Topic outline

  • PERTEMUAN 1: ORIENTASI MATA KULIAH

    B

    Matakuliah ini merupakan salah satu mata kuliah wajib untuk memberikan pemahaman mengenai pengembangan kurikulum bagi para mahasiswa, baik secara teoretis maupun praktiknya di institusi pendidikan. Dalam mata kuliah ini dibahas mengenai berbagai aspek dan prosedur dalam pengembangan kurikulum. Aspek pengembangan kurikulum meliputi konsep dan teori kurikulum; landasan dan prinsip pengembangan kurikulum; anatomi dan desain kurikulum; model-model pengembangan kurikulum. Prosedur pengembangan kurikulum meliputi analisis kebutuhan kurikulum, perancangan kurikulum, sosialisasi kurikulum, implementasi kurikulum, monitoring dan pengendalian kurikulum, serta evaluasi dan penyempurnaan kurikulum.

    Capaian Pembelajaran Program Studi (CPPS)

    S1 : Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius;
    S2 : Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan etika;
    S3 : Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
    S8 : Menjaga pola hidup, taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
    S10 : Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri;
    P2 : Konsep teoretis teknologi pendidikan secara mendalam meliputi aspek perancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi teknologi pendidikan);
    KU1 : Menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi IPTEK yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahlian teknologi pendidikan, kurikulum dan pembelajaran;
    KU5: Mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah dibidang keahlian teknologi pendidikan , kurikulum dan pembelajaran berdasarkan hasil analisis informasi dan latar;
    KK1 : Memformulasikan penyelesaian masalah prosedural khususnya dalam bidang teknologi pendidikan Melalui analisis teori pendidikan,  kurikulum dan pembelajaran secara umum.

    CAPAIAN PEMBELAJARAN MATAKULIAH (CPM)

    S1 : Menunjukkan sikap religi
    S2 : Memiliki toleransi terhadap teman lain
    S3 : Menunjukkan sikap dan perilaku yang baik dan beretika
    S8 : Memiliki kedisiplinan dan taat hukum terhdap peraturan yang disepakati dalam proses pembelajaran
    S10 : Memiliki sikap tanggungjawab terhadap tugas dan peran yang diberikan sebagai mahasiswa dan calon teknolog pendidikan
    P2 : Konsep teoretis teknologi pendidikan secara mendalam meliputi aspek perancangan, pengembangan,
    pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi teknologi pendidikan 
    KU1 : Mengembangkan kemampuan menulis ilmiah berdasarkan hasil kajian pustaka dan kajian lapangan
    KU5 : Mengelola dan memelihara jejaring dibidang kepustakawanan dengan perpustakaan yang ada di lingkungan sekitar
    KK5 : Menyelesaikan permasalahan Melalui analisis teori tentang kajian etika profesi teknologi pendidikan

    DESKRIPSI RENCANA PEMBELAJARAN

    Perkulihan dilaksanakan secara daring (online) sebanyak atau setara dengan 16 kali pertemuan termasuk ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS). Dalam pembelajaran daring ini mahasiswa didorong untuk lebih aktif baik dalam kegiatan di ruang belajar tatap maya (sinkronus) maupun dalam kegiatan di ruang belajar mandiri dan kelompok (asinkronus) seperti pencarian informasi yang berhubungan dengan materi perkuliahan, mengerjakan kuis, dan mengerjakan penugasan-penugasan lain baik bersifat individu maupun kelompok.

