Uraian Materi
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai strategi apa yang akan di pilih dalam mengatasi kesulitan belajar, menjelaskan mengenai strategi mengenali kesulitan belajar, prosedur mengenali kesulitan belajar, program pengajaran remidial dan program pengayaan, program pengayaan, strategi pengajaran pengayaan, diskusi tentang evaluasi hasil belajar ini membantu memahami peran penting evaluasi dalam proses pendidikan dan bagaimana guru dapat mengembangkan strategi evaluasi yang lebih efektif untuk mendukung pembelajaran.
a) Strategi mengenali kesulitan belajar
Proses mengenali kesulitan belajar pada siswa dilakukan untuk mengidentifikasi letak kesulitan belajar pada siswa, faktor penyebab kesulitan serta kemungkinan alternatif pemecahan yang diberikan. Mengenali kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara tes maupun nontes. (Utami Pratiwi, 2020).
1) Teknik Nontes
Teknik nontes dalam mengenali siswa yang mengalami kesulitan belajar merupakan sebuah teknikyang digunakan untuk mengetahui kondisi kesulitan belajar pada siswa, siswa tidak diperlakukan secaara khusus dalam kondisi tertentu namun dibiarkan sebagaimana adanya, teknik ini meliputi wawancara, observasi, angket, sosiometri, biografi, pemeriksaan fisik, kesehatan serta dokumentasi.
a) Teknik wawaancara(Borg & Gall, 1989), merupakan cara menjalin komunikasi dengan sumber data atau responden. Bentuk komunikasi yang dibangun dalam wawancara dapat berupa dialog maupun tanya jawab yang dilakukan secara lisan yang dilakukan dengan cara bermacam-macam. Jenis wawancara dapat dibedakan menjadi wawancara langsung dan tidak langsung, wawancara terencana dan insidental, wawancara bebas dan wawancara terpimpin(Sardirman, 2018). Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara (interviewer) dan orang yang diwawancarai (interviewee) tanpa melalui perantara. Wawancara tidak langsung pewawancara menanyakan sesuatu kepada responden melalui perantara, seperti angket, artinya peneliti tidak menemui langsung respondennya. Wawancara terencana adalah suatu bentuk wawancara dimana pewawancara dalam hal ini peneliti menyusun secara terperinci dan sistematis rencana atau pedoman pertanyaan menurut pola tertentu dengan menggunakan format yang baku. Wawancara tidak terpimpin atau wawancara insidental, di mana wawancara lebih bebas namun biasanya kurang mendalam. Wawancara bebas hanya fokus pada garis besar, sedangkan wawancara terpimpin dilaksanakan berdasarkan pedoman wawancara.
b) Teknik Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukaan melalui sesuatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau prilaku objek sasaran. Jenis observasi ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu observasi terencana merupakan kegiatan observasi yang dilakukan telah dipersiapkan secara matang dan sistematis, dan observasi insidental merupakan jenis observasi yang dilakukan sesuai kebutuhan dan tanpa perencanaan yang lebih matang. Observasi partisipan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara observer ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan, sedangkan observasi non partisipan merupakan kegiatan observasi yang dilakukan dengan cara observer tidak ikut serta dalam kegiatan observas(Borg, W.R. & Gall, 1983)i.
c) Teknik angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Angket langsung merupakan jenis angket yang langsung diberikan pada responden dan akan dikumpulkan data nya untuk langsung menjawab sendiri. Angket tidak langsung merupakan angket yang tidak diberikan dan di jawab langsung oleh responden, namun diberikan pada responden lain yang dianggap memahami angket(Suhendro, 2020). Angket terbuka (angket tidak terstruktur) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaanya. Angket tertutup adalah jenis angket yang setelah rumusan pertanyaannya disediakan pula alternatif jawaban yang dapat dipilih responden
d) Teknik sosiometri merupakan cara untuk melihat dan mengetahui pola hubungan sosial siswa dikelas, berteman dengan siapa, kecenderungan dalam membentuk kelompok, atau bahkan kecenderungan kepatuhan kelas dalam pada kepemimpinan kelas. Sosiometri dapat digunakan untuk mengidentifikasi siswa berkesulitan belajar terutama terkait dengan posisi siswa di dalam kelas, apakah ia terasing atau disuka. Baik buruknya hubungan sosial seseorang dengan orang lain dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu tingkat frekuensi hubungan, intensitas hubungan dan popularitas hubungan(Hidayat et al., 2020).
