada kalangan priyayi dan mahasiswa STOVIA, dengan tujuan yang bersifat elitis dan berfokus pada pendidikan untuk golongan atas. Sarekat Dagang Islam (SDI), yang berdiri sebelumnya, justru memiliki cakupan lebih luas karena melibatkan pedagang kecil dan masyarakat umum. Selain itu, klaim bahwa Politik Etis membuka akses pendidikan bagi pribumi juga perlu ditinjau ulang. Kebijakan ini hanya memberikan akses pendidikan kepada kalangan elit pribumi, seperti anak-anak priyayi, sementara rakyat kebanyakan tetap tidak terjangkau. Dana pendidikan seperti Studie Fonds yang digagas oleh dr. Wahidin Sudirohusodo hanyalah upaya terbatas yang tidak mampu menjangkau seluruh masyarakat. Sementara itu, Sarekat Islam (SI), yang awalnya didirikan untuk melindungi pedagang lokal, berkembang menjadi kekuatan politik yang signifikan di bawah H.O.S. Cokroaminoto, dengan fokus yang lebih luas pada isu ekonomi, sosial, dan keagamaan. Selain itu, peran faktor eksternal, seperti kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905 dan Gerakan Pan-Islamisme, juga tidak bisa diabaikan karena memengaruhi semangat bangsa Indonesia untuk melawan kolonialisme. Oleh karena itu, meskipun pendapat tersebut memberikan gambaran awal tentang pergerakan nasional, ada kekurangan dalam melihat aspek inklusivitas, keterbatasan akses pendidikan, peran politik organisasi, serta pengaruh global yang turut membentuk dinamika pergerakan nasional.