    REFERENSI

    Abdullah, A. (2007). Kurikulum pendidikan di Indonesia sepanjang sejarah (Suatu tinjauan kritis filosofis). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 13(66), 340-361.
    Adams, J. (2000). Taking charge of curriculum: Teacher networks and curriculum implementation. Teachers College Press.
    Akker, J. J. V. D. (1988). The teacher as learner in curriculum implementation. Journal of curriculum studies, 20(1), 47-55.
    Ashcroft, K., & Palacio, D. (2014). Researching into assessment & evaluation. Routledge.
    Beauchamp, G. A. (1972). Basic components of a curriculum theory. Curriculum Theory Network, 3(10), 16-22.
    Bharvad, A. J. (2010). Curriculum evaluation. International Research Journal, 1(12), 72-74.
    Bocanegra-Valle, A. (2016). Needs analysis for curriculum design. In The Routledge handbook of English for academic purposes (pp. 584-600). Routledge.
    Crockenberg, S. B., & Bryant, B. K. (1978). Socialization: The implicit curriculum of learning environments. Journal of Research & Development in Education.
    Hamalik, O. (1990). Pengembangan Kurikulum: Dasar-dasar dan Pengembangannya, Bandung: Mandar Maju.
    Hamalik, O. (2000). Model-model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
    Hasan, S. H. (1988). Evluasi Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.
    Hasan, S. H. (2019). Perkembangan Kurikulum: Perkembangan Ideologis dan Teoritik Pedagogis (1950–2005). dalam www. geocities. ws/konferensinasionalsejarah/s _hamid_hasan. Pdf
    Henson, K. T. (2015). Curriculum planning: Integrating multiculturalism, constructivism, and education reform. Waveland Press.
    Hernawan, Asep Herry. (2006). Pengembangan Silabus dan Satuan Pembelajaran: Makalah Pelatihan Pengembangan Kurikulum bagi Guru. Bandung.
    Hughes, P. (2001) The monitoring and evaluation of curriculum reforms. In Final Report of the Muscat Seminar on the Management of Curriculum Adaptation for Curriculum Specialists in  the Persian Gulf Region (pp. 53-59).
    Johnson, R. K., & Johnson, R. K. (Eds.). (1989). The second language curriculum. Cambridge University Press.
    Kelly, A. V. (2009). The curriculum: Theory and practice. Sage.
    Klenowski, V. (2010). Curriculum evaluation: Approaches and methodologies. International Enclyclopedia of Education, 1, 335-341.
    Lunenburg, F. C. (2011). Curriculum development: Inductive models. Schooling, 2(1), 1-8.
    Manurung, L. (2019). Sejarah Kurikulum di Indonesia. JURNAL ILMIAH WAHANA PENDIDIKAN, 5(2), 88-95.
    Ornstein, Allan c. and Francis P. Hunkins. (1988). Curriculum: Foundations, Principles, and Issues. Boston: Allyn and Bacon.
    Pinar, William F. (2004). What Is Curriculum Theory?. London: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
    Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
    Saylor, J. Galen; Alexander, William M.: dan Lewis, Arthur J. (1974). Curriculum Planning For Better Teaching and Learning. New York: Holt Rinehart and Winston.
    Slattery, P. (2013). Curriculum development in the postmodern era: Teaching and learning in an age of accountability. Routledge.
    Sudjana, Nana. (1989). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru.
    Suderadjat, H. (2004). Implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK): Pembaharuan pendidikan dalam Undang-Undang Sisdiknas 2003. Cipta Cekas Grafika.
    Sukmadinata,  Nana Syaodih . (1988). Prinsip dan landasan pengembangan kurikulum. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
    Sukmadinata,  Nana Syaodih . (2001). Pembaharuan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya
    Sukmadinata, Nana Syaodih. (2001). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
    Tim Pengembang, M KDP Kurikulum dan Pembelajaran UPI. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Depok: Rajagrapindo Persada
    Tyler, Ralph W. (1975). Basic Principles of Curriculum and Instruction. C hicago and London: The University of Chicago Press.
    VanTassel-Baska, J., & Baska, A. (2019). Curriculum planning and instructional design for gifted learners. Sourcebooks, Inc.
    Virgilio, S. J., & Virgilio, I. R. (1984). The role of the principal in curriculum implementation. Education, 104(4).
    Wiles, J., Bondi, J., & Guo, H. (1989). Curriculum development: A guide to practice. Indianapolis, Indiana: Merrill Publishing Company.
    Zais, Robert S. (1976). Curriculum: Principles and Foundations. New York: Harper and Row Publisher.

