Uraian Materi
Pada BAB ini menjelaskan mengenai beberapa pengertian dari kesulitan belajar, gejala tersebut akan nampak pada siswa yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah penilaian yang telah ditetapkan. Kemudian menjelaskan mengenai diagnosis kesulitan belajar, diagnosis kesulitan belajar memiliki peran penting dalam proses pembelajaran karena membantu guru, siswa, dan sekolah untuk memahami hambatan yang dihadapi siswa secara lebih mendalam. Pembahasan berikutnya mengenai siswa yang memiliki kesulitan belajar, siswa dengan berbagai perilaku dan karakteristiknya yang unik, serta membahas mengenai faktor-faktor yang mmempengaruhi hasil belajar.
a) Pengertian diagnosis kesulitan belajar
Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada siswa yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah norma yang telah ditetapkan. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dan suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan belajar bukan hanya masalah instruksional atau pedagogis saja, tetapi merujuk pada masalah psikologis. Peserta didik yang mengalami hambatan dalam proses belajar akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang kurang optimal, kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas (Wills, 2018), meliputi :
1) Learning Disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Dengan demikian, hasil belajar yang dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki;
2) Learning Disabilities adalah ketidakmampuan seseorang yang mengacu kepada gejala dimana hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya.
3) Learning Disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda sub-normalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan psikologis lainnya;
4) Under Achiever adalah proses belajar dimana seseorang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah;
5) Slow Learner adalah proses belajar seseorang yang lambat sehingga membutuhkan waktu dibandingkan seseorang yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
Seseorang yang tergolong seperti tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam proses belajar (J. W. Santrock, 2007). Jadi kesulitan belajar tidak hanya disebabkan oleh intelegensi yang rendah namun bisa juga berasal dari faktor fisiologis, psikologis, instrumen dan lingkungan belajar(Miles et al., 2014). Kesulitan yang dialami oleh siswa dalam proses belajar akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu proses sistematis yang dilakukan untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengevaluasi hambatan atau masalah yang dialami oleh siswa dalam proses belajar. Tujuan dari diagnosis ini adalah untuk mengetahui jenis kesulitan yang dihadapi oleh siswa, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara-cara yang tepat untuk membantu siswa mengatasi kendala tersebut(Utami Pratiwi, 2020).
Proses diagnosis melibatkan berbagai metode, seperti observasi langsung, tes akademik, wawancara, dan analisis riwayat belajar siswa. Dengan hasil diagnosis, guru, orang tua, dan pihak sekolah dapat merancang intervensi atau strategi pembelajaran yang tepat, seperti program remedial atau modifikasi metode pembelajaran, agar siswa dapat mencapai perkembangan akademik yang optimal sesuai dengan potensinya.
b) Kedudukan diagnosis kesulitan belajar dalam proses pembelajaran
Diagnosis kesulitan belajar memiliki peran penting dalam proses pembelajaran karena membantu guru, siswa, dan sekolah untuk memahami hambatan yang dihadapi siswa secara lebih mendalam. Diagnosis yang disebut juga dengan istilah diagnosa dalam amus Besar Bahasa Indonesia memiliki pengertian : (1) penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya; (2) pemeriksaan terhadap suatu hal. Lebih lanjut dalam KBBI disebutkan bahwa mendiagnosis adalah menentukan jenis penyakit dengan cara meneliti atau memeriksa gejalanya. Sedangkan pengertian diagnostik dalam KBBI adalah ilmu untuk menentukan jenis penyakit berdasarkan gejala yang ada.
Diagnosis sebagai identifikasi dan upaya mengetahui letak kelebihan dan kekurangan tertentu dalam performance (kinerja) (Muhamad Irham, 2017). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa diagnosis adalah proses menentukan letak kelemahan atau kelainan dengan meneliti dan menganalisis latar belakang atau faktor penyebab serta gejala permasalahan yang tampak untuk mengambil kesimpulan serta mencari alternatif penyelesaiannya. Untuk mengetahui potensi seorang peserta didik, dapat dilihat dari prestasi sebelumnya dengan melakukan observasi atau akan lebih teliti bila digunakan tes psikologis, misalnya lewat tes inteligensi atau tes bakat. Apabila ada indikasi, bahwa mereka mengalami kesulitan dalam aktivitas belajarnya, maka mereka membutuhkan bantuan secara tepat dan dapat dilakukan dengan segera. Bantuan yang diberikan itu, akan berhasil dan dapat dilaksanakan secara efektif apabila kita secara teliti dapat memahami sifat kesulitan yang dialami, mengetahui secara tepat faktor yang menyebabkannya serta menemukan berbagai cara mengatasinya yang relevan dengan faktor penyebabnya.
