Cara berkomunikasi dengan penderita tuna rungu
Cara komunikasi penderita tuna rungu adalah dengan menggunakan bahasa isyarat. Tidak ada bahasa isyarat yang bersifat universal. Bahasa ini berbeda pada setiap negara bahkan daerah.Di Indonesia, komunitas Tuli menggunakan Bahasa Isyarat Indonesia atau BISINDO sebagai bahasa utama (bahasa ibu). Di Inggris, penderita tuna rungu menggunakan British Sign Language (BSL), sementara American Sign Language (ASL) digunakan di Amerika Serikat.Adanya perbedaan menyebabkan mereka yang menggunakan BISINDO tidak dapat memahami BSL dan ASL, demikian juga sebaliknya. BISINDO juga memiliki ragam bahasa daerah masing-masing. Bahasa isyarat satu daerah dapat memiliki perbedaan dengan ragam bahasa daerah lainnya.BISINDO dapat dipelajari tidak hanya oleh orang tuna rungu, melainkan setiap orang yang ingin bisa menggunakannya, termasuk orang tanpa gangguan pendengaran. Selain BISINDO, penderita tuna rungu juga dapat berkomunikasi dengan melihat gerakan mulut (oral), gerakan kepala, badan, ekspresi, dan lain sebagainya.Penderita tuna rungu yang mendapat pengajaran di sekolah khusus, biasanya dapat mengerti pembicaraan dengan membaca gerakan bibir (oral), menggunakan BISINDO, atau keduanya. Namun, penderita tuna rungu yang tidak belajar BISINDO atau oral, tidak bisa memahami atau menggunakan keduanya untuk berkomunikasi.