  • PERTEMUAN 2: Kedudukan, Konsep, Fungsi dan Peranan Kurikulum

    1. KEDUDUKAN KURIKULUM


    Kurikulum merupakan salah satuh komponen yang ada dalam sistem pendidikan. Dimana kurikulum akan memberikan arah dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan proses pendidikan, khususnya di lembaga-lembaga pendidikan formal. Tanpa adanya kurikulum proses pendidikan tidak akan berjalan terarah dengan baik. Bahkan jika ditinjau dari pandangan ekstrim bisa kita katakan, jika tidak ada kurikulum maka di sekolah tidak akan ada proses pendidikan. Karena yang menentukan aktivitas proses pendidikan berupa kegiatan pembelajaran semuanya ditentukan dalam kurikulum, tentu dengan sejumlah adaftasi dan variasi. Dengan demikian, bisa kita mengerti dan bukan hal yang berlebihan jika Beauchamp (1998) menyebutkan bahwa, “curriculum is the hearth of education”. Kurikulum adalah jantungnya pendidikan.


    2. KONSEP KURIKULUM


    Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani curir = pelari dan curere= lintasan lari atau lintasan pacu. Jadi menurut asal katanya kurikulum adalah lintasan lari atau lintasan pacu tempat berlarinya para peserta dalam lomba berlari. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Pada zaman Romawi kuno kurilulum kata yang digunakan untuk lintasan pacu kereta. “Julius Caesar” sebagai kaisar Romawi pada saat itu, tidak akan menyangka jika istilah kurikulum akan berkembang menjadi istilah rumit dan khas yang ada dalam bidang pendidikan seperti dewasa ini.

    Beberapa pengertian kurikulum menurut para ahli, sebagai berikut :

    1. Harold B. Alberty (1965) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that are provided for the students by the school). Kurikulum tidak dibatasi pada kegiatan di dalam kelas saja, tetapi mencakup juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar kelas.
    2.  Saylor, Alexander, dan Lewis (1974) yang menganggap kurikulum sebagai segala upaya yang dilakukan sekolah untuk mestimuli siswa agar belajar, baik dalam ruangan kelas, di halaman sekolah, maupun di luar sekolah.
    3.  Henry C. Morris (1940), “....the content of instruction without reference to instructional ways or means”
    4. Peter F. Oliva (1997:12), “...curriculum it self is a construct or concept, a verbalization of an extremely complex idea or set of ideas”.
    5. Hilda Taba (1962), “.....A curriculum is a plan for learning; therefore, what is known about the learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of curriculum”

    Dimensi Kurikulum

    Dimensi kurikulum sebagai mata pelajaran sangat erat kaitannya dengan usaha untuk mendapatkan ijazah. Ijazah sendiri pada dasarnya menggambarkan kemampuan. Artinya, apabila seorang siswa telah mendapatkan ijazah berarti siswa tersebut dapat dikatakan telah menguasai mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
    Dimensi kurikulum sebagai pengalaman belajar merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik di dalam maupun di luar sekolah asalkan kegiatan tersebut berada di bawah tanggung jawab guru (sekolah). Kegiatan- kegiatan tersebut tidak hanya terbatas pada kegiatan intra maupun kegiatan ekstrakurikuler.tetapi kegiatan apa saja yang dilakukan oleh siswa selama berada di bawah tanggung jawab guru (sekolah) adalah kurikulum.
    Dimensi kurikulum sebagai program harus mencakup : (1). Sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; (2) pengalaman belajar atau kegiatan belajar; (3) program belajar ( plan for learning ) untuk  siswa ; (4) hasil belajar yang diharapkan.

    3. FUNGSI KURIKULUM
    Fungsi diartikan variatif sesuai dengan bidang yang menggunakan istilah tersebut. Fungsi dalam konteks kurikulum, bisa dimaknai pertama, kurikulum sebagai salah satu bagian yang ada dalam sistem penyelenggaraan pendidikan. Pemaknaan ini biasanya menjadi tema bahasan dalam bidang pengelolaan. Kedua, fungsi kurikulum diartikan sebagai kegunaan atau manfaat dari kurikulum bagi pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas pendidikan (pembelajaran). Dalam tulisan ini akan menekankan pada fungsi kurikulum dalam pengertian kegunaan atau manfaat kurikulum bagi para pihak yang terkait dengan proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah.



