Forum Diskusi 2: Komunikasi

Komunikasi yang baik

Komunikasi yang baik

by ZUFRI HASRUDY SIREGAR -
Number of replies: 1

Bagaiaman berkomunikasi yang baik untuk orang disabilitas

In reply to ZUFRI HASRUDY SIREGAR

Re: Komunikasi yang baik

by SYIFA KINANTI HERDIANTI -
1. Berusaha benar-benar mengerti orang lain. Ini adalah dasar dari apa yang disebut emphatetic communication (komunikasi empatik). Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, kita biasanya“berkomunikasi” dalam salah satu dari empat tingkat. Kita mungkin mengabaikan orang itu dengan tidak serius membangun hubungan yang baik, kita mungkin berpura-pura, kita mungkin secara selektif berkomunikasi pada saat kita memerlukannya atau kita membangun komunikasi yang atentif (penuhHasim, Witri Rahayu: [Komunikasi Antarpribadi Para Disabilitas Dalam Proses Pementasan Teater Di Smile Motivator] 19
perhatian), tetapi tidak benar-benar berasal dari dalam diri kita. Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik, yaitu melakukan komunikasi untuk terlebih dahulu mengerti orang lain memahami karakter dan maksud/tujuan atau peran orang lain.
2. Kebaikan dan sopan santun yang sering kita anggap sebagai sikap atau perilaku yang sederhana, tetapi hal itu sangat peting dalam suatu hubungan karena hal-hal yang kecil adalah hal-hal yang besar dalam membangun hubungan komunikasi.
3. Mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati maka kita dapat membangun kerja sama yang menghasilkan sinergi yang akan mwningkatkan efektivitas kinerja kita, baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim
4. Empati (empathy) adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan menerimanya. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork. Jadi, sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apa pun dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengar saran, apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik yang merupakan arus balik dari penerima pesan. (Hidayat Darsun. 2012)
5. Audible memiliki makna, antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
6. Clarity adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Kesalahan penafsiran atau pesan dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi. Kita perlu mengembangkan sikap terbuka sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat atau antusiasme kelompok atau tim kita.
7. Humble adalah sikap rendah hati yang dilakukan agar komunikasi menjadi efektif. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai perasaan orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap rendah hati, pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani, sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain,berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan peuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar. (Hidayat Darsun. 2012) Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima unsur pokok pesan komunikasi yang efektif tersebut maka komunikasi akan berjalan efektif. Pada akhirnya, tujuan komunikasi pun tercapai, yaitu keinginan kita untuk mengubah sikap atau perilaku orang lain. Adapun dua jenis komunikasi terdiri dari: (Hidayat Darsun. 2012)