Untuk mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik (Choiron, 2010), dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar
Salah satu teknik untuk mengidentifikasi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar ialah menganalisis hasil belajar peserta didik. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1) Menetapkan nilai kualifikasi minimal sebagai batas lulus;
2) Membandingkan nilai tiap siswa dengan nilai batas lulus tersebut;
3) Mengelompokkan siswa menurut klasifikasi kemampuan baik, sedang, dan kurang;
4) Menentukan prioritas layanan berdasarkan peringkat peserta didik.
2) Lokalisasi letak kesulitan belajar
Yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah mendeteksi kawasan tujuan belajar dan ruang lingkup bahan yang dipelajari. Untuk keperluan ini, pendekatan yang paling tepat adalah menggunakan tes diagnostik.
3) Lokalisasi faktor penyebab kesulitan belajar
Untuk mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar dapat dilakukan angketisasi maupun wawancara secara langsung kepada peserta didik.
4) Perkiraan kemungkinan pemberian bantuan
Setelah menelaah tentang kesulitan belajar yang dialami, jenis-sifat, latar belakang, faktor penyebab kesulitan belajar, maka dapat diperkirakan tentang rencana pemberian bantuan (kepada siapa, berapa lama, kapan, dimana, bagaimana bantuannya, serta siapa saja yang terlibat di dalamnya).
5) Penetapan kemungkinan cara mengatasinya
Menyusun suatu rencana atau beberapa rencana yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Rencana tersebut hendaknya berisi: (1) bahan-bahan yang harus diberikan untuk membantu mengatasi kesulitan belajar siswa, dan (2) strategi dan pendekatan mana yang harus dilakukan untuk membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
6) Pemberian tindak lanjut.
Tindak lanjut yang paling tepat dari proses ini adalah melakukan pengajaran remedial.
Diagnosis kesulitan belajar memiliki peran penting dalam proses pembelajaran karena membantu guru, siswa, dan sekolah untuk memahami hambatan yang dihadapi siswa secara lebih mendalam.
c) Siswa yang mengalami kesulitan belajar
Siswa dengan berbagai perilaku dan karakteristiknya yang unik, pasti akan di jumpai oleh seorang guru dalam proses pembelajaran, seperti terdapat siswa yang sangat aktif, bertanya mencatat memberi pendapat dan ada juga siswa yang yang sangat pasif, bolos tidak mengumpulkan tugas, nilai selalu rendah dan sebagainya.
Gejala siswa yang cenderung kurang baik, dan kurang mendukung proses pembelajaran, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus (Fadlilah, 2020). Mengenali siswa yang memiliki kesulitan belajar merupakan hal yang rumit, karena kesulitan belajar sulit di identifikasi dengan kasat mata, karena meliputi banyak jenisnya, banyak faktor penyebab dan banyak jenis kemungkinannya. Karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat di tunjukan dari berbagai karakteristiknya, yang berupa kebiasaan dalam keseharian seperti cara bicara, cara berbahasa dan kemampuan intelektual dan prestasi yang dicapainya(Syah, 2010). Artinya kecenderungan siswa yang mengalami kesulitan belajar terlihat dari kemampuan berfikir secara kognitif, keseharian selama disekolah, dan keterampilan mengikuti aktivitas belajar.
Kesulitan belajar merupakan suatu bentuk gangguan yang dialami oleh siswa dalam satu atau lebih dari faktor psikis yang mendasar yang meliputi pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan yang dengan sendirinya muncul sebagai kemampuan tidak sempurna dalam hal mendengakan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, atau membuat perhitungan matematikal, termasuk juga kelemahan motorik ringan, gangguan emosional atau akibat keadaan ekonomi, budaya, atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi siswa (Hurlock, 1978).
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut(Tiyas Erayati, 2019): (1) Menunjukkan hasil belajar yang rendah, dimaksudkan nilai yang didapat siswa dibawah rata-rata; (2) hasil belajar yang tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan oleh siswa; (3) lambat dalam melaksanakan atau mengerjakan tugas belajar yang diberikan dan juga selalu tertinggal dari teman-temanya dalam menyelesaikan tugasnya; (4) menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti atuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dan memiliki sikap negatif; (5) menunjukkan perilaku yang kurang baik contonya seperti membolos, datang terlambat dan juga tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah (PR), sering mengganggu teman-temannya di dalam maupun diluar kelas; (6) menunjukkan gejala emosi yang kurang wajar dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya tidak merasa sedih atau menyesal mendapat nilai yang rendah. Siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah mereka yang menghadapi hambatan dalam memahami, menyerap, dan mengaplikasikan materi pelajaran, meskipun memiliki kemampuan intelektual yang memadai. Kesulitan ini dapat bersifat spesifik pada satu area tertentu, seperti membaca, menulis, atau matematika, atau bersifat umum yang memengaruhi seluruh proses belajar.