    Untuk kepala sekolah. Kepala sekolah adalah pimpinan dan manajer dalam penyelengaraan pendidikan di sekolah. Tugas kepala sekolah sebagai pimpinan dalam pengelolaan pendidikan di sekolah diantaranya adalah melakukan koordinasi dan supervisi pembelajaran dalam lingkup sekolah.
    Untuk guru. Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
    Untuk siswa. Siswa adalah pihak yang menjadi pusat perhatian dalam proses pendidikan di sekolah. Dengan demikian sejumlah informasi terkait dengan rencana-rencana atau program-program belajar apa yang akan dan harus dilaluinya harus sampai kepada siswa.
    Untuk masyarakat/orang tua. Masyarakat dalam hal ini orang tua tidak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran di sekolah, akan tetapi orang tua memiliki peranan dan kontribusi bagi kelancaran dan keberhasilan belajar anak-anaknya di sekolah.

    4. PERANAN KURIKULUM
    Secara umum peranan dapat diartikan sebagai suatu sikap atau perilaku yang ditunjukkan atau dijalankan oleh subjek karena hak dan kewajiban yang melekat pada status atau kedudukannya. Dari pengertian tersebut dapat kita fahami bahwa peran itu terkait dengan keberadaan subjek dalam hubungannya dengan masyarakat dimana subjek itu berada. Subjek dalam masyarakat memiliki hak dan kewajiban sesuai kedudukannya/posisi sosial di dalam masyarakat, kedudukan tersebut terkait dengan keberadaan dan kepentingan masyarakat. Jadi peranan itu merujuk pada apa yang harus dan bisa dilakukan oleh subjek (individu) untuk kepentingan masyarakat.

    Peranan Kurikulum

    Peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang dikembangkan memiliki kesadaran dan muatan masa lampau dalam relasinya dengan masa kini. Peranan ini sangat penting dan mendasar, sesuai dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosial masyarakat dan bagian dari masyarakat itu sendiri.
    Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan kecenderungan masa mendatang.
    Peranan kritis dan evaluatif artinya kurikulum memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membangun siswa (masyarakat) yang peka terhadap situasi dan kondisi yang ada serta mampu untuk mengambil keputusan nilai yang solutif untuk kemajuan.
  • PERTEMUAN 3: Landasan-Landasan dalam Pengembangan Kurikulum


    Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.

    Mungkin Anda dapat membayangkan andaikata sebuah bangunan rumah yang dibangun tidak menggunakan landasan atau fondasi yang kokoh, maka ketika terjadi gempa atau goncangan sedikit saja rumah tersebut akan mudah roboh. Demikian halnya dengan kurikulum, jika dikembangkan tidak didasarkan pada landasan yang tepat dan kuat, maka kurikulum tersebut tidak bisa bertahan lama, dan bahkan dengan mudah dapat ditinggalkan oleh para penggunanya.

     1. PENGERTIAN LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

     Robert S. Zais (1976) mengemukakan empat landasan pokok pengembangan kurikulum, yaitu: Philosophy and the nature of knowledge, society and culture, the individual, dan learnig theory. Dengan berpedoman pada empat landasan tersebut, maka perancangan dan pengembangan suatu bangunan kurikulum yaitu pengembangan tujuan (aims, goals, objective), pengembangan isi/materi (content), pengembangan proses pembelajaran (learning activities), dan pengembangan komponen evaluasi (evaluation), harus didasarkan pada landasan filosofis, psikologis, sosiologis, serta ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

     Landasan yang dipilih untuk dijadikan dasar pijakan dalam mengembangkan kurikulum sangat tergantung atau dipengaruhi oleh pandangan hidup, kultur, kebijakan poltik yang dianut oleh negara dimana kurikulum itu dikembangkan. Akan tetapi secara umum keempat landasan yang akan dibahas dalam modul ini, yaitu landasan filosofis, psikologis, sosiologis, serta landasan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah landasan umum dan pokok sebagai dasar pijakan dalam mengembangkan kurikulum.