e) Teknik dokumentasi, merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara menguntip, mengopi atau mengambil gambar dari sumber catatan yang memang sudah terdokumentasikan. Teknik dokumentasi dalam mengidentifikasi kesulitan belajar digunakan dalam bentuk dokumentasi raport, daftar hadir.
f) Teknik pemeriksaan Fisik dan Kesehatan
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kondisi fisik, bentuk tubuh dan kekurangan fungsi organ tubuh, pemeriksaan kesehatan yang berkaitan dengan permasalahan penyakit yang yang diderita. Oleh sebab itu, dalam pemeriksaan fisik dan kesehatan peran dokter sangaat dibutuhkan. Penggunaan teknik ini dalam mengidentifikasi kesulitan belajar dan siswa lebih pada kondidi fisik siswa dan fungsi organ tubuh, jika terdapat msalah maka akan ditindak lanjuti secara medis.
2) Teknik Tes
Tes merupakan pertanyaan-pertanyaanyang harus di jawab atau perintah yang harus di jalankan. Atas dasar jawaban yang diberikan, tes terhadap pertanyaan yang diberikan (Pinsonneault, A., & Kraemer, 1993). Teknik ini menggunakan berbagai macam bentuk instrumen berupa alat tes(Bungin, 2003). Dalam menentukan kesulitan belajar siswa dengan menggunakan teknik tes maka dapat menggunakan tes hasil belajar dan tes psikologi.
1) Tes Hasil Belajar
Merupakan jenis tes yang diberikan kepada siswa oleh guru untuk mengetahuitingkat penugasan bahan atau materi pelajaran yang telah di sampaikanselama proses pembelajaran dalam bentuk ulangan, ujian, ataupun dalam bentuk kegiatan evaluasi.
Pelaksanaan tes ini membutuhkan perencanaan yang matang dan memenuhi persyaratan alat tes, yang digunakan. Hasil tes menggambarkan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran, hasil ini juga menggambarkan siswayang memiliki masalah atau kesulitan belajar, biasanya diidentifikasi dari capaian nilai yang rendah dibandingkan siswa lainnya.
2) Tes Psikologis
Merupakan teknik pengumpulan data siswa yang bersifat potensial, yaitu tentang kemampuan yang belum tampak atau belum berkembang tapi dimiliki siswa, seperti bentuk intelegensi, bakat, minat, kepribadian, sikap dan sebagainya. Tes psikologi ini hanya boleh dilakukan oleh orang berkompeten yang bersertifikat. Tes psikologi merupakan tes yang telah terstandar. Tes jenis ini digunakan untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa secara potensial dan lebih bersifat psikologis daibandingkan perilaku atau kebiasaan belajar lainnya.
b) Prosedur mengenali kesulitan belajar
Kesulitan-kesulitan belajar yang dialami murid-murid bermacam-macam jenisnya, ada yang ringan sehingga dapat langsung ditolong oleh guru, tetapi ada juga yang agak parah sehingga sulit bagi guru untuk menolongnya. Untuk hal semacam ini diperlukan bantuan khusus dari seorang ahli yaitu konselor sekolah atau tenaga ahli lainnya. Tujuan identifikasi kesulitan belajar ialah menemukan gejala-gejala kesulitan belajar, menelaah status murid dan segera memberikan pertolongan untuk kesulitan-kesulitan ringan atau mengirimkan kasus kepada ahlinya bagi murid-murid yang memerlukan layanan khusus(Puspita, 2019). Jadi prosedur identifikasi kesulitan belajar meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
Prosedur identifikasi kesulitan belajar melibatkan serangkaian langkah sistematis untuk mengidentifikasi siswa yang mungkin mengalami kesulitan belajar dan menentukan intervensi yang tepat(K & Dewi Aisyah, 2021). Berikut adalah langkah-langkah umum dalam prosedur tersebut:
1) Pengamatan Awal
Pengamatan guru yaitu mengamati perilaku dan kinerja akademik siswa selama kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya adalah catatan harian, yaitu guru mencatat hal-hal yang tidak biasa seperti ketidakmampuan mengikuti instruksi, kesulitan membaca atau menulis, dan perilaku yang mengindikasikan kesulitan belajar.