Kriteria atau indikator-indikator terjadinya kesulitan belajar pada siswa ( jhon W. Santrock, 2002).
a) Grade level, yaitu apabila siswa tidak naik kelas sampai dua kali secara berturut-turut pada satu kelas yang sama . misalanya siswa kelas X SMP yang tidak naik-naik ke kelas XII sampai dua kali berturut-turut.
b) Age level, yaitu terjadi apabila umur siswa tidak sesuai dengan tingkat sesuai dengan tingkat kelas pada umumnya. Misalnya, anak umur 12 tahun baru kelas 2 SD.
c) Intellegence level, yaitu terjadi pada siswa yang under achiever, artinya secara potensi siswa yang bersangkutan baik, namun dalam kenyataannya hasil belajarnya selalu berada di bawah potensi yang seharusnya dapat dicapai. Misalnya, sejak kelas X samapai kelas XI nilai matematikanya bagus, namun ketika di kelas XII nilai matematikanya sangat tidak bagus.
d) General level, yaitu terjadi pada siswa yang secara umum dapat menguasai hampir seluruh mata pelajaran dengan nilai yang baik, namun terdapat kelemahan pada satu atau lebih mata pelajaran dengan nilai yang sangat rendah jauh di bawah batas lulus. Maka, pada mata pelajaran tersebutlah siswa dianggap mengalami kesulitan belajar. Misalnya, siswa yang mendapat nilai rata-rata 80-90 pada 8 mata pelajaran, sedangkan pasa 2 mata pelajaran lain, yaitu matematika dan kimia nilainya 35 dan 40 sehingga siswa mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran imia dan matematika.
Siswa yang memiliki hambatan belajar akan diketahui dari beberapa ciri dan karakteristik yang ditunjukkan siswa tersebut. beberapa ciri tersebut antara lain (Hasibuan et al., 2018): 1) hasil belajar siswa rendah, 2) hasil yang didapatkannya tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan siswa, 3) lambat dalam melakukan dan menyelesaikan tugas-tugas dan kegiatan belajar. Memerhatikan dan mencermati berbagai pendapat dan ciri-ciri serta karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar. Memperhatikan ciri-ciri peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dari para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peseta didik yang mengalami kesulitan belajar (Nurmalasari, 2021) menunjukkan gejala-gejala atau ciri-ciri sebagai berikut:
a) Menunjukkan prestasi belajar yang rendah atau berada di bawah rata-rata yang dicapai oleh siswa lain dalam satu kelas.
b) Hasil belajar atau prestasi belajar yang diperoleh tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, artinya meskipun usahanya sudah keras, namun nilainya selalu rendah.
c) Siswa lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar, artinya ia selalu tertinggal dalam mengerjakan soal-soal, dalam mengerjakan tugas-tugas, dan sebagainya.
d) Siswa menunjukkan sikap yang tidak atau kurang wajar selama proses pembelajaran, misalnya membolos, sering tidak masuk pada mata pelajaran mata pelajaran tertentu, dan sebagainya.
e) Menunjukkan perilaku menyimpang. Misalnya, suka membolos, tidak mengerjakan tugas-tugas, tidak mau bekerjasama dengan teman-temannya terisolasi, dan sebagainya.
f) Emosional, misalnya mudah tersinggung, mudah marah, pemurung, rendah diri dan sebagainya.
Untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, penting bagi guru dan orang tua untuk memberikan dukungan yang memadai, termasuk pengajaran yang disesuaikan, program remedial, serta konseling untuk mendukung aspek emosional mereka. Pendekatan yang tepat dapat membantu siswa mengatasi hambatan ini dan mengoptimalkan potensi mereka.
d) Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar
Fenomena kesulitan belajar (Djaali, 2019) merupakan salah satu yang menjadi dampak terhadap prestasi belajar peserta didik menjadi rendah baik yang datang dari diri sendiri (internal) maupun lingkungan peserta didik (eksternal).
- Faktor internal
1) Ciri khas atau karakteristik peserta didik. Hal tersebut berkaitan dengan kondisi kepribadian siswa baik fisik maupun mental. Masalah-masalah belajar yang berkenaan dengan dimensi siswa sebelum belajar pada umumnya berkenaan dengan minat, kecakapan dan pengalaman-pengalaman.