    Simaklah video dan infografis berikut ini, penjelasan singkat tentang pengertian landasan pengembangan kurikulum.


    Pengertian Landasan Kurikulum

    2. MODEL EKLEKTIK KURIKULUM DAN LANDASAN-LANDASANNYA

    Simaklah infografis dan video berikut tentang model eklektik kurikulum dan landasan-landasannya menurut Robert Zais.

    Model Eklektik


    1. Landasan Filsafat

    Adapun yang dimaksud dengan landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah asumsi-asumsi atau rumusan yang didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam, analitis, logis dan sistematis (filosofis) dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum. Penggunaan filsafat tersebut baik dalam pengembangan kurikulum dalam bentuk program (tertulis), maupun kurikulum dalam bentuk pelaksanaan (operasional) di sekolah.

    2. Landasan Psikologi

    Pada dasarnya ada dua jenis psikologi yang memiliki kaitan sangat erat dan harus dijadikan sumber pemikiran dalam mengembangkan kurikulum, yaitu: Psikologi perkembangan, dan Psikologi belajar. Psikologi perkembangan adalah ilmu atau studi yang mengkaji perkembangan manusia, beserta kecenderungan prilaku yang ditunjukkannya. Adapun Psikologi belajar, adalah suatu pendekatan atau studi yang mengkaji bagaimana manusia umumnya melakukan proses belajar.

    Menurut psikologi belajar, bahwa belajar diklasifikasi sebagai berikut: belajar berdasarkan keseluruhan, belajar adalah pemebentukan kepribadian, belajar berkat pemahaman, belajar berdasarkan pengalaman, belajar merupakan proses perkembangan, dan belajar adalah proses berkelanjutan.

    3. Landasan Sosilogis

    Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Tyler (1946), Taba (1963) Tanner dan Tanner (1984) menyatakan tuntutan masyarakat adalah salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum.Calhoun, Light, dan Keller (1997) memaparkan tujuh fungsi sosial pendidikan, yaitu: 1) Mengajar keterampilan, 2) Mentrasmisikan budaya, 3) Mendorong adaptasi lingkungan, 4)Membentuk kedisiplinan, 5) Mendorong bekerja berkelompok, 6) Meningkatkan perilaku etik, dan 7) Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi.

    4. Landasan IPTEK

    Pengaruh dari perkembangan IPTEK ini cukup luas, meliputi segala bidang kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan, keamanan, pendidikan, dan lain sebagainya. Khususnya dalam bidang pendidikan, perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal balik dengan pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alat-alat dan bahan yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan. Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti televisi, radio, video, komputer dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin canggih, tentu saja menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang memadai bagi guru dan pelaksana program pendidikan lainnya.

    3. KONTRIBUSI LANDASAN-LANDASAN TERHADAP KURIKULUM

    Simaklah infografis dan video berikut ini, penjelasan singkat tentang kontribusi landasan-landasan terhadap kurikulum.

    Kontribusi Landasan Kurikulum


    Untuk pembelajaran mandiri, pelajarilah materi-materi di bawah ini dengan seksama agar Anda lebih memahami tentang landasan-landasan dalam pengembangan kurikulum. Materi yang dapat Anda pelajari terdiri dari video pembelaran, podcast, modul, tes dan tugas.

    Semangat Belajar Mandiri smile

    (SIlakan simak podcast berikut ini)

  • PERTEMUAN 4: Komponen Kurikulum dan Pengembangannya


    Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapain tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling bekaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainya, maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula. Di Indonesia, komponen kurikulum tujuan, yaitu Standar Kompetensi Lulusan; komponen isi/materi terdapat pada Standar Isi; Komponen Strategi/Metode yaitu Standar Proses dan Komponen Ecaluasi yaitu Standar Penilaian.

    Komponen Tujuan

    Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Apa sistem nilai yang dianut oleh masyarakat Indonesia? Ya betul, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah Pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta tujuan tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran. Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat yaitu:


    1. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
    Tujuan Pendidikan Nasional atau disingkat TPN merupakan tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal maupun non formal. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang.
    2. Tujuan Institusional (TI)
    Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, seperti misalnya seperti misalnya standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan jenjang pendiudikan tinggi.
    3. Tujuan Kurikuler (TK)
    Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Oleh sebab itu tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.
    4. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)
    Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuer, dapat didefiniskan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran di suatu sekolah.


