3C: Tujuh Jalan Menuju Nirwana
Nampaknya bandul e-business sudah mulai bergerak menuju ke titik+equilibrium setelah terjadi euforia bisnis di internet beberapa waktu yang+lalu. Paling tidak ada empat aspek yang dapat dilihat sehubungan dengan+hal tersebut. Aspek pertama adalah bagaimana semangat revolusi+(perubahan secara cepat dan mendasar) dari bisnis konvensional menuju+ke format e-business murni telah menghasilkan dotcom crash pada tahun+2000. +Aspek kedua adalah adanya perpindahan paradigma dari pengimplementasian teori-teori ekonomi lama (old economy) menuju ke penerapan seluruh prinsip pada ekonomi baru (new economy atau digital economy). Ternyata pada akhirnya konsep yang paling relevan berlaku adalah perbaikan dari teori ekonomi lama yang terpengaruh karena adanya perkembangan teknologi informasi dan internet. Aspek selanjutnya adalah bentuk perusahaan yang tadinya bergantung pada asset-asset fisik (brick and mortar) bermetamorfosa menjadi perusahaan yang benar-benar virtual (pure click). Namun ternyata yang berhasil bertahan adalah justru yang menggabungkan kedua konsep tersebut (click and mortar). Dan aspek terakhir adalah mekanisme pertukaran barang atau jasa yang semula setiap perusahaan dotcom memilih berdiri sendiri pada satu segmen industri dan kemudian beralih dengan membentuk konsorsium bisnis, pada akhirnya yang bertahan adalah yang menggabungkan kedua konsep yang ada, yaitu yang dikenal dengan istilah jejaring (internetworking). Keempat aspek yang telah mencapai titik equilibrium ini mengilhami Mohan Sawhney dan Jeff Zabin untuk mempelajari lebih lanjut bagaimana perusahaan-perusahaan besar yang masih bertahan hingga saat ini berhasil mengimplementasikan konsep e-business-nya. Dari hasil penelitian yang ada, mereka melihat ada tujuh aspek utama (Seven Steps to Nirvana) yang menjadi kunci sukes tidaknya sebuah perusahaan menerapkan e-business. Ketujuh hal tersebut adalah: e-vision, e-volution, e-strategy, e-synchronization, e-infrastructure, e-capitalization, dan e-organization.