Social Enterpreneur
FIRST PRINCIPLE THINKING SEBAGAI CARA MENALAR DALAM MEMULAI USAHA BARU
Oleh : Bahrul Ulum
Sektor usaha dewasa ini telah menjadi primadona di kalangan masyarakat Indonesia mulai dari yang muda hingga yang tua. Social entrepreneur merupakan kegiatan usaha yang mengutamakan inovasi dan adaptasi dalam menjalankan usaha sehingga mampu menghadapi segala macam rintangan. Social entrepreneur juga menitikberatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang perkembangan usahanya sehingga dengan kehadirannya diharapkan mampu mengurangi angka pengangguran di lingkungan sekitarnya.
Pesatnya laju perkembangan teknologi membuat peluang usaha di sektor digital kian meluas. Ditambah lagi dengan terbatasnya aktifitas social karena pandemic covid-19 membuat persaingan bisnis digital kian ramai diidamkan. Bagaimana tidak, di tengah terbatasnya kontak fisik di masa pandemic tidak membuat pelaku usaha gulung tikar akan tetapi justru menambah keuntungan karena biaya akomodasi berkurang. Selain itu, konsumen juga merasa dimanjakan karena tidak perlu repot-repot keluar rumah untuk membeli keperluannya. Terhitung kurang lebih ½ tahun covid melanda negeri kita. Dengan adanya kebiasaan masyarakat Indonesia bertransaksi secara digital untuk membeli keperluan sehari-hari menjadikan bisnis digital ini semakin seksi di masa mendatang. Karena besar kemungkinan Sebagian besar masyarakat Indonesia akan mengalami ketergantungan akan mudahnya akses transaksi secara digital pasca covid-19.
Dengan memperhatikan masalah di atas tentu membuat semua orang berbondong-bondong ingin mencoba menjalankan usaha berbasis digital. Namun, tentunya menjalankan usaha tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu adanya ide dan konsep usaha terlebih dahulu. Bagaimana caranya ?
Menurut Dr. Indrawan Nugroho melalui konten video di channel YouTube miliknya pernah membahas tentang pemikiran Elon Mask yang merupakan CEO dari Tesla dalam memulai bisnisnya. Beliau menjelaskan bahwa Elon Mask selalu menggunakan Firs Principle Thinking sebelum memulai bisnis barunya.
First Principle pertama kali diperkenalkan oleh filsuf Yunani, Aristoteles. First principle adalah dasar utama suatu hal diketahui. Metode ini membantu Anda untuk bisa belajar dan melakukan apapun secara sistematis. Dengan gaya berpikir ini, kita langsung menggali informasi dasar yang paling penting. Bukannya menghabiskan energi untuk memikirkan informasi-informasi kecil ataupun informasi yang sifatnya umum dan wajar. Pola pikir First Principle bisa membantu kita menemukan akar suatu masalah dan melahirkan solusi yang tepat.
Contoh penerapan First Principle Elon Musk dalam sains dan teknologi adalah mobil listrik. Sebelumnya, mobil listrik bukanlah kendaraan yang menarik. Lantas kemudian Elon Musk menyelidikinya. Elon Musk mengupas semua komponen mobil listrik sampai hal paling mendasar. Dari hasil riset temuannya tersebut dikarenakan mobil listrik harganya mahal dan baterainya tidak bertahan lama. Ternyata dengan membeli bahan-bahan tersebut dari pemasok asal, ongkos dari baterai bisa ditekan drastis. Sehingga menghasilkan mobil listrik Tesla yang lebih inovatif dan terjangkau harganya.
Kerangka berpikir Elon Musk dengan First Principle
- Kenapa mobil listrik tidak maju dan tidak diminati?
Karena harga jualnya mahal dan jarak tempuhnya pendek - Kenapa harga jualnya mahal dan jarak tempuhnya pendek?
Karena biaya produksi baterai mahal dan tidak tahan lama. - Kenapa produksi baterai mahal dan baterai tidak tahan lama?
Karena material untuk membuat baterai tidak diperoleh secara langsung dan teknologi baterai masih terbatas.
Hal tersebut dilakukan begitu seterusnya sampai diketahui bahwa permasalahan mendasar dari sebuah mobil listrik adalah teknologi baterai, sehingga Elon Musk mulai berfokus pada hal itu. Dengan pendekatan First Principle ini, kita dapat melakukan suatu perubahan yang sangat drastis. Oleh karenanya, cara berpikir inovatif ala Elon Musk ini semoga bisa menjadi inspirasi kepada pelaku bisnis untuk pantang menyerah dalam berinovasi di berbagai bidang bisnis.
Sebagai contoh, dulu untuk menyampaikan kabar, seseorang harus menulis surat dan mengirimkan ke alamat tujuan agar surat dapat dibaca oleh penerima pesan. Tentunya menyampaikan pesan menggunakan surat memiliki banyak kelemahan selain waktu penyampaian yang lama juga biaya pengirimannya juga tidak murah. Seorang Firs Principle Thinking akan berfikir bahwa mengirimkan surat elemen terkecilnya adalah menyampaikan kabar, berita atau keadaan. Kemudian akan berfikir bagaimana caranya agar sebuah pesan dapat tersampaikan dengan cepat dan murah sehingga dapat memangkas biaya pengiriman juga penyampaian pesan lebih cepat. Dari situ muncullah ide untuk membuat sebuah aplikasi berbasis internet untuk menyampaikan pesan dengan mudah juga murah. Dari contoh tersebut dapat kita terapkan cara berfikir First Principle Thinking ini untuk membuat inovasi dalam memulai usaha sehingga terus berinovasi untuk mengembangkannya serta adaptif dalam menghadapi segala macam situasi.
Dengan menerapkan First Principle Thinking ini seorang pelaku usaha diharapkan mampu membaca peluang sehingga dapat menumbuhkan bentuk usaha baru. Tentunya dengan adanya usaha baru diharapkan mampu memberikan manfaat dan memberdayakan masyarakat sekitarnya untuk bekerjasama dalam menjalankan usaha sehingga dapat mengurangi angka pengangguran baik di lingkungan sekitarnya maupun di Indonesia.