    Komponen Isi/Materi

    Isi atau materi pelajaran merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.


    Komponen Strategi/Proses

    Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, oleh sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimanapun bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan itu tidak mungkin dapat dicapai. Strategi pembelajaran digunakan untuk menerapkan teori pembelajaran untuk memperoleh hasil pembelajaran yang ditargetkan.

    Strategi atau metode berkaitan dengan upaya yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Strategi yang ditetapkan dapat berupa strategi yang menempatkan siswa sebagai pusat dari setiap kegiatan, ataupun sebaliknya. Strategi yang berpusat kepada siswa biasa dinamakan student centered; sedangkan strategi yang berpusat pada guru dinamakan teacher centered. Strategi yang bagaimana yang dapat digunakan sangat tergantung kepada tujuan dan materi kurikulum.

    Komponen Evaluasi

    Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir (Oliva, 1988). Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi dan evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut, maka dalam konteks pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehungga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak; bagian-bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan.


    Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkn telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif. Senada dengan pendapat Heneman (2006) bahwa kegiatan evaluasi merupaka proses formal yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan instrumen yang dipilih dan divalidasi untuk tujuan formatif dan sumatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihyat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu tes dan non tes.

    Hubungan Komponen Kurikulum

    Untuk pembelajaran mandiri, Silahkan Anda pelajari materi-materi di bawah ini dengan seksama agar Anda lebih memahami tentang Komponen Kurikulum dan Pengembangannya. Materi yang dapat Anda pelajari terdiri dari file presentasi, video pembelaran, podcast, modul, tes dan tugas, juga diskusi. Jangan lupa mengisi kehadiran.

    Semangat Belajar Mandiri smile


  • PERTEMUAN 5: Prinsip -prinsip dalam Pengembangan Kurikulum

    Prinsip pengembangan kurikulum merupakan suatu hal yang paling fundamental dan bagian paling hakiki dari pengembangan kurikulum. Dengan kata lain, setiap orang yang membahas tentang pengembangan kurikulum selalu menggambarkan dan mensyaratkan adanya prinsip-prinsip tertentu, baik prinsip umum maupun prinsip khusus pengembangan kurikulum. Prinsip pengembangan kurikulum merupakan kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki setiap guru atau calon guru sebagai pengembang kurikulum.

    Kata ‘prinsip’ menunjuk pada suatu hal yang sangat penting, mendasar, keyakinan, harus diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang biasanya selalu ada atau terjadi pada situasi dan kondisi yang serupa. Dalam Wikipedia Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah objek atau subjek tertentu”.

    Sumber dan Tipe prinsip pengembangan kurikulum
    Menurut Oliva (1992) ada empat sumber prinsip pengembangan kurikulum, yaitu: “data empiris (empirical data), data eksperimen (experiment data), cerita/legenda yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum), dan akal sehat (common sense)”. Data empiris menunjukkan adanya pengalaman yang terdokumentasi dan terbukti efektif. Data eksperimen berkaitan dengan temuan-temuan hasil penelitian. Data temuan hasil penelitian merupakan data yang dipandang valid dan reliabel, sehingga tingkat kebenaran dan akurasinya lebih meyakinkan untuk dijadikan prinsip dalam pengembangan kurikulum. Dalam fakta kehidupan, data hasil penelitian (hard data) itu sifatnya sangat terbatas. Banyak data-data lainnya yang diperoleh bukan dari hasil penelitian tetapi terbukti efektif untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang kompleks, diantaranya adat kebiasaan yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum), hasil pertimbangan dan penilaian akal pikiran (common sense). Bahkan data yang diperoleh dari penelitian sendiri digunakan setelah melalui proses pertimbangan dan penilaian akal sehat terlebih dahulu.

