Pejuang Muda

DHEA FORTUNA
07.2018.1.03453

Menurut saya, karena disetiap daerah mempunyai bahasa, adat, keunikan masing-masing sehingga tidak dapat terlepaskan. Pembelajaran bahasa indonesia di setiap sekolah dapat menunjang komunikasi bahasa indonesia baik secara aktif maupun pasif. Dengan belajar membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Hasilnya menguatkan kemampuan siswa untuk memahami setiap maksud yang disampaikan oleh menutur baik dalam bentuk lisan dan/atau tulisan. Siswa dilatih mengingat, meneliti kata-kata istilah dan memaknainya. Selain itu juga akan menemukan informasi yang belum diketahuinya.

Dengan menulis dan berbicara, siswa dapat merefleksikan hasil bacaan dan pengamatannya. Kemampuan berbahasa ekspresif yang secara produktif dapat menghasilkan tuturan bermakna dalam bentuk lisan dan tulisan sehingga difahami. Siswa dapat mengaktualisasikan setiap realitas yang terlihat dalam bentuk komunikasi dengan orang lain.

Menurut saya, pemakaian bahasa indonesia tetap ditempatkan sesuai dengan kedudukan dan fungsinya seperti halnya dengan penggunaan bahasa daerah. Bahasa ibu dalam konteks Indonesia mencakup bahasa daerah dan bahasa Indonesia yang juga berperan sebagai bahasa nasional. Memang benar bahasa daerah tidak bisa disampingkan namun pastinya bahasa Indonesia tentu saja tidak asing di telinga mereka. Jika masyarakat di sana cenderung menggunakan bahasa daerah, hal-hal yang kita bisa lakukan adalah beradaptasi dengan mempelajar bahasa daerah mereka dan secara perlahan kita mengajari mereka bahasa indonesia. kita bisa bekerja sama dengan dinas setempat untuk memberikan pelatihan terutama kepada guru guru untuk pengomptimalan penggunaan bahasa indonesia.

Memang sangat susah mengatasinya, tetapi mungkin bisa bersama dengan teman yang berasal dari daerah aslinya

Halo saya menulis ini setelah melaksanan verval di lapangan selama beberapa hari, izin berbagi cerita, ya.
Ada salah satu anggota tim kami yang kebetulan tidak bisa berbahasa daerah di lokasi vervalnya, tentu saja pada awalnya dia sangat kesulitan menjalin komunikasi dengan masyarakat setempat, oleh karenanya saat berkunjung ke rumah-rumah warga harus didampingi oleh anggota tim lain yang menguasai bahasa daerah tersebut. Perbedaan bahasa bukan hanya sekadar perbedaan media komunikasi saja, melainkan juga perbedaan budaya oleh karenanya, perlu adaptasi yang tidak sebentar untuk dapat menyesuaikan diri.
Saat diajak berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, mereka menjawab menggunakan bahasa daerah sehingga sering terjadi miss komunikasi, sementara itu teman saya yang mrupakan seorang pendatang belum memahami masyarakat setempat. Akan tetapi, seirimg berjalannya waktu, ketika dia sudah mengenali masyarakat setempat dia dapat berkunjung ke rumah rumah warga tanpa didampingi lagi. Meski dia tidak dapat berbahasa daerah, dia sudah tahu bagaimana mengajak mereka berbahasa Indonesia dengan cara-cara yang sopan yang sesuai dengan kultur masyarakat setempat.