Dalam analisis konstruksi aktansial menurut teori A.J. Greimas, sebuah cerita atau prosa biasanya melibatkan aktor yang memiliki tujuan atau keinginan tertentu yang mendorong tindakan mereka. Namun, jika dalam cerita tersebut subjek (aktor) tidak memiliki tujuan, hal ini akan mempengaruhi dinamika naratif dan pemahaman kita terhadap struktur cerita itu.
Greimas mengembangkan model aktansial yang melibatkan aktor-aktor yang berperan sebagai subjek (yang memiliki tujuan), objek (tujuan atau benda yang dicapai), penolong (yang membantu subjek mencapai tujuan), penghalang (yang menghalangi subjek mencapai tujuan), dan berbagai peran lain yang mendukung struktur cerita. Dalam konstruksi ini, keberadaan tujuan adalah salah satu elemen penting untuk menggerakkan plot.
Jika Subjek Tidak Memiliki Tujuan:
Kehilangan Struktur Naratif yang Jelas: Jika subjek tidak memiliki tujuan atau keinginan yang jelas, cerita tersebut akan kehilangan pendorong utama dalam narasi. Biasanya, tujuan subjek menjadi pusat dari konflik dan perkembangan cerita. Tanpa tujuan, cerita bisa terasa datar atau tidak terarah, yang membuat alur tidak berkembang seperti biasanya.
Pengaruh terhadap Proses Aktansi: Dalam konstruksi aktansial, subjek yang tidak memiliki tujuan akan sulit dikategorikan dalam model tersebut. Sebagai contoh, jika subjek tidak berusaha mencapai sesuatu, maka tidak ada objek yang harus dicapai, tidak ada konflik dengan penghalang, dan tidak ada penolong yang berperan aktif. Proses aktansi menjadi stagnan atau tidak berkembang, yang mempengaruhi bagaimana kita menginterpretasikan tindakan dalam cerita tersebut.
Cerita Bisa Bersifat Eksistensial atau Absurd: Jika subjek tidak memiliki tujuan, cerita bisa bergerak dalam tradisi sastra yang lebih eksistensial atau absurd, di mana karakter mungkin hidup tanpa arah atau tidak peduli dengan pencapaian tertentu. Dalam hal ini, tindakan subjek mungkin bukan untuk mencapai tujuan tertentu, melainkan untuk mengalami hidup, bereaksi terhadap lingkungan, atau bertahan dalam ketidakpastian. Ini bisa berhubungan dengan karya-karya seperti Albert Camus atau Franz Kafka, di mana tokoh utama sering kali berjuang dengan absurdnya kehidupan atau ketidakjelasan tujuan.
Perubahan dalam Peran Aktor Lain: Jika subjek tidak memiliki tujuan, peran aktor lain dalam struktur aktansial bisa menjadi lebih dominan atau berubah. Misalnya, penghalang atau penolong bisa menjadi lebih abstrak, seperti situasi atau kondisi yang mempengaruhi subjek, bukan sebagai aktor yang memiliki niat tertentu.
Narasi Non-Linear atau Terfragmentasi: Cerita dengan subjek yang tidak memiliki tujuan mungkin lebih bersifat non-linear atau terfragmentasi. Alur cerita bisa melompat-lompat, tanpa tujuan atau sasaran yang jelas, dan lebih berfokus pada suasana, perasaan, atau momen-momen kehidupan yang tidak terikat pada pencapaian tertentu.
Kesimpulan
Jika subjek dalam cerita atau prosa tidak memiliki tujuan, konstruksi aktansial Greimas akan kesulitan berfungsi sebagaimana mestinya karena struktur tujuan-objek yang biasanya ada dalam narasi tidak terwujud. Hal ini bisa mengarah pada tipe narasi yang lebih bebas, eksistensial, atau absurd, di mana tujuan tidak lagi menjadi pusat penggerak, dan cerita berkembang lebih berdasarkan kondisi internal subjek atau situasi eksternal yang tidak selalu linear atau .