Selamat siang Randy,
Jika audiens tidak memeroleh pesan moral sebuah cerita melalui user experience yang didesain, maka penting untuk mengklarifikasi dan memperkuat kembali pesan tersebut di berbagai platform. Hal ini dapat dicapai melalui konten reflektif, penceritaan yang digerakkan oleh karakter, narasi yang disederhanakan, keterlibatan interaktif, dan diskusi meta-narasi. Dengan melakukan sejumlah langkah tersebut, pencerita transmedia dapat memastikan bahwa pesan moral dalam cerita benar-benar beresonansi dengan audiens, meskipun pada awalnya dirasa tidak jelas.
Memperjelas tema Inti di setiap platform:
Setiap platform media harus secara halus menekankan pesan inti atau moral cerita. Jika cerita diceritakan di TV, situs web, media sosial, dll., pastikan setiap platform memperkuat moral dengan caranya sendiri—baik melalui dialog, poin plot, isyarat visual, atau interaksi pengguna. Moral harus bergema secara konsisten di semua format konten.
Menggunakan karakter untuk menyampaikan pesan:
Karakter sering kali memainkan peran penting dalam menyampaikan moral cerita. Jika penonton tidak memahami maksudnya, gunakan karakter untuk mengomunikasikan moral secara langsung atau tidak langsung melalui dialog, tindakan, atau alur cerita. Dengan menghadirkan karakter yang relevan dan merefleksikan pesan inti, moral tersebut akan lebih jelas bagi penonton.
Menyertakan meta-narasi atau konten reflektif:
Buat konten yang merefleksikan cerita dan moral secara langsung, seperti fitur di balik layar, wawancara dengan kreator, atau komentar sutradara. Konten ini juga dapat berupa blog, podcast, atau postingan media sosial tempat kreator membahas tema yang mendasarinya. Misalnya, postingan blog atau wawancara video yang menjelaskan moral dapat memperjelasnya.
Keterlibatan interaktif atau gamifikasi:
Rancang elemen interaktif (seperti kuis, permainan realitas alternatif, atau jajak pendapat) yang membuat penonton berpikir tentang tema dan moral cerita dengan cara yang reflektif. Interaksi ini dapat mendorong mereka untuk menjawab pertanyaan yang sejalan dengan pesan inti, membimbing mereka untuk mengungkap makna melalui partisipasi mereka sendiri.
Sederhanakan dan fokuskan ulang narasi:
Jika moralnya terlalu rumit atau terkubur di bawah subplot, sederhanakan penceritaan dan fokuskan ulang pada tema utama. Pastikan bahwa pesan utama dikomunikasikan dengan cara yang jelas dan mudah diingat dalam bagian narasi yang paling penting—seperti acara TV atau permainan utama—sementara saluran media pendukung menggemakannya daripada mengalihkan perhatian darinya.
Keterlibatan komunitas:
Berinteraksilah dengan audiens secara langsung di media sosial atau forum khusus untuk membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih baik tentang moral tersebut. Ini bisa melalui sesi tanya jawab, diskusi komunitas, atau memberikan petunjuk dalam posting online yang mendorong penggemar untuk memeriksa kembali cerita dan maknanya yang lebih dalam.
Refleksi pasca cerita atau epilog:
Gunakan epilog atau refleksi pasca cerita, seperti posting blog atau video pendek, yang menjelaskan atau merefleksikan perjalanan tokoh atau kreator, dengan secara eksplisit membahas moral cerita. Hal ini dapat memberikan resolusi yang lebih jelas dan membantu menyatukan elemen tematik.
Contoh kasusnya:
"13 Reasons Why" – Netflix**
Konteks:
13 Reasons Why adalah serial Netflix populer yang mengangkat tema berat seperti kesehatan mental, perundungan, dan bunuh diri. Serial ini menghadapi tantangan dalam penerimaan penonton, karena banyak penonton, terutama yang lebih muda, kesulitan memahami moral yang dimaksudkan tentang konsekuensi tindakan, kesehatan mental, dan pentingnya mencari bantuan.
Masalah:
Fokus acara yang intens pada topik yang gelap dan emosional menyebabkan beberapa penonton salah menafsirkan moralnya. Alih-alih memahami pesan yang dimaksudkan tentang kasih sayang, kesadaran, dan pentingnya mengatasi masalah kesehatan mental, beberapa penonton berfokus pada sifat kontroversial dari peristiwa tersebut tanpa mengenali pelajaran moral yang lebih dalam.
