Bahan Ajar Bangsa Dan Negara

Bangsa

Sejarah timbulnya bangsa-bangsa di dunia berawal dari benua Eropa. Pada akhir abad XIX, di Benua Eropa timbul berbagai gerakan kebangsaan. Gerakan-gerakan perjuangan ini merupakan ancaman terhadap pemerintahan kerajaan yang saat itu menguasai bangsa-bangsa yang bersangkutan dan akhirnya gerakan-gerakan perjuangan tersebut mengakibatkan kerajaan-kerajaan besar di Eropa (seperti Kerajaan Austria, Hongaria, Kerajaan Turki, dan Perancis), terpecah-pecah menjadi negara-negara merdeka yang lebih kecil.

Kerajaan-kerajaan tersebut pecah menjadi negara-negara yang kecil atas dasar asas kebangsaan. Dengan banyaknya gerakan-gerakan kebangsaan di Eropa saat itu dan atas keberhasilan mereka menjadi negara kecil yang merdeka mempunyai pengaruh besar pada kehidupan politik di Eropa, termasuk juga daerah lain di dunia. Timbul suatu pertanyaan apakah bangsa itu?

Menurut Ernest Renan, seorang guru besar Universitas Sorbone, Nasion adalah suatu kesatuan solidaritas, kesatuan yang terdiri dari orang-orang yang saling merasa setia kawan dengan satu sama lain. Nation adalah suatu jiwa, suatu asas spiritual. Ia adalah suatu kesatuan solidaritas yang besar, tercipta oleh perasaan pengorbanan yang telah dibuat di masa lampau dan oleh orang-orang yang bersangkutan bersedia dibuat di masa depan. Nasion mempunyai masa lampau, tetapi ia melanjutkan dirinya pada masa kini melalui suatu kenyataan yang jelas: yaitu kesepakatan, keinginan yang dikemukakan dengan nyata untuk terus hidup bersama. Oleh sebab itu suatu nasion tidak tergantung pada kesamaan asal ras, suku bangsa, agama, bahasa, geografi, atau hal-hal lain yang sejenis. Akan tetapi kehadiran suatu nasion adalah seolah-olah suatu kesepakatan bersama yang terjadi setiap hari (Bachtiar, 1987: 23).

Ben Anderson merumuskan bangsa secara unik. Menurut pengamatannya, bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan (Imagined Political Community) dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat. Dikatakan sebagai komunitas politik yang dibayangkan karena bangsa yang paling kecil sekalipun para anggotanya tidak kenal satu sama lain. Dibayangkan secara terbatas karena bangsa yang paling besar sekalipun yang penduduknya ratusan juta mempunyai batas wilayah yang jelas. Dibayangkan berdaulat karena bangsa ini berada di bawah suatu negara mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah dan bangsa tersebut. Akhirnya bangsa disebut sebagai komunitas yang dibayangkan karena terlepas adanya kesenjangan, para anggota bangsa itu selalu memandang satu sama lain sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Perasaan sebangsa inilah yang menyebabkan berjuta-juta orang bersedia mati bagi komunitas yang dibayangkan itu (Surbakti, 1992: 42).

Merujuk pendapat Anderson di atas, penciptaan solidaritas nasional digambarkan sebagai proses pengembangan imaginasi di kalangan anggota masyarakat tentang komunitas mereka, sehingga orang Aceh yang tidak pernah berkunjung ke Jawa Tengah dan tidak pernah bertemu dengan orang Jawa Tengah bisa mengembangkan kesetiakawanan terhadap sesama anggota komunitas Indonesia itu.

Ahli lain yang mengemukakan bangsa adalah Otto Bauer, yang menyatakan bahwa bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib. Perumusan kedua ahli tersebut (Ernest Renan dan Otto Bauer) biasanya dilukiskan sebagai perumusan yang klasik. Bung Karno mempunyai pemahaman yang relatif baru dari pada keduanya. Berkat analisis geopolitiknya, ia menekankan persatuan antara orang dengan tanah air sebagai syarat bangsa. Bangsa, menurut Moh. Hatta  ditentukan oleh keinsyafan, sebagai suatu persekutuan yang tersusun menjadi satu, yaitu terbit karena percaya atas persamaan nasib dan tujuan. Keinsyafan yang bertambah besar oleh karena sama seperuntungan, malang sama diderita, mujur sama didapat, oleh karena jasa bersama, kesengsaraan bersama, pendeknya oleh karena peringatan kepada riwayat bersama yang tertanam dalam hati dan otak (Sutrisno, 1983: 38).

Dengan demikian pengertian bangsa kiranya mengandung intisari adanya elemen pokok berupa jiwa, kehendak, perasaan, pikiran, semangat, yang bersama-sama membentuk kesatuan, kebulatan dan ketunggalan serta semuanya itu yang dimaksud adalah aspek kerohaniannya. Bangsa, bukanlah kenyataan yang bersifat lahiriah, melainkan bercorak rohaniah, yang adanya hanya dapat disimpulkan berdasarkan pernyataan senasib sepenangungan dan kemauan membentuk kolektivitas.


Last modified: Monday, 5 April 2021, 8:52 AM