2) Sikap dalam belajar. Bila sebelum memulai pembelajaran siswa memiliki sikap menerima pembelajaran maka dia akan berusaha terlibat dalam kegiatan belajar yang baiak, namun sebaliknya jika siswa memiliki sikap menolak maka dia juga akan cenderung kurang memperhatikan pembelajaran. Hal tersebut akan berdampak pada hasil belajar siswa.
3) Motivasi belajar. Siswa yang memiliki motivasi dalam belajar yang tinggi akan cenderung lebih aktif bertanya, mencatat, membuat resume, menyimpulkan bahkan mempraktekkan sesuai yang dipelajari, namun siswa yang kurang memiliki motivasi belajar akan cenderung kurang bersungguh-sungguh dalam belajar. Hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa yang diperolehnya menjadi kurang baik.
4) Kosentrasi belajar. Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Seringkali siswa hanya memperhatikan namun tidak memahami dengan benar apa yang sedang diperhatikan. Hal inilah yang menjadi kesulitan berkonsentrasi dalam belajar yang nantinya juga akan berdampak pada hasil belajar siswa yang maksimal.
5) Mengolah bahan belajar. Mengolah bahan belajar merupakan proses berpikir seseorang untuk mengolah informasi-informasi yang diterima sehingga menjadi bermakna. Bilamana siswa kesulitan dalam mengolah pesan atau materi yang diterima maka siswa membutuhkan bantuan dari guru yang mendorong siswa agar mampu mengolah bahan belajar dengan sendiri. Hal tersebut apabila tidak ditangani akan mempengaruhi hasil belajar yang kurang memuaskan.
6) Menggali hasil belajar. Menggali hasil belajar adalah mempelajari kembali hasil belajar yang sudah ditemukan atau diketahui. Apabila dalam proses sebelumnya yaitu dalam mengolah bahan ajar siswa kesulitan maka dalam menggali hasil belajar dia juga akan kesulitan untuk mengulangi kembali materi yang sudah diketahui.
7) Rasa percaya diri. Hal ini merupakan salah satu kondisi psikologis yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Biasanya siswa yang kurang percaya diri akan cenderung tidak memiliki keberanian melakukan sesuatu.
8) Kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya.
- Faktor eksternal,
1) Guru sebagai pembina peserta didik belajar(Muis, 2013). Guru merupakan komponen dalam pembelajaran selain itu juga memiliki peranan yang penting yaitu mengajar dan mendidik. Guru memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan proses pendidikan. Hal ini akan berpengaruh dengan keberhaslan proses belajar mengajar.
2) Lingkungan sosial peserta didik di sekolah. Lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh positif dan dapat pula memberikan pengaruh negatif. Tidak sedikit peserta didik yang mengalami peningkatan hasil belajarnya karena pengaruh teman sebayanya yang mampu memberikan motivasi untuk belajar. Namun sebaliknya bilamana 14 teman sebayanya tidak memberikan hal yang positif untuk memotivasi belajar maka akan berdampak pada hasil belajar yang tidak baik.
3) Kurikulum sekolah. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan perubahan dan kemajuan masyarakat, maka dari itu seringkali kurikulum mengalami perubahan. Hal ini akan menimbulkan permasalahan-permasalahan seperti tujuan yang akan dicapai, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi yang berdampak pada proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.
4) Prasarana dan sarana pembelajaran. Hal ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Dilihat dari dimensi guru ketersediaannya prasarana dan sarana akan memberikan kemudahan dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif. Sedangkan dari dimensi peserta didik ketersediaan prasarana dan sarana akan menciptakan iklim pembelajaran yang lebih kondusif dan kemudahan-kemudahan bagi peserta didik untuk mendapatkan informasi dan sumber belajar agar dapat mendorong berkembangnya motivasi mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar bermacam-macam. Beberapa menyebutkan faktor internal yang menyebabkan kesulitan belajar yaitu mengenai kesehatan peserta didik dalam mengikuti pelajaran, motivasi peserta didik, sikap belajar, dan minat dari peserta didik itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan kesulitan belajar peserta didik yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
- RANGKUMAN
Diagnosis kesulitan belajar adalah proses yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memahami hambatan atau masalah yang dialami siswa dalam proses belajar, diagnosis berfungsi sebagai alat untuk menentukan rencana pembelajaran yang lebih efektif dan personal, baik melalui metode pengajaran yang disesuaikan, penggunaan media pembelajaran yang tepat, maupun pemberian dukungan emosional. Siswa yang mengalami kesulitan belajar biasanya menunjukkan kesulitan dalam memahami, menyerap, atau menerapkan pengetahuan dalam berbagai mata Pelajaran. Dengan memahami dan melakukan diagnosis kesulitan belajar, guru dapat merancang pembelajaran yang inklusif dan mendukung perkembangan seluruh siswa.