Jika CSV dilakukan oleh perusahaan - perusahaan besar dalam rangka memperoleh
keuntungan melalui usaha pemberdayaan masyarakat dan sekaligus mampu menyelesaikan
permasalahan sosial, maka usaha masyarakat yang diberdayakan tersebut adalah sosial
kewiraswastaan. Menurut Grassl (2012), terdapat 9 (sembilan) model sosial
kewirausahaan, yaitu model dukungan pengusaha, model perantara pasar,
model pekerjaan, model fee-for-service, model klien berpenghasilan rendah, koperasi
model, model keterkaitan pasar, model subsidi layanan, dan model organisasi
model pendukung.
1. Model Dukungan Pengusaha
Model ini bertujuan untuk memberikan dukungan terhadap pelaku usaha kecil dan menengah
dalam bentuk pelatihan, kredit kredit kecil, konsultasi, maupun dukungan teknis. Model
ini sebagaimana yang dilakukan oleh Muhammad Yunus melalui Grameen Bank sebagaimana mestinya
penjelasan sebelumnya.
2. Model Perantara Pasar
Model ini berkonsentrasi pada upaya dukungan kepada pelaku usaha di pemasaran
(pemasaran), baik dalam bentuk konsultasi strategi pemasaran atau membantu menjual
produk yang dihasilkan pelaku usaha. TOPLA merupakan kewirausahaan sosial yang didirikan oleh Save the Children bersama dengan lembaga non profit di Haiti lainnya untuk
membantu perempuan produsen makanan menjual produknya. Tidak hanya membantu
dalam penjualan produk, TOPLA juga membantu memberikan nilai tambah bagi produksi
perempuan-perempuan Haiti tersebut dengan memberikan pelatihan terkait peningkatan
kualitas produk, produktivitas dan standar produk, dan peralatan produksi (4lenses.org,
2021).
3. The Employment Model
Melalui model ini, pengusaha memberikan anggota masyarakat pelatihan dan kesempatan
untuk bekerja di perusahaannya. Keuntungan yang diperoleh dari mempekerjakan anggota
masyarakat yang telah dilatih tersebut digunakan untuk membiayai pelatihan berikutnya.
salah satu perusahaan yang mengadopsi model ini adalah Microsoft ketika Paul G. Allen, co-
founder Microsoft, pada tahun 2017 memberikan uang sebesar lima puluh juta dollar kepada
University of Washington untuk mendirikan Paul G. Allen School of Computer Science &
Engineering. Upaya ini dilakukan bukan semata-mata agar lebih banyak anggota masyarakat
yang memiliki kesempatan untuk bisa mempelajari ilmu komputer di universitas, tetapi juga
agar di masa depan Microsoft bisa mendapatkan sumber daya manusia yang handal dari
kampus-kampus yang mereka dirikan.
4. The Fee-for-Service Model
Model yang meminta bayaran atas layanan sosial yang diberikan, misalnya rumah sakit,
sekolah, museum, dan sebagainya. Bagaimana mungkin seseorang yang berada di dalam jerat
kemiskinan dapat membebaskan diri dengan membayar untuk layanan yang ia butuhkan
untuk keluar dari jeratan tersebut? Sejumlah negara di dunia yang menyadari bahwa
pendidikan tinggi adalah salah satu kunci untuk dapat membebaskan seseorang dari
kemiskinnan memberikan program yang dapat diakses oleh mahasiswa miskin untuk tetap
bisa melanjutkan pendidikan tinggi, dalam bentuk pinjaman pendidikan.
Seperti yang dilakukan The Marashi Institute di Afrika Selatan (changecreator.com, 2021).