Solusi yang Diterapkan:
Meta-narasi & konten reflektif:
Setelah menyadari bahwa penonton mungkin telah salah memahami pesan acara tersebut, Netflix merilis serial pendamping Beyond the Reasons. Ini termasuk wawancara dengan para pemain, profesional kesehatan mental, dan pembuat acara untuk menjelaskan tema moral dengan lebih jelas. Episode-episode ini membahas pentingnya mencari bantuan dan menyoroti pesan-pesan inti acara dengan cara yang tidak langsung terlihat dalam narasi utama.
Melibatkan penonton melalui media sosial:
Netflix menggunakan media sosial untuk melibatkan penonton dan menjelaskan moral melalui postingan yang dibuat dengan cermat, Tanya Jawab Umum, dan bahkan tanggapan terhadap teori penggemar. Komunikasi ini sering kali menekankan kesadaran kesehatan mental dan berusaha untuk mengklarifikasi kesalahpahaman seputar maksud acara.
Sumber daya interaktif dan saluran bantuan:
Netflix menyediakan sumber daya tambahan di situs web, termasuk tautan ke organisasi kesehatan mental dan panduan untuk menangani perundungan atau tekanan emosional. Pendekatan interaktif ini menawarkan pemahaman praktis dan nyata tentang moral acara, lebih dari sekadar hiburan. Mereka juga menampilkan sumber daya ini di akhir episode untuk memastikan penonton yang mungkin membutuhkan bantuan dapat segera mencarinya.
Menyederhanakan dan memfokuskan kembali:
Di musim-musim berikutnya, Netflix mengubah narasi untuk menekankan solusi dan penyembuhan, sehingga moral menjadi lebih terbuka. Karakter-karakter mulai membahas secara terbuka tentang pentingnya terapi, pengampunan, dan sistem pendukung, yang membantu memperjelas moral serial tersebut dalam mempromosikan kesadaran kesehatan mental dan penyembuhan emosional.
Hasil:
Meskipun beberapa kontroversi masih ada, tindakan-tindakan ini membantu 13 Reasons Why memfokuskan kembali pada tema-tema moralnya dan memudahkan penonton untuk memahami pesan-pesan yang dimaksudkan tentang kesehatan mental, tanggung jawab, dan konsekuensi dari tindakan-tindakan. Konten pendamping dan materi reflektif memperkuat moral inti dengan cara yang melibatkan penonton pada tingkat yang lebih dalam dan menghubungkan cerita dengan isu-isu dunia nyata.
Demikian tanggapan saya, semoga menjawab ya.
Jika audiens tidak memeroleh pesan moral sebuah cerita melalui user experience yang didesain, maka penting untuk mengklarifikasi dan memperkuat kembali pesan tersebut di berbagai platform. Hal ini dapat dicapai melalui konten reflektif, penceritaan yang digerakkan oleh karakter, narasi yang disederhanakan, keterlibatan interaktif, dan diskusi meta-narasi. Dengan melakukan sejumlah langkah tersebut, pencerita transmedia dapat memastikan bahwa pesan moral dalam cerita benar-benar beresonansi dengan audiens, meskipun pada awalnya dirasa tidak jelas.
Memperjelas tema Inti di setiap platform:
Setiap platform media harus secara halus menekankan pesan inti atau moral cerita. Jika cerita diceritakan di TV, situs web, media sosial, dll., pastikan setiap platform memperkuat moral dengan caranya sendiri—baik melalui dialog, poin plot, isyarat visual, atau interaksi pengguna. Moral harus bergema secara konsisten di semua format konten.
Menggunakan karakter untuk menyampaikan pesan:
Karakter sering kali memainkan peran penting dalam menyampaikan moral cerita. Jika penonton tidak memahami maksudnya, gunakan karakter untuk mengomunikasikan moral secara langsung atau tidak langsung melalui dialog, tindakan, atau alur cerita. Dengan menghadirkan karakter yang relevan dan merefleksikan pesan inti, moral tersebut akan lebih jelas bagi penonton.
Menyertakan meta-narasi atau konten reflektif:
Buat konten yang merefleksikan cerita dan moral secara langsung, seperti fitur di balik layar, wawancara dengan kreator, atau komentar sutradara. Konten ini juga dapat berupa blog, podcast, atau postingan media sosial tempat kreator membahas tema yang mendasarinya. Misalnya, postingan blog atau wawancara video yang menjelaskan moral dapat memperjelasnya.
Keterlibatan interaktif atau gamifikasi:
Rancang elemen interaktif (seperti kuis, permainan realitas alternatif, atau jajak pendapat) yang membuat penonton berpikir tentang tema dan moral cerita dengan cara yang reflektif. Interaksi ini dapat mendorong mereka untuk menjawab pertanyaan yang sejalan dengan pesan inti, membimbing mereka untuk mengungkap makna melalui partisipasi mereka sendiri.
