komunikas itu katanya harus dua arah tapi bagaimana jika lawan bicara kita pasif?
Berdasarkan pengalaman saya dengan introvert pendiam, yang rasanya patung pun lebih bisa diajak ngobrol dibanding dia, maka saya ambil tips:
Kenali kondisi mentalnya
Mungkin dia sedang dalam kondisi yang memang tidak ingin diganggu siapapun dan apapun, atau dia sedang dalam masalah yang membuatnya sedang ingin menjauhi segalanya, maka saya tidak mendekatinya. Kalau kita tetap memaksa untuk ngobrol, mungkin malah akan memperburuk kondisi diamnya dan dia malah semakin ingin menjauh dengan kita.
Kenali yang dia suka
Kadang kita mebuka obrolan dengan sesuatu yang kita tahu, kita suka, tapi dia tidak berminat. Ambil contoh sepakbola. Walau temanmu adalah pria, belum tentu dia juga sepakbola mania, apalagi sampai tahu bursa transfer, klasemen sementara, tim mana yang terdegradasi, dan sebagainya. Paling tanggapan dia cuma “oo..”, “mm…”, “gitu ya…” atau malah cuma senyum manis.
Cobalah untuk ngobrol tentang anime atau movel dilihat dari folder laptopnya yang penuh downloadan anime, gambar anime di binder, kumpulan koleksi novel, atau minat lain atau basic pendidikannya. Secara bertahap mungkin dia akan lebih bisa diajak bicara. Tapi perhatikan juga standar bicaranya. Mungkin memang jumlah maksimal kalimat yang bisa dia keluarkan hanya 3 kalimat dalam satu sesi pertanyaan, maka jangan paksa dia bicara sampai 10 kalimat. Nikmati saja 3 kalimat tiap pertanyaan itu, jangan sampai kembali ke level “oo…” atau “mm…”
Atau bisa jadi yang tidak dia suka ada dalam diri kita, misal kita kurang rapi. Sudah teman kita pasif, ditambah makin malas berhadapan dengan orang yang tidak rapi, maka dia akan bungkam seperti tiram, atau malah menyingkir.
Beri pernyataan salah tentang sesuatu yang dia tahu dan terutama dia suka
Ini adalah tips tambahan yang bisa berguna sesuai psikologi manusia. Sudah bawaan naluri bila kita mendengar sesuatu yang salah dan kita cukup mengetahui kondisi sebenarnya, maka kita “gatal” ingin mengkoreksinya. Itu bisa membuat teman kita berbicara, bahkan berbicara banyak. Hal ini dijelaskan pula dalam Novel Sherlock Holmes karya Conan Doyle dan Novel Hercule Poirot karya Aghata Christie. Sebagai contoh:
“Rumahnya Cindy itu yang gang kedua belok kiri kan?”
“Vokalis Cold Play itu yang gundul itu kan?”
Tentunya pernyataan salah itu hanya untuk sesuatu yang tidak semua orang tahu atau bukan sesuatu yang menjadi pengetahuan umum, kecuali memang kita ingin teman memandang kita dengan pandangan aneh. Contoh:
“Doraemon itu yang pakai kacamata kan..?”
Kenali kondisi mentalnya
Mungkin dia sedang dalam kondisi yang memang tidak ingin diganggu siapapun dan apapun, atau dia sedang dalam masalah yang membuatnya sedang ingin menjauhi segalanya, maka saya tidak mendekatinya. Kalau kita tetap memaksa untuk ngobrol, mungkin malah akan memperburuk kondisi diamnya dan dia malah semakin ingin menjauh dengan kita.
Kenali yang dia suka
Kadang kita mebuka obrolan dengan sesuatu yang kita tahu, kita suka, tapi dia tidak berminat. Ambil contoh sepakbola. Walau temanmu adalah pria, belum tentu dia juga sepakbola mania, apalagi sampai tahu bursa transfer, klasemen sementara, tim mana yang terdegradasi, dan sebagainya. Paling tanggapan dia cuma “oo..”, “mm…”, “gitu ya…” atau malah cuma senyum manis.
Cobalah untuk ngobrol tentang anime atau movel dilihat dari folder laptopnya yang penuh downloadan anime, gambar anime di binder, kumpulan koleksi novel, atau minat lain atau basic pendidikannya. Secara bertahap mungkin dia akan lebih bisa diajak bicara. Tapi perhatikan juga standar bicaranya. Mungkin memang jumlah maksimal kalimat yang bisa dia keluarkan hanya 3 kalimat dalam satu sesi pertanyaan, maka jangan paksa dia bicara sampai 10 kalimat. Nikmati saja 3 kalimat tiap pertanyaan itu, jangan sampai kembali ke level “oo…” atau “mm…”
Atau bisa jadi yang tidak dia suka ada dalam diri kita, misal kita kurang rapi. Sudah teman kita pasif, ditambah makin malas berhadapan dengan orang yang tidak rapi, maka dia akan bungkam seperti tiram, atau malah menyingkir.
Beri pernyataan salah tentang sesuatu yang dia tahu dan terutama dia suka
Ini adalah tips tambahan yang bisa berguna sesuai psikologi manusia. Sudah bawaan naluri bila kita mendengar sesuatu yang salah dan kita cukup mengetahui kondisi sebenarnya, maka kita “gatal” ingin mengkoreksinya. Itu bisa membuat teman kita berbicara, bahkan berbicara banyak. Hal ini dijelaskan pula dalam Novel Sherlock Holmes karya Conan Doyle dan Novel Hercule Poirot karya Aghata Christie. Sebagai contoh:
“Rumahnya Cindy itu yang gang kedua belok kiri kan?”
“Vokalis Cold Play itu yang gundul itu kan?”
Tentunya pernyataan salah itu hanya untuk sesuatu yang tidak semua orang tahu atau bukan sesuatu yang menjadi pengetahuan umum, kecuali memang kita ingin teman memandang kita dengan pandangan aneh. Contoh:
“Doraemon itu yang pakai kacamata kan..?”