Setiap cerpen, seperti halnya karya sastra lainnya, secara umum mengandung unsur intrinsik dan ekstrinsik. Namun, pemenuhan kedua unsur tersebut dapat bervariasi tergantung pada penulis, gaya, dan tujuan ceritanya.
1. Unsur Intrinsik: Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam cerita itu sendiri dan menjadi fondasi penceritaan. Beberapa unsur intrinsik cerpen meliputi:
Tema: Ide pokok atau gagasan utama cerita.
Tokoh dan Penokohan: Karakter dan sifat-sifat yang ditampilkan.
Alur/Plot: Jalannya cerita, mulai dari pengenalan, konflik, hingga penyelesaian.
Latar (Waktu, Tempat, Suasana): Lokasi, waktu, dan suasana yang mendukung cerita.
Sudut Pandang: Perspektif pencerita dalam mengisahkan peristiwa.
Amanat: Pesan moral atau pelajaran yang ingin disampaikan.
Contoh: Dalam cerpen "Si Anak Kampung" (fiksi), tema yang diangkat adalah perjuangan hidup, dengan tokoh utama seorang anak yang berjuang untuk sukses. Latar cerita mungkin mengambil tempat di desa, dengan konflik seputar kemiskinan. Semua ini adalah unsur intrinsik yang membangun cerita.
2. Unsur Ekstrinsik: Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar cerita, namun memengaruhi proses kreatif atau interpretasi cerita. Beberapa unsur ekstrinsik meliputi:
Latar Belakang Pengarang: Biografi dan pengalaman hidup pengarang sering kali mempengaruhi karyanya.
Kondisi Sosial Budaya: Realitas sosial, politik, atau budaya di luar cerita dapat memberikan konteks yang lebih dalam.
Nilai-Nilai: Ideologi, agama, atau pandangan dunia penulis dan masyarakat sering tercermin dalam cerita.
Contoh: Cerpen "Robohnya Surau Kami" karya A.A. Navis tidak hanya bercerita tentang seorang penjaga surau, tetapi juga mencerminkan krisis spiritual di masyarakat Minangkabau pada saat itu. Kondisi sosial masyarakat Minang yang dipengaruhi oleh perubahan nilai budaya merupakan unsur ekstrinsik yang memperkaya cerpen ini.
Argumentasi: Tidak semua cerpen akan secara eksplisit menonjolkan kedua unsur ini dalam keseimbangan yang sama. Beberapa cerpen mungkin lebih fokus pada unsur intrinsik seperti karakter dan plot, sementara yang lain menonjolkan aspek ekstrinsik, seperti kritik sosial atau pesan moral. Namun, pada dasarnya, unsur intrinsik selalu ada sebagai pondasi cerita, sedangkan unsur ekstrinsik dapat memperkaya makna cerita jika ditelusuri lebih jauh.
Jadi, meskipun setiap cerpen memiliki unsur intrinsik, tidak selalu seluruh unsur ekstrinsik harus tampil secara eksplisit dalam cerpen tersebut.