Deskripsi Materi Pertemuan 3

Budi Oetomo

Budi Utomo adalah organisasi pelajar yang didirikan pada 20 Mei 1908 oleh Dr. Sutomo dan mahasiswa STOVIA di Jakarta, yang awalnya bergerak dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan untuk kemajuan Hindia. Meskipun awalnya terbatas pada Jawa dan Madura, tujuan Budi Utomo diperluas untuk mencakup seluruh penduduk Hindia tanpa memandang perbedaan keturunan, jenis kelamin, atau agama. Namun, setelah mendapatkan dukungan luas, kepemimpinan Budi Utomo beralih ke generasi yang lebih tua dan terjadilah perdebatan tentang tujuan organisasi, terutama antara mereka yang berorientasi politik seperti Dr. Cipto Mangunkusumo dan mereka yang lebih moderat seperti Tirtokusumo. Akhirnya, Budi Utomo memutuskan untuk fokus pada pendidikan dan budaya, khususnya bagi golongan priyayi, dengan menekankan pentingnya bahasa Belanda untuk meraih posisi dalam pemerintahan kolonial, sehingga semangat "proto nasionalisme" awal semakin terkikis.

Sarikat Islam (SI)

Sebelum terbentuknya Sarikat Islam (SI), organisasi Sarikat Dagang Islam (SDI) didirikan pada 16 Oktober 1905 oleh Tirto Adhi Soerjo, yang kemudian menjadi organisasi yang sangat mengkhawatirkan pemerintah kolonial, terutama melalui penerbitan surat kabar "Medan Prijaji". Setelah Tirto Adhi Soerjo ditangkap dan diasingkan, Haji Samanhudi mengambil alih kepemimpinan dan mengubah orientasi SDI dari ekonomi ke politik, terutama setelah konflik dengan pedagang batik Tionghoa. Pada tahun 1915, Central Sarikat Islam (CSI) dibentuk di Surabaya di bawah pimpinan Haji Samanhudi dan HOS Cokroaminoto. Pemerintah kolonial kemudian berupaya memecah SI dengan menginfiltrasi kelompok sosialis Marxis, yang akhirnya menyebabkan perpecahan SI pada tahun 1920 menjadi dua faksi: SI Merah yang dipimpin oleh Semaun dan SI Putih yang dipimpin oleh Cokroaminoto.

Indische Partij

Indische Partij didirikan pada 6 September 1912 oleh tiga serangkai: Dr. Cipto Mangunkusumo, E.F.E. Douwes Dekker, dan Suwardi Suryaningrat. Sebagai organisasi radikal, Indische Partij sejak awal bergerak di bidang politik dan sering menyampaikan kritik keras melalui media, terutama majalah De Express. Salah satu tulisan terkenal, "Als ik eens Nederlander was" oleh Suwardi Suryaningrat, menyindir pemerintah kolonial yang meminta rakyat Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari Prancis, meskipun mereka sendiri masih dijajah. Kritik ini menyebabkan Suwardi ditangkap, diikuti oleh penangkapan Dr. Cipto Mangunkusumo setelah membela Suwardi lewat tulisannya. Meskipun hanya tersisa E.F.E. Douwes Dekker di pucuk pimpinan, Indische Partij tetap berjuang untuk membangun patriotisme semua Indiers, memajukan Hindia, dan mempersiapkan rakyat untuk merdeka

Last modified: Wednesday, 11 September 2024, 7:14 PM