Masalah sosial: Peluang dan Tantangan
Pemetaan Sosial (social-mapping) selain dilakukan untuk menemukan dan mengenali potensi (resources) dan modal sosial (social capital), juga mengenali pemangku kepentingan dalam kaitannya dengan keberadaan dan aktivitas pelaku pemberdayaan masyarakat. Sehingga melalui social-mapping dapat teridentifikasi keinginan, kebutuhan dan sumber persoalan yang dirasakan masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Selanjutnya, hasil dari social-mapping menjadi dasar perencanaan program pengembangan masyarakat yang berkelanjutan. Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat seringkali tidak menemukan sasaran yang tepat dan menimbulkan ketidakpuasan bagi stakeholder karena tidak diperhatikannya pemetaan akan kebutuhan masyarakat. Masalah tersebut muncul karena program pemberdayan masyarakat yang dilakukan hanya berdasarkan pada sudut pandang pemberdaya sendiri, bukan berdasarkan sudut pandang masyarakat yang menjadi sasaran. Hal ini dipahami karena dinamika perubahan dalam masyarakat desa yang dinamis (Sukaris, 2019). Berkembangnya kompleksitas dinamika perubahan masyarakat desa yang terjadi tersebut sebagai dampak kebebasan untuk mendapatkan informasi dalam meningkatkan taraf kesejahteraannya, sehingga setiap warga negara dapat berperan untuk mewujudkan peningkatan kualitas hidup masyarakat, serta kemajuan bangsa dan negaranya. Salah satu pihak yang berperan besar dalam pembangunan adalah desa melalui pertumbuhan ekonomi.
Lebih lanjut, peran pihak lainnya adalah dunia usaha, dunia usaha memberikan dampak yang besar dalam mempekerjakan sumber daya manusia dengan cara yang saling terikat, dimana perusahaan merupakan suatu entitas usaha yang profit-oriented dan orang-orang yang bekerja secara alamiah menginginkan kehidupan yang lebih baik. Hubungan saling keterikatan antara perusahaan dengan pekerjanya menjadi berat sebelah, atau terdapat kesenjangan kepentingan pihak yang ingin mengeluarkan modal sekecil mungkin untuk hasil yang maksimal dengan pihak yang ingin mendapatkan imbalan yang paling tinggi atas usaha yang mereka kerjakan. Namun demikian, kini dunia usaha memiliki kesadaran bahwa dalam operasionalnya tidak hanya menitikberatkan pada catatan moneter (single-bottom-line), namun sudah menyentuh aspek keuangan, sosial, dan lingkungan, atau dalam istilah lain sebagai triple-bottom-line. Sinergi dari tiga elemen menjadi kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sehingga dapat mewujudkan tiga pilar utama dalam pembangunan yaitu pro-job, pro-poor dan pro-growth. Pada tingkat perencanaan implementasi program community development perusahaan-perusahaan dapat menggunakan berbagai sumber data dan informasi salah satunya dari calon penerima program yang tidak lain adalah masyarakat itu sendiri sebagai subjek yang akan memberdayakan dirinya menuju kualitas hidup yang lebih baik melalui social mapping (Sukaris, 2019)
Sukaris, S. (2019). Social-Mapping Sebagai Landasan Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan. Jurnal Riset Entrepreneurship, 2(1), 52-61.