Forum Diskusi Modul V: Social Enterpreneurship

Proses Kreatif Wirausaha Sosial: Panggilan – Ide – Konsep – Model Bisnis

Proses Kreatif Wirausaha Sosial: Panggilan – Ide – Konsep – Model Bisnis

by FAHTIA NUR HANIFAH -
Number of replies: 0

Kenapa entrepreneur harus kreatif? Seorang yang memutuskan dirinya menjadi entrepreneur adalah
orang-orang yang mengenal potensi dan belajar mengembangkan peluang yang ada serta dapat
mengorganisasi usaha untuk mewujudkan cita-cita menjadi entrepreneur. Salah satu kemampuan yang harus
dimiliki seorang entrepreneur adalah kreatif dan inovatif. Ia mampu melihat peluang, selalu terbuka akan
setiap masukan dan memiliki keinginan untuk suatu perubahan positif yang mampu membawa bisnisnya
terus bertumbuh serta memiliki value.

Wirausaha sosial dan kreatif turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif di Indonesia
dengan menyediakan lapangan kerja bagi kelompok-kelompok seperti penyandang disabilitas, perempuan
dan anak muda yang tinggal di wilayah yang marjinal dan selama ini sulit mengakses sektor kerja formal.
Untuk itu, wirausaha sosial dan kreatif perlu terus didukung antara lain melalui peningkatan kapasitas dan
rancangan kebijakan yang memudahkan mereka yang memiliki usaha dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah sosial di masyarakat.
Kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif, jeli melihat peluang dan selalu terbuka
untuk setiap masukan dan perubahan yang positif yang mampu membawa bisnis terus bertumbuh serta
memiliki nilai.Dengan berwirausaha, tujuan utama yang hendak dicapai adalah pencapaian target usaha
dengan melibatkan berbagai unsur yang terlibat di dalamnnya, memaksimalkan potensi yang ada,
mengalokasikan modal yangtersedia dan melakukan teknik-teknik pemasaran yang inovatif dan kreatif.

Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam
pemecahan masalah dan menemukan peluang. Proses kreativitas diantaranya adalah adanya keinginan untuk
menciptakan sesuatu yang lain berdasarkan situasi dan kondisi yang ada, berpikir untuk menciptakan/
mewujudkan hasil pemikiran tersebut, melakukan uji coba dan menyempurnakan hasil uji coba,
mewujudkan hasil kreativitas, dan memperbanyak hasil kreativitas.

Salah satu pendorong terciptanya inovasi selain perubahan dan keharusan untuk beradaptasi adalah
kesadaran akan adanya celah antara apa yang ada dan apa yang seharunya ada, dan antara apa yang
diinginkan oleh masyarakat dengan apa yang sudah ditawarkan ataupun dilakukan oleh pemerintah, sektor
swasta maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Mungkin kita beranggapan bahwa orang yang keluarganya kaya akan melahirkan anak yang hidup
kaya karena mereka terbiasa kaya.Sama juga halnya dengan yangmempunyai ayah dan ibu seorang
pengusaha tentunya banyak yang berpikir bahwa mereka juga dulunya adalah keturunan pengusaha. Tidak
bisa dipungkiri bahwa banyak pengusaha yang juga terlahir dari keturunan pengusaha. Tetapi belum tentu
diturunkan secara genetis. Mungkin hal ini terjadi karena pengaruh lingkungan yang cukup kuat yang
membuat seseorang menjadi seorang pengusaha. Menjadi pengusaha merupakan kebebasan individu. Jangan
karena tidak mempunyai keturunan pengusaha, orang tidak bisa menjadi wirausaha.

Langkah awal menjadi wirausaha adalah dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan di diri kita.
Banyak cara yang dapat dilakukan misalnya melalui pendidikan formal yaitu melalui sekolah atau perguruan
tinggi yang menyajikan program atau mata kuliah kewirausahaan, melalui seminar-seminar kewirausahaan
yang mengundang pakar dan praktisi kewirausahaan, melalui pelatihan dan secara otodidak.

Orang-orang yang memiliki jiwa kewirausahaan yakni mereka yang percaya diri, inisiatif, motif
berprestasi, jiwa kepemimpinan, dan suka tantangan. Selain menumbuh kembangkan dan memiliki jiwaserta
kompetensi kewirausahaan, wirausaha juga perlu memiliki keterampilan khusus, yakni managerial skill,
conceptual skill, human skill, decision making skill, dan time managerial skill.

Beberapa kisah wirausaha sosial yang menginspirasi dunia dan Indonesia menunjukkan kepada kita
beberapa hal mendasar:

1.Permasalahan sosial dapat diatasi dengan solusi bisnis, agar dapat lebih mandiri dan berkelanjutan.

2.Semakin besar masalah sosial yang dihadapi, semakin besar urgensi bagi seorang wirasusaha sosial
untuk segera memulai aksinya.

3.Perjalanan untuk memulai dan mengembangkan sebuah social enterprise tidak ada yang mudah.
Tantangan berat pasti dihadapi. Jalan yang harus ditempuh juga berlikaliku. Tapi bagi wirausaha
sosial, kondisi tersebutlah yang membuat hidup mereka terasa seru.

4.Memberi dan memberdayakan merupakan vitamin bagi jiwa para wirausaha sosial. Menurut Bapak
Kewirausahaan Sosial, Bill Drayton, bahkan hal tersebutlah yang dipandang sebagai kunci panjang

umur, hidup sehat, dan bahagia. Jadi ada kepuasaan batin tersendiri ketika kerja keras kita berhasil
memperbaiki kondisi lingkungan dan masyarakat.

5.Motivasi (latar belakang), visi, dan cara yang dilakukan oleh masing-masing wirausaha sosial untuk
mewujudkan visinya bersifat unik. Karena pada umumnya wirausaha sosial mengembangkan solusi
dan usaha sosialnya secara organik, menyesuaikan dengan tipe masalah sosial dan karakteristik
lingkungan tempat Ia beroperasi yang senantiasa berubah seiring dengan waktu.

Proses mengembangkan suatu organisasi, apalagi organisasi itu adalah sebuah social enterprise bisa
dikatakan mengandung unsur seni yang cukup tinggi. Proses “coba dan perbaiki” (trial and improve)
berulang berkali-kali sampai akhirnya ditemukan suatu model pengelolaan yang “pas” bagi jenis dan
cakupan kegiatan organisasinya masing-masing. Persis seperti proses seorang pencipta lagu yang mungkin
harus mencoba ratusan kombinasi nada dan lirik, sampai akhirnya didapatkan kombinasi yang
dirasa“pas”,dan proses penciptaan lagu pun bisa dianggap selesai. Hal ini yang kemudian membuat
perkembangan kewirausahaan sosial diwarnai dengan corak atau model yang beragam. Namun secara umum,
terdapat pola yang sama dalam proses kreatifnya, yaitu berawal dari sebuah panggilan jiwa. Panggilan jiwa
itu lalu memicu lahirnya ide untuk melakukan suatu aksi untuk membuat perubahan. Ide itu kemudian
“dipahat” menjadi suatu konsep kegiatan dan organisasi. Proses “pemahatan ide” tidak berhenti disitu,
melainkan dilanjutkan sampai dihasilkan suatu model bisnis