Deskripsi Materi Pertemuan 4

Indonesische Studi Club

Indonesische Studi Club didirikan Oleh Dr. Sutomo 11 Juli 1924 di Surabaya dengan tujuan menanamkan rasa tanggungjawab sosial dan politik pada para anggotanya. Organisasi ini juga bertujuan untuk mencari jalan keluar berkait dengan permasalahan ekonomi nasional. Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Club ini juga karena ada rasa kecewa terhadap Budi Utomo sehingga kelemahan Budi Utomo coba diatasi dalam Indonesische Studie Club. Bagi Dr Sutomo, kemerdekaan Indonesia bisa dicapai dengan lahirnya kaum intelektual yang berpikiran kritis. Karena itu Indonesische Studie Club harus mendorong kaum pribumi terpelajar agar menumbuhkan kesadaran hidup bermasyarakat, pengetahuan politik, memperbincangkan masalah-masalah kemasyarakatan serta bersatu untuk kemerdekaan Indonesia.

Indonesische Studie Club tahun 1926 berusaha kembali untuk menghidupkan Gerakan yang didasari oleh ideologi PI dengan mengutus R.P Singgih seorang pengacara dan sekaligus sekretaris Indonesische Studies Club untuk berkeliling Jawa untuk mensosialisasikan perlunya persatuan dan mendorong kaum muda untuk medirikan dan berperanserta aktif dalam kelompok-kelompok studi. Pertemuan besar tersebut menyepakati pembentukan Komite Persatuan Indonesia (KPI) sebagai cikal bakal terbentuknya partai nasional untuk semua golongan. Organisasi-organisasi yang hadir menyepakati untuk mendukung KPI yang anggotanya berasal dari semua studieclub (Indonesische Studie Club, Algemeene Studie Club), Partai Sarikat Islam, Muhammadiyah, Jong Islaminten Bond, Pasoendan, Persatoean Minahasa, Sarekat Ambon dan Sarekat Madura.

Algemeene Studieclub

Didirikan oleh sekelompok pemuda yang nengenyam pendidikan barat (Belanda) di Bandung tahun 1924. Para pelajar setelah menempuh pendidikan di belanda mereka pulang dengan membawa ide-ide demokrasi, nasionalisme dan modernisasi. Mereka mendirikan organisasi ini sebagai forum diskusi dan kajian kritis Indonesia dibawah jajahan Belanda. Mereka membahasa permasalahan-permasalahan sosial, politik dan ekonomi dibawah kekuasaan Belanda.

Algemeene Studieclub bertujuan membangun kesadaran politik dan sosial kalangan muda Indonesia dengan berbagai kegiatan diantaranya :

  1. Seminar dan diskusi, yang dibahas adalah isu-isu yang relevan dengan kondisi politik, ekonomi dan social yang dialami oleh masyarakat Indonesia yang sedang dijajah.
  2. Melakukan publikasi dengan menerbitkan berbagai artikal, pamlet maupun jurnal yang berisi gagasan, pemikiran berkait kondisi Indonesia.
  3. Melakukan kerjasama dengan organisasi pergerakan yang lain untuk memperkokoh perjuangan kemerdekaan.

Algemeene Studieclub sangat berpengaruh terhadap lahirnya nasionalisme Indonesia terbukti dari lahirnya beberapa pemimpin diantaranya : Sukarno, Hatta dan sartono. Algemeene Studieclub memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia pada awal abad ke-20. Melalui diskusi, publikasi, dan kerjasama dengan organisasi pergerakan lainnya, Algemeene Studieclub berhasil menanamkan semangat perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam kelompok ini kemudian menjadi pemimpin-pemimpin penting dalam sejarah Indonesia, menunjukkan betapa besar dampak yang ditinggalkan oleh Algemeene Studieclub dalam perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.

PI (Perhimpunan Indonesia)

PI didirikan tahun 1908 oleh orang-orang Indonesia yang belajar di Belanda diantaranya Sutan Kasayanagn, R.N. Noto Suroto dengan nama Indische Vereeniging (IV) dengan tujuan untuk memajukan kepentingan-kepentingan bersama orang-orang Indonesia yakni yang pribumi dan non-pribumi bukan Eropa. Pada awalnya organisasi ini bersifat social namun setelah perang dunia I berakhir rasa anti konialisme dan imperialisme dikalangan pemimpin semakin menguat. Lebih-lebih setelah munculnya seruan presiden Woodrow Wilson dari AS setelah perang dunia berakhir membuat kesadaran untuk menentukan menentukan nasib sendiri bangsa Indonesia semakin kuat. Perkembangan ini juga membuat nama Indische Vereeniging diganti menjadi Indonesische Vereeniging tahun 1922. Tahun 1925 selain nama dalam Bahasa Belanda juga dipakai nama dalam Bahasa Indonesia yakni Perhimpunan Indonesia, sehingga lama kelamaan hanya nama perhimpunan Indonesia (PI) yang dipakai. Dengan demikian PI semakin tegas untuk masuk ranah politik. Perubahan ini didorong oleh bangkitnya berbagai bangsa terjajah di Asia dan Afrika untuk memperjuangkan kemerdekaannya.

Asas PI seperti termuat dalam majalah Hindia Poetra menyebutkan “mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggungjawab hanya kepada rakyat Indonesia semata-mata, bahwa hal yang demikian itu hanya akan dapat dicapai oleh orang Indonesia sendiri, bukan dengan pertolongan siapapun juga; bahwa segala jenis perpecahan tenaga haruslah dihindarkan supaya tujuan itu lekas tercapai”. Sejak tahun 1923 PI secara aktif memantau pergerakan di Indonesia. Dengan perubahan nama menjadi PI keluar dari Indonesisch Verbon van Studeerenden, (suatu perkumpulan yang bertujuan menggabungkan organisasi-organisasi mahasiswa Indonesia, Belanda, Indo Belanda, dan peranakan Cina yng berorientasi ke Indonesia dalam suatu kerjasama) tahun 1923 karena dianggap tidak perlu lagi. Tahun itu juga diterbitkan buku peringatan PI yang menggemparkan kaum kolonialis belanda: Gedenkboek 1908-1923 Indonesische Vereeniging. Langkah radikal PI berikutnya adalah mengubah nama majalahnya dari Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka tahun 1924. 

Pergerakan di Indonesia secara pelan tapi pasti mendapat pengaruh dari PI bahkan ada yang mendapat inspirasi dari PI yakni lahirnya Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927, Jong Indonesia (Pemuda Indonesia) juga di tahun 1927, dan Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) tahun 1926. 

Last modified: Wednesday, 11 September 2024, 7:22 PM