Sederhanakan dan fokuskan ulang narasi:
Jika moralnya terlalu rumit atau terkubur di bawah subplot, sederhanakan penceritaan dan fokuskan ulang pada tema utama. Pastikan bahwa pesan utama dikomunikasikan dengan cara yang jelas dan mudah diingat dalam bagian narasi yang paling penting—seperti acara TV atau permainan utama—sementara saluran media pendukung menggemakannya daripada mengalihkan perhatian darinya.
Keterlibatan komunitas:
Berinteraksilah dengan audiens secara langsung di media sosial atau forum khusus untuk membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih baik tentang moral tersebut. Ini bisa melalui sesi tanya jawab, diskusi komunitas, atau memberikan petunjuk dalam posting online yang mendorong penggemar untuk memeriksa kembali cerita dan maknanya yang lebih dalam.
Refleksi pasca cerita atau epilog:
Gunakan epilog atau refleksi pasca cerita, seperti posting blog atau video pendek, yang menjelaskan atau merefleksikan perjalanan tokoh atau kreator, dengan secara eksplisit membahas moral cerita. Hal ini dapat memberikan resolusi yang lebih jelas dan membantu menyatukan elemen tematik.
Contoh kasusnya:
"13 Reasons Why" – Netflix**
Konteks:
13 Reasons Why adalah serial Netflix populer yang mengangkat tema berat seperti kesehatan mental, perundungan, dan bunuh diri. Serial ini menghadapi tantangan dalam penerimaan penonton, karena banyak penonton, terutama yang lebih muda, kesulitan memahami moral yang dimaksudkan tentang konsekuensi tindakan, kesehatan mental, dan pentingnya mencari bantuan.
Masalah:
Fokus acara yang intens pada topik yang gelap dan emosional menyebabkan beberapa penonton salah menafsirkan moralnya. Alih-alih memahami pesan yang dimaksudkan tentang kasih sayang, kesadaran, dan pentingnya mengatasi masalah kesehatan mental, beberapa penonton berfokus pada sifat kontroversial dari peristiwa tersebut tanpa mengenali pelajaran moral yang lebih dalam.
Solusi yang Diterapkan:
Meta-narasi & konten reflektif:
Setelah menyadari bahwa penonton mungkin telah salah memahami pesan acara tersebut, Netflix merilis serial pendamping Beyond the Reasons. Ini termasuk wawancara dengan para pemain, profesional kesehatan mental, dan pembuat acara untuk menjelaskan tema moral dengan lebih jelas. Episode-episode ini membahas pentingnya mencari bantuan dan menyoroti pesan-pesan inti acara dengan cara yang tidak langsung terlihat dalam narasi utama.
Melibatkan penonton melalui media sosial:
Netflix menggunakan media sosial untuk melibatkan penonton dan menjelaskan moral melalui postingan yang dibuat dengan cermat, Tanya Jawab Umum, dan bahkan tanggapan terhadap teori penggemar. Komunikasi ini sering kali menekankan kesadaran kesehatan mental dan berusaha untuk mengklarifikasi kesalahpahaman seputar maksud acara.
Sumber daya interaktif dan saluran bantuan:
Netflix menyediakan sumber daya tambahan di situs web, termasuk tautan ke organisasi kesehatan mental dan panduan untuk menangani perundungan atau tekanan emosional. Pendekatan interaktif ini menawarkan pemahaman praktis dan nyata tentang moral acara, lebih dari sekadar hiburan. Mereka juga menampilkan sumber daya ini di akhir episode untuk memastikan penonton yang mungkin membutuhkan bantuan dapat segera mencarinya.
Menyederhanakan dan memfokuskan kembali:
Di musim-musim berikutnya, Netflix mengubah narasi untuk menekankan solusi dan penyembuhan, sehingga moral menjadi lebih terbuka. Karakter-karakter mulai membahas secara terbuka tentang pentingnya terapi, pengampunan, dan sistem pendukung, yang membantu memperjelas moral serial tersebut dalam mempromosikan kesadaran kesehatan mental dan penyembuhan emosional.
Hasil:
Meskipun beberapa kontroversi masih ada, tindakan-tindakan ini membantu 13 Reasons Why memfokuskan kembali pada tema-tema moralnya dan memudahkan penonton untuk memahami pesan-pesan yang dimaksudkan tentang kesehatan mental, tanggung jawab, dan konsekuensi dari tindakan-tindakan. Konten pendamping dan materi reflektif memperkuat moral inti dengan cara yang melibatkan penonton pada tingkat yang lebih dalam dan menghubungkan cerita dengan isu-isu dunia nyata.
Demikian tanggapan saya, semoga menjawab ya.