2) Pengumpulan Data
Pengumpulan data melalui hasil belajar yaitu dengan mengumpulkan hasil tes, tugas, dan pekerjaan rumah siswa untuk melihat pola kesulitan belajar. Pengumpulan data berikutnya yaitu dengan wawancara dan diskusi yaitu mengadakan diskusi dengan siswa untuk memahami perspektif mereka tentang kesulitan yang dihadapi. Kuesioner dan survey yaitu menggunakan kuesioner dan survei untuk mendapatkan informasi tambahan dari siswa, guru lain, dan orang tua.
3) Screening Awal
Screaning awal dapat dilakukan melalui tes screening yaitu melakukan tes screening awal yang dirancang untuk mengidentifikasi kesulitan belajar tertentu seperti disleksia, diskalkulia, atau ADHD. Observasi kelas yaitu observasi lebih mendalam di kelas oleh guru atau tenaga ahli untuk mengidentifikasi masalah spesifik.
4) Rujukan ke Spesialis
Hal ini dapat dilakukan konseling sekolah yaitu merujuk siswa ke konselor sekolah atau psikolog pendidikan untuk evaluasi lebih lanjut. Evaluasi psikoedukasi yaitu melakukan evaluasi psikoedukasi yang meliputi tes inteligensi, tes kognitif, dan evaluasi emosional untuk menentukan jenis dan tingkat kesulitan belajar.
5) Analisis Hasil Evaluasi
Analisis hasil evaluasi melalui nterpretasi data yaitu konselor atau psikolog menganalisis hasil tes dan evaluasi untuk menentukan apakah siswa memang mengalami kesulitan belajar. Identifikasi Kebutuhan Spesifik: Menentukan kebutuhan spesifik siswa berdasarkan hasil analisis, seperti jenis dukungan yang diperlukan dan metode pengajaran yang sesuai.
6) Penyusunan Rencana Intervensi
Hal ini dapat dilakukan dengan membuat Rencana Pembelajaran Individual (RPI) yaitu menyusun RPI yang mencakup tujuan, strategi, dan metode pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Kolaborasi dengan Guru dan Orang Tua: Membahas rencana intervensi dengan guru, orang tua, dan siswa untuk memastikan dukungan yang konsisten di rumah dan sekolah.
7) Implementasi Intervensi
Pelaksanaan Rencana Pembelajaran Individual (RPI) yaitu guru dan staf sekolah melaksanakan rencana pembelajaran individual yang telah disusun. Monitoring dan Penyesuaian: Mengawasi kemajuan siswa secara terus-menerus dan melakukan penyesuaian pada rencana intervensi sesuai kebutuhan.
8) Evaluasi dan Tindak Lanjut
Hal ini dapat dilakukan dengan penilaian berkala yaitu melakukan penilaian berkala untuk mengukur efektivitas intervensi dan kemajuan siswa. Adanya tindak lanjut, jika perlu, melakukan evaluasi tambahan atau merujuk ke spesialis lain seperti terapis okupasi, ahli bahasa, atau ahli terapi fisik. Contoh mplementasi dengan mengikuti prosedur yang sistematis, sekolah dapat secara efektif mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan memberikan intervensi yang tepat untuk mendukung perkembangan akademik dan kesejahteraan mereka.
c) Program pengajaran remidial dan program pengayaan
1) Tujuan Program pengajaran remidial
Program pengajaran remedial dan program pengayaan untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah dua pendekatan penting yang dapat membantu memenuhi kebutuhan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Berikut adalah penjelasan mengenai kedua program tersebut, termasuk langkah-langkah implementasi dan strategi yang efektif (Muis, 2013).
Program pengajaran remedial dirancang untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran atau yang belum mencapai standar kompetensi yang diharapkan. Tujuan utama dari program ini adalah untuk memberikan kesempatan tambahan kepada siswa agar mereka dapat menguasai konsep-konsep yang sebelumnya belum dipahami dengan baik.
