. Prinsip Kontekstual
Penerapan: Pembelajaran bahasa dan sastra dikaitkan dengan situasi nyata dan relevan dengan kehidupan siswa. Misalnya, guru dapat menggunakan teks atau cerita yang dekat dengan pengalaman sehari-hari siswa, seperti kegiatan di rumah, lingkungan sekolah, atau peristiwa di masyarakat. Selain itu, guru dapat mengajak siswa membuat proyek menulis seperti jurnal harian atau surat untuk teman.
Manfaat: Siswa lebih mudah memahami materi karena mereka bisa mengaitkan apa yang dipelajari dengan pengalaman mereka sendiri. Ini membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan meningkatkan motivasi belajar.
2. Prinsip Fungsional
Penerapan: Pembelajaran diarahkan pada penggunaan bahasa secara praktis dan fungsional. Guru memberikan latihan-latihan komunikasi yang berhubungan dengan situasi nyata, seperti bermain peran (role play) dalam situasi sehari-hari (misalnya, berbelanja di pasar atau berbicara dengan teman) atau latihan menyusun teks fungsional seperti undangan, pengumuman, dan petunjuk.
Manfaat: Siswa dilatih menggunakan bahasa secara efektif untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi, sehingga mereka tidak hanya memahami teori tetapi juga mampu mengaplikasikan bahasa Indonesia dengan tepat dan efisien dalam kehidupan nyata.
3. Prinsip Integratif
Penerapan: Pembelajaran bahasa dan sastra mengintegrasikan berbagai keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dalam satu kegiatan. Misalnya, setelah membaca cerita, siswa diminta mendengarkan penjelasan, berdiskusi tentang isi cerita, dan kemudian menulis kembali cerita tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Guru juga bisa menggabungkan pelajaran bahasa dengan mata pelajaran lain, seperti mengajak siswa menulis laporan setelah melakukan observasi lingkungan di pelajaran IPA.
Manfaat: Integrasi ini memastikan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang menyeluruh dan seimbang, serta memperkuat keterampilan berbahasa mereka secara keseluruhan. Siswa juga terbiasa melihat bahasa sebagai alat komunikasi yang holistik dan multifungsi.
4. Prinsip Apresiatif
Penerapan: Guru mengajak siswa untuk membaca dan menganalisis berbagai karya sastra, seperti puisi, cerita pendek, atau fabel, kemudian mendiskusikan nilai-nilai atau pesan moral yang terkandung di dalamnya. Kegiatan seperti membaca puisi secara bergantian, menonton drama pendek, atau membuat ulasan cerita juga dapat diterapkan untuk mendorong siswa mengapresiasi karya sastra.
Manfaat: Prinsip apresiatif membantu siswa mengenali, memahami, dan menghargai nilai-nilai budaya dan moral dalam sastra. Ini tidak hanya mengembangkan rasa cinta terhadap sastra Indonesia, tetapi juga melatih siswa berpikir kritis dan membangun karakter positif melalui pemahaman terhadap nilai-nilai yang disampaikan dalam karya sastra.