    Prinsip Umum Pengembangan Kurikulum
    Sebenarnya tidak terhitung banyaknya prinsip yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, tetapi untuk kepentingan memahami pengembangan kurikulum pada tahap awal, prinsip-prinsip tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip-prinsip umum pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut :


    Prinsip Khusus Pengembangan Kurikulum
    Di samping prinsip-prinsip umum di atas, ada juga prinsip-prinsip khusus yang bersumber dari anatomi kurikulum, yaitu :

    Silakan Klik iconpodcast untuk mendengarkan penjelasan pada topik di atas.


    Untuk pembelajaran mandiri, Silahkan Anda pelajari materi-materi di bawah ini dengan seksama agar Anda lebih memahami tentang Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum. Materi yang dapat Anda pelajari terdiri dari video pembelaran, podcast, modul, tes dan tugas, juga diskusi. Jangan lupa mengisi kehadiran.

    Selamat Belajar Mandiri..


  • Pertemuan 6 : Pendekatan Pengembangan Kurikulum

    Proses pengembangan kurikulum pada berbagai institusi pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang sangat kompleks dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait di dalamnya. Kenapa demikian? Hal ini terjadi karena kurikulum itu sendiri pada hakekatnya merupakan rancangan atau program pendidikan yang memiliki kedudukan sangat strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan. Lebih jauh dari itu, keberadaan kurikulum menjadi penentu utama terhadap keberhasilan proses dan hasil pendidikan itu sendiri. Dengan kedudukan yang sangat penting itu, maka dalam proses pendesainan dan pengembangan kurikulum, selain dibutuhkan pemahaman mengenai teori kurikulum dan aspek-aspek yang melandasinya, juga harus menguasai berbagai model dan pendekatan pengembangan kurikulum yang relevan dengan kondisi, kebutuhan, potensi, demografis, geografis, dan sosial budaya dimana kurikulum itu diberlakukan.

    Sebelum lebih lanjut kita membahas tentang pendekatan dan model pengembangan kurikulum, silakan cermati perbedaan diantaranya.


    Pendekatan pengembangan kurikulum merujuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum mengenai proses pengembangan kurikulum itu sendiri. Dalam hal ini, Sanjaya (2008:77) menekankan bahwa suatu pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya sesuatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Proses pengembangan kurikulum itu sendiri, dalam hal ini baik berkenaan dengan pengembangan kurikulum yang sifatnya sama sekali baru (curriculum construction), maupun berupa penyempurnaan atau  perbaikan dari kurikulum yang telah atau sedang dilaksanakan saat ini (curriculum improvement)

    A.  Pendekatan pengembangan kurikulum dari sudut pandang kebijakan

    Ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum dari sudut pandang pengambilan kebijakan, yaitu pendekatan administratif (administrative approach) dan pendekatan akar rumput (grassroots approach). Pendekatan yang pertama menggunakan sistem komando dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan ini disebut pendekatan top-down karena pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif dan gagasan para pemegang kebijakan pendidikan atau administrator pendidikan di tingkat pusat dengan menggunakan prosedur administratif.


    Pendekatan kedua merupakan pendekatan pengembangan kurikulum yang diawali dengan inisiatif dari bawah (guru dan sekolah) selanjutnya disebarluaskan pada tingkat yang lebih luas. Pendekatan ini sering juga dinamakan pendekatan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas (bottom up). Pendekatan ini ini biasanya diawali dari adanya keresahan guru atau kelompok guru tentang pelaksanaan kurikulum yang diberlakukan pada kurun waktu tertentu.

    B.   Pendekatan pengeMbangan kurikulum dari sudut pandang pengorganisasian isi kurikulum
    Ada tiga pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum dari sudut pandang pengorganisasian isi kurikulum, yaitu pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (subject), pendekatan interdisipliner, dan pendekatan terpadu (integrated).

    1. Pendekatan pertama bertitik tolak dari mata pelajaran (subject) sebagai suatu disiplin keilmuan. Setiap mata pelajaran merupakan disiplin ilmu yang terpisah antara satu dengan lainnya. Mata pelajaran tersebut tidak saling berhubungan dan tidak ada kaitan satu dengan lainