Golongan muda dan tua memiliki peran penting dalam proses kemerdekaan Indonesia. Golongan muda yang terdiri dari tokoh-tokoh seperti Sukarni, Chairul Saleh, dan Wikana ingin segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan Jepang. Mereka menganggap kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II sebagai kesempatan emas untuk memperjuangkan kemerdekaan. Sementara itu, golongan tua yang diwakili oleh Soekarno, Hatta, dan anggota PPKI lebih berhati-hati dan strategis, menginginkan kemerdekaan yang terencana dan diakui secara internasional.
Perbedaan pandangan ini menyebabkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok, di mana golongan muda menculik Soekarno dan Hatta untuk memastikan mereka tidak berada di bawah pengaruh Jepang. Meskipun demikian, kedua golongan ini saling melengkapi dalam mencapai tujuan bersama. Golongan muda memberikan dorongan dan keberanian, sementara golongan tua memastikan langkah-langkah strategis dan diplomatis. Hasilnya adalah proklamasi kemerdekaan yang menjadi simbol kebebasan bangsa dan awal lahirnya Indonesia sebagai negara merdeka.
Perbedaan pandangan ini menyebabkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok, di mana golongan muda menculik Soekarno dan Hatta untuk memastikan mereka tidak berada di bawah pengaruh Jepang. Meskipun demikian, kedua golongan ini saling melengkapi dalam mencapai tujuan bersama. Golongan muda memberikan dorongan dan keberanian, sementara golongan tua memastikan langkah-langkah strategis dan diplomatis. Hasilnya adalah proklamasi kemerdekaan yang menjadi simbol kebebasan bangsa dan awal lahirnya Indonesia sebagai negara merdeka.