Marashi Institute menyadari bahwa mengandalkan donor bagi pendidikan tidak akan baik
untuk jangka panjang, maka mereka meminta mahasiswa miskin untuk tetap membayar biaya
kuliah dengan jumlah yang lebih terjangkau dan dapat dijadikan pinjaman yang bisa
dibayarkan nantinya setelah mereka berpenghasilan. Tetapi tentu pendidikan saja tidaklah
cukup. Dunia kerja membutuhkan pengalaman atas ilmu yang telah dipelajari di kampus-
kampus, maka Marashi membangun usaha kecil yang dapat dikelola oleh mahasiswa-
mahasiswa tersebut. Ribuan mahasiswa yang dibantu Marashi tidak hanya memperoleh
pengalaman dari usaha yang mereka jalani tetapi juga pemasukan tambahan.
5. Model Klien Berpenghasilan Rendah
Model ini juga berupa layanan langsung berbayar yang disediakan bagi anggota masyarakat
yang memiliki pendapatan rendah, misalnya rumah sakit atau layanan kesehatan. tujuan
adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dari segi kesehatan, pendidikan, dan
kesempatan. Pada model ini mungkin saja dilakukan program subsidi silang sehingga
dapat mereka jangkau. Seperti yang dilakukan Scojo Foundation di India (4lenses.org, 2021)
yang memberikan pelayanan di bidang kesehatan mata. Awalnya Scojo memberikan donasi
kaca mata baca gratis kepada warga miskin di India, hingga kemudian mereka menyadari
bahwa cara tersebut tidak dapat dilakukan secara jangka panjang. Akhirnya mereka
berinovasi dengan membuat dua target layanan yaitu masyarakat dengan sosial ekonomi
menengah ke atas dan masyarakat dengan sosial ekonomi rendah dan miskin.
6. The Cooperative Model
Model ini merupakan model yang paling dikenal dan paling sering digunakan di dunia.
Biasanya berbentuk organisasi dengan anggota yang membayar iuran rutin untuk kegiatan
atau hal yang mereka sepakati bersama, contohnya koperasi simpan pinjam dan koperasi
karyawan. Pada banyak wilayah di Indonesia, ada juga yang berbentuk koperasi yang
berfungsi untuk mempermudah pekerjaan warga, misalnya Koperasi Unit Desa (KUD). KUD
biasanya bertugas membantu petani/nelayan untuk membeli bahan baku dalam jumlah besar
dan/atau menjual hasil panen, sehingga petani/nelayan tidak lagi bergantung pada tengkulak
dan bisa terbebas dari pinjaman dengan bunga besar.
7. The Market Linkage Model
Model ini menghubungkan pelaku usaha dengan pasar usahanya, tetapi tidak melalui
pemasaran langsung melainkan menjadi mitra penghubung. Biasanya model ini menyediakan
layanan riset data dan informasi pasar serta produk kepada pelaku usaha. banyak pelaku
usaha kecil dan menengah yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi pasar
yang mereka tuju dan produk apa yang cocok untuk pasar tersebut, model ini membantu
pelaku usaha kecil menengah untuk menentukan hal-hal tersebut, sekaligus menghubungkan
pelaku usaha dengan pembeli. Dalam skala kecil, proses yang dilakukan aplikasi ojek online
(seperti Gojek) sedikit banyaknya mengadopsi model ini (Utami, et. al., 2020).
8. The Service Subsidization Model
Model ini biasanya mendanai program sosialnya dengan menjual produk atau layanan kepada
masyarakat umum. Di dalam usaha yang mereka jalani, terdapat program sosial yang mereka
lakukan, dan pembiayaannya dibebankan kepada keuntunggan dari perusahaan mereka.
Misalnya firma hukum yang menjual jasa kepada masyarakat mungkin saja memiliki program
sosial untuk memberikan layanan hukum gratis kepada masyarakat miskin dengan
pembiayaan yang berasal dari keuntungan mereka memberikan layanan hukum kepada
masyarakat mampu. Atau seperti yang dilakukan oleh Blake Mycoskie, founder dari TOMS,
merek sepatu asal Amerika, yang mendonasikan satu pasang sepatu kepada orang miskin
untuk setiap pasang yang terjual (changecreator.com, 2021).
9. The Organizational Support Model
Seperti halnya service subsidization model, model ini juga menjual produk atau layanan yang
keuntungannya digunakan untuk membiayai program sosial. Biasanya program sosial