Secara lebih spesifik, tujuan program pengajaran remedial meliputi (Prabowo, 2019):
1) Meningkatkan Pemahaman Konsep. Program ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran dengan lebih baik di masa mendatang.
2) Meningkatkan Keterampilan Belajar. Siswa akan dibantu untuk mengembangkan strategi belajar yang lebih efektif, seperti teknik mengorganisasi informasi, cara mengingat yang lebih baik, dan penerapan metode pemecahan masalah.
3) Mengurangi Kecemasan Belajar. Dengan bimbingan yang lebih intensif, siswa dapat mengatasi rasa takut atau frustrasi yang sering muncul ketika mereka menghadapi kesulitan dalam pelajaran. Program ini membantu mereka mendapatkan kepercayaan diri kembali.
4) Mencegah Ketertinggalan Lebih Lanjut. Melalui pengajaran remedial, siswa yang tertinggal dapat mengejar ketertinggalan mereka sehingga tetap sejajar dengan teman sekelasnya.
5) Mendukung Perkembangan Akademik. Program ini juga membantu siswa mencapai standar kompetensi yang diperlukan, sehingga mereka dapat melanjutkan pembelajaran di jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan pemahaman dasar yang kuat.
Secara keseluruhan, pengajaran remedial berperan penting dalam mendukung kesuksesan akademik siswa, mencegah kegagalan, dan memberikan bimbingan yang diperlukan untuk mencapai potensi belajar yang maksimal. Program pengajaran remedial bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran tertentu sehingga mereka dapat mengejar ketinggalan dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Langkah-langkah Implementasi sebagai berikut:
1) Identifikasi Siswa yang Membutuhkan Remedial. Menggunakan hasil tes, tugas, dan observasi guru untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
2) Penilaian Diagnostik. Melakukan penilaian diagnostik untuk mengetahui area spesifik yang menjadi kesulitan siswa.
3) Penyusunan Rencana Pembelajaran Individual (RPI). Menyusun RPI yang berfokus pada kebutuhan spesifik siswa, termasuk tujuan belajar, metode pengajaran, dan alat bantu yang digunakan.
4) Implementasi Program Remedial. Melaksanakan sesi pengajaran tambahan di luar jam pelajaran reguler, seperti sesi pagi atau sore. Menggunakan metode pengajaran yang beragam dan disesuaikan dengan gaya belajar siswa, seperti visual, auditori, atau kinestetik.
5) Monitoring dan Evaluasi. Memantau kemajuan siswa secara berkala dan menyesuaikan strategi pengajaran sesuai kebutuhan. Melakukan evaluasi akhir untuk menilai efektivitas program remedial dan menentukan langkah selanjutnya.
Secara keseluruhan, pengajaran remedial berperan penting dalam mendukung kesuksesan akademik siswa, mencegah kegagalan, dan memberikan bimbingan yang diperlukan untuk mencapai potensi belajar yang maksimal.
2) Strategi Pengajaran Remedial
Strategi pengajaran remedial dirancang untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar dapat mengejar ketertinggalan dan memahami materi pelajaran dengan lebih baik. Pengajaran remedial bersifat individual atau kelompok kecil dan berfokus pada kebutuhan spesifik setiap siswa(Henry, J. and Crawford, 2005). Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam pengajaran remedial:
1) Penilaian Diagnostik Awal. Sebelum memulai pengajaran remedial, guru harus melakukan penilaian diagnostik untuk mengidentifikasi area kesulitan siswa. Dengan mengetahui masalah spesifik yang dihadapi, guru dapat merancang strategi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
2) Pembelajaran yang Dipersonalisasi. Strategi ini melibatkan penyesuaian materi dan metode pembelajaran sesuai dengan gaya belajar dan kemampuan setiap siswa. Beberapa siswa mungkin lebih responsif terhadap pendekatan visual, sementara yang lain mungkin lebih baik dengan metode auditori atau kinestetik.
3) Pengulangan dan Pemahaman Berulang. Siswa yang kesulitan seringkali membutuhkan lebih banyak pengulangan untuk memahami suatu konsep. Strategi ini melibatkan memberikan latihan tambahan dan pengulangan materi sampai siswa merasa nyaman dengan topik tersebut.
4) Pendekatan Langkah Demi Langkah. Materi yang kompleks dapat dibagi menjadi langkah-langkah kecil yang lebih mudah dipahami. Guru dapat menyederhanakan topik yang sulit dan mengajarkan satu konsep pada satu waktu sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya.
5) Penggunaan Media Pembelajaran yang Bervariasi. Media pembelajaran yang bervariasi, seperti video, gambar, atau alat peraga fisik, dapat membantu memperkuat pemahaman siswa terhadap materi. Penggunaan teknologi juga dapat menjadi alat yang efektif dalam pengajaran remedial.
6) Pendampingan dan Bimbingan Intensif. Pengajaran remedial sering memerlukan bimbingan satu per satu atau dalam kelompok kecil. Guru memberikan perhatian lebih intensif kepada siswa dan memberikan umpan balik secara terus-menerus untuk memastikan pemahaman yang tepat.
7) Pemberian Tugas yang Terarah dan Terstruktur. Tugas dan latihan yang diberikan harus terarah, terstruktur, dan disesuaikan dengan kemampuan siswa. Tugas ini berfungsi sebagai penguatan konsep yang diajarkan dan memungkinkan siswa untuk berlatih lebih dalam.
8) Pemberian Motivasi dan Dukungan Emosional. Siswa yang mengalami kesulitan belajar sering merasa frustasi atau kehilangan motivasi. Guru harus memberikan dorongan dan dukungan emosional, membantu siswa membangun kepercayaan diri dan mengembangkan pola pikir positif terhadap pembelajaran.
Strategi-strategi ini bertujuan untuk mendukung siswa agar dapat mengatasi tantangan belajar mereka, meningkatkan pemahaman, dan mencapai keberhasilan akademis dengan pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan individual.
1) Pembelajaran Berbasis Teman Sebaya: Melibatkan teman sebaya yang lebih menguasai materi untuk membantu siswa yang kesulitan.
2) Penggunaan Teknologi: Menggunakan aplikasi dan perangkat lunak edukatif yang interaktif untuk membantu siswa memahami konsep yang sulit.
3) Pendekatan Multisensori: Menggunakan berbagai indera dalam proses pembelajaran, seperti mendengarkan, melihat, dan melakukan.
d) Program Pengayaan
Program pengayaan adalah bentuk kegiatan atau pembelajaran tambahan yang diberikan kepada siswa yang telah mencapai atau melampaui standar kompetensi dasar dalam pembelajaran(Djaali, 2019). Tujuan dari program ini adalah untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan, keterampilan, serta kemampuan siswa yang telah menguasai materi pelajaran lebih cepat dibandingkan dengan teman sekelasnya. Program pengayaan dirancang untuk memberikan tantangan lebih bagi siswa berprestasi agar mereka terus berkembang secara intelektual dan kreatif. Program pengayaan bertujuan untuk memberikan tantangan tambahan dan kesempatan belajar lebih kepada siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata sehingga mereka dapat mengembangkan potensi mereka secara maksimal.
Langkah-langkah Implementasi dalam program pengayaan(Muhamad Irham, 2017), diantaranya :
1) Identifikasi Siswa yang Membutuhkan Pengayaan. Menggunakan hasil tes, observasi guru, dan rekomendasi untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki kemampuan lebih.
2) Penilaian Kebutuhan Pengayaan. Melakukan penilaian untuk mengetahui area minat dan kekuatan siswa yang membutuhkan pengayaan.
3) Penyusunan Rencana Pengayaan. Menyusun rencana pengayaan yang mencakup tujuan, materi, dan metode pembelajaran yang lebih menantang.
4) Implementasi Program Pengayaan. Melaksanakan kegiatan pengayaan di dalam atau di luar kelas reguler, seperti proyek penelitian, kelas tambahan, atau kegiatan ekstrakurikuler. Melibatkan ahli atau mentor untuk memberikan panduan dan inspirasi kepada siswa.
5) Monitoring dan Evaluasi. Memantau kemajuan siswa dalam program pengayaan dan melakukan evaluasi untuk menilai efektivitas program. Menyesuaikan program berdasarkan hasil evaluasi dan feedback dari siswa.
e) Strategi Pengajaran Pengayaan
Strategi pengajaran pengayaan adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk memperkaya pengalaman belajar siswa yang telah mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi atau yang belajar lebih cepat dibandingkan dengan teman sekelasnya. Strategi ini bertujuan untuk menantang siswa berprestasi dengan memberikan kegiatan tambahan yang lebih mendalam, kreatif, dan kompleks, yang melampaui kurikulum dasar.
Berikut adalah beberapa strategi pengajaran pengayaan (Muhamad Irham, 2017):
1) Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) strategi ini melibatkan siswa dalam proyek-proyek yang membutuhkan penelitian, analisis, dan solusi kreatif. Proyek ini dapat lintas disiplin dan mengintegrasikan berbagai keterampilan seperti komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Misalnya, siswa dapat diminta untuk membuat prototipe, mengembangkan program, atau menulis karya ilmiah berdasarkan penelitian mereka.
2) Tugas berbasis penelitian siswa yang telah menguasai materi pelajaran dapat diberikan tugas penelitian untuk memperdalam pemahaman mereka. Tugas ini melibatkan pencarian informasi yang lebih kompleks dan mendalam mengenai topik tertentu, yang mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis.
3) Pembelajaran berbasis tantangan strategi ini menempatkan siswa dalam situasi tantangan yang memerlukan solusi inovatif. Guru memberikan permasalahan yang lebih kompleks untuk dipecahkan, yang memaksa siswa untuk menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti sintesis, evaluasi, dan analisis mendalam.
4) Penggunaan teknologi dan media pemanfaatan teknologi seperti program komputer, aplikasi interaktif, dan platform pembelajaran daring dapat membantu siswa dalam mengeksplorasi topik yang lebih luas dan mendalam. Teknologi ini memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri dan mengeksplorasi minat mereka lebih jauh.
5) Kegiatan kolaboratif dalam pengajaran pengayaan, kolaborasi sering kali digunakan untuk membantu siswa berbagi ide dan memecahkan masalah bersama. Siswa dapat bekerja dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan proyek yang lebih rumit, yang memerlukan kontribusi dari berbagai sudut pandang dan keterampilan.
6) Pembelajaran interdisipliner strategi ini mengintegrasikan berbagai mata pelajaran dalam satu kegiatan pembelajaran. Misalnya, siswa dapat menggabungkan ilmu pengetahuan, matematika, dan seni dalam proyek penelitian yang kreatif. Ini memungkinkan siswa melihat hubungan antara berbagai bidang studi dan memperluas wawasan mereka.
7) Pengembangan keterampilan kepemimpinan strategi pengayaan juga dapat melibatkan siswa dalam peran kepemimpinan, seperti memimpin proyek kelompok atau menjadi mentor bagi siswa lain. Ini membantu mengembangkan keterampilan sosial dan emosional serta tanggung jawab.
8) Tugas yang menantang secara kreatif siswa dapat diberikan tugas yang memerlukan kreativitas tinggi, seperti menciptakan karya seni, menulis cerita, atau merancang model teknologi. Kegiatan semacam ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi ide-ide mereka sendiri dan menerapkannya dalam bentuk yang unik.
9) Pembelajaran mandiri dalam strategi ini, siswa diberi kebebasan untuk mengeksplorasi minat mereka secara mandiri dengan bimbingan minimal dari guru. Siswa mungkin diberikan daftar topik yang dapat mereka pilih dan pelajari lebih dalam, dengan sumber daya yang disediakan oleh guru.
Beberapa strategi dalam pengayaan lainnya (Wills, 2018) adalah:
a) Proyek Independen yaitu memberikan proyek independen yang menantang siswa untuk melakukan penelitian dan eksplorasi lebih mendalam.
b) Kelas Akselerasi yaitu menyediakan kelas akselerasi untuk siswa yang mampu menyelesaikan materi lebih cepat dari jadwal reguler.
Kolaborasi dengan Institusi Luar yaitu membina kerjasama dengan universitas, perusahaan, atau organisasi lain untuk memberikan pengalaman belajar tambahan kepada siswa.