Meskipun Jepang menjanjikan kemerdekaan dan berbicara dengan slogan "Asia untuk Asia", tindakan mereka justru menyebabkan penderitaan bagi rakyatnya. Kebijakan seperti romusha, yang memaksa banyak orang bekerja, dan program Kinrohosi, yang memaksa orang untuk menyerahkan bahan makanan, menyebabkan kelaparan dan kemiskinan yang parah. Namun, di balik penindasan, Jepang juga secara tidak langsung menanamkan rasa nasionalisme dengan membiarkan beberapa kelompok beroperasi dan mengubah sistem pendidikan. Ini meningkatkan kesadaran politik masyarakat. Semangat perjuangan dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kebijakan Jepang, yang pada akhirnya menghasilkan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Identitas nasional Indonesia dan semangat perjuangan bangsa Indonesia masih terpengaruh oleh kebijakan ini.