Forum Diskusi Modul V: Social Enterpreneurship

Kewirausahaan sosial

Kewirausahaan sosial

by LALU TOPAN HIDAYAT -
Number of replies: 0

Jika CSV dilakukan oleh perusahaan - perusahaan besar dalam rangka memperoleh

keuntungan melalui usaha pemberdayaan masyarakat dan sekaligus mampu menyelesaikan

permasalahan sosial, maka usaha masyarakat yang diberdayakan tersebut adalah sosial

kewiraswastaan. Menurut Grassl (2012), terdapat 9 (sembilan) model sosial

kewirausahaan, yaitu model dukungan pengusaha, model perantara pasar,

model pekerjaan, model fee-for-service, model klien berpenghasilan rendah, koperasi

model, model keterkaitan pasar, model subsidi layanan, dan model organisasi

model pendukung.

1. Model Dukungan Pengusaha

Model ini bertujuan untuk memberikan dukungan terhadap pelaku usaha kecil dan menengah

dalam bentuk pelatihan, kredit kredit kecil, konsultasi, maupun dukungan teknis. Model

ini sebagaimana yang dilakukan oleh Muhammad Yunus melalui Grameen Bank sebagaimana mestinya

penjelasan sebelumnya.

2. Model Perantara Pasar

Model ini berkonsentrasi pada upaya dukungan kepada pelaku usaha di pemasaran

(pemasaran), baik dalam bentuk konsultasi strategi pemasaran atau membantu menjual

produk yang dihasilkan pelaku usaha. TOPLA merupakan kewirausahaan sosial yang didirikan oleh Save the Children bersama dengan lembaga non profit di Haiti lainnya untuk

membantu perempuan produsen makanan menjual produknya. Tidak hanya membantu

dalam penjualan produk, TOPLA juga membantu memberikan nilai tambah bagi produksi

perempuan-perempuan Haiti tersebut dengan memberikan pelatihan terkait peningkatan

kualitas produk, produktivitas dan standar produk, dan peralatan produksi (4lenses.org,

2021).

3. The Employment Model

Melalui model ini, pengusaha memberikan anggota masyarakat pelatihan dan kesempatan

untuk bekerja di perusahaannya. Keuntungan yang diperoleh dari mempekerjakan anggota

masyarakat yang telah dilatih tersebut digunakan untuk membiayai pelatihan berikutnya.

salah satu perusahaan yang mengadopsi model ini adalah Microsoft ketika Paul G. Allen, co-

founder Microsoft, pada tahun 2017 memberikan uang sebesar lima puluh juta dollar kepada

University of Washington untuk mendirikan Paul G. Allen School of Computer Science &

Engineering. Upaya ini dilakukan bukan semata-mata agar lebih banyak anggota masyarakat

yang memiliki kesempatan untuk bisa mempelajari ilmu komputer di universitas, tetapi juga

agar di masa depan Microsoft bisa mendapatkan sumber daya manusia yang handal dari

kampus-kampus yang mereka dirikan.

4. The Fee-for-Service Model

Model yang meminta bayaran atas layanan sosial yang diberikan, misalnya rumah sakit,

sekolah, museum, dan sebagainya. Bagaimana mungkin seseorang yang berada di dalam jerat

kemiskinan dapat membebaskan diri dengan membayar untuk layanan yang ia butuhkan

untuk keluar dari jeratan tersebut? Sejumlah negara di dunia yang menyadari bahwa

pendidikan tinggi adalah salah satu kunci untuk dapat membebaskan seseorang dari

kemiskinnan memberikan program yang dapat diakses oleh mahasiswa miskin untuk tetap

bisa melanjutkan pendidikan tinggi, dalam bentuk pinjaman pendidikan.

Seperti yang dilakukan The Marashi Institute di Afrika Selatan (changecreator.com, 2021).

Marashi Institute menyadari bahwa mengandalkan donor bagi pendidikan tidak akan baik

untuk jangka panjang, maka mereka meminta mahasiswa miskin untuk tetap membayar biaya

kuliah dengan jumlah yang lebih terjangkau dan dapat dijadikan pinjaman yang bisa

dibayarkan nantinya setelah mereka berpenghasilan. Tetapi tentu pendidikan saja tidaklah

cukup. Dunia kerja membutuhkan pengalaman atas ilmu yang telah dipelajari di kampus-

kampus, maka Marashi membangun usaha kecil yang dapat dikelola oleh mahasiswa-

mahasiswa tersebut. Ribuan mahasiswa yang dibantu Marashi tidak hanya memperoleh

pengalaman dari usaha yang mereka jalani tetapi juga pemasukan tambahan.

5. Model Klien Berpenghasilan Rendah

Model ini juga berupa layanan langsung berbayar yang disediakan bagi anggota masyarakat

yang memiliki pendapatan rendah, misalnya rumah sakit atau layanan kesehatan. tujuan

adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dari segi kesehatan, pendidikan, dan

kesempatan. Pada model ini mungkin saja dilakukan program subsidi silang sehingga

dapat mereka jangkau. Seperti yang dilakukan Scojo Foundation di India (4lenses.org, 2021)

yang memberikan pelayanan di bidang kesehatan mata. Awalnya Scojo memberikan donasi

kaca mata baca gratis kepada warga miskin di India, hingga kemudian mereka menyadari

bahwa cara tersebut tidak dapat dilakukan secara jangka panjang. Akhirnya mereka

berinovasi dengan membuat dua target layanan yaitu masyarakat dengan sosial ekonomi

menengah ke atas dan masyarakat dengan sosial ekonomi rendah dan miskin.

6. The Cooperative Model

Model ini merupakan model yang paling dikenal dan paling sering digunakan di dunia.

Biasanya berbentuk organisasi dengan anggota yang membayar iuran rutin untuk kegiatan

atau hal yang mereka sepakati bersama, contohnya koperasi simpan pinjam dan koperasi

karyawan. Pada banyak wilayah di Indonesia, ada juga yang berbentuk koperasi yang

berfungsi untuk mempermudah pekerjaan warga, misalnya Koperasi Unit Desa (KUD). KUD

biasanya bertugas membantu petani/nelayan untuk membeli bahan baku dalam jumlah besar

dan/atau menjual hasil panen, sehingga petani/nelayan tidak lagi bergantung pada tengkulak

dan bisa terbebas dari pinjaman dengan bunga besar.

7. The Market Linkage Model

Model ini menghubungkan pelaku usaha dengan pasar usahanya, tetapi tidak melalui

pemasaran langsung melainkan menjadi mitra penghubung. Biasanya model ini menyediakan

layanan riset data dan informasi pasar serta produk kepada pelaku usaha. banyak pelaku

usaha kecil dan menengah yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi pasar

yang mereka tuju dan produk apa yang cocok untuk pasar tersebut, model ini membantu

pelaku usaha kecil menengah untuk menentukan hal-hal tersebut, sekaligus menghubungkan

pelaku usaha dengan pembeli. Dalam skala kecil, proses yang dilakukan aplikasi ojek online

(seperti Gojek) sedikit banyaknya mengadopsi model ini (Utami, et. al., 2020).

8. The Service Subsidization Model

Model ini biasanya mendanai program sosialnya dengan menjual produk atau layanan kepada

masyarakat umum. Di dalam usaha yang mereka jalani, terdapat program sosial yang mereka

lakukan, dan pembiayaannya dibebankan kepada keuntunggan dari perusahaan mereka.

Misalnya firma hukum yang menjual jasa kepada masyarakat mungkin saja memiliki program

sosial untuk memberikan layanan hukum gratis kepada masyarakat miskin dengan

pembiayaan yang berasal dari keuntungan mereka memberikan layanan hukum kepada

masyarakat mampu. Atau seperti yang dilakukan oleh Blake Mycoskie, founder dari TOMS,

merek sepatu asal Amerika, yang mendonasikan satu pasang sepatu kepada orang miskin

untuk setiap pasang yang terjual (changecreator.com, 2021).

9. The Organizational Support Model

Seperti halnya service subsidization model, model ini juga menjual produk atau layanan yang

keuntungannya digunakan untuk membiayai program sosial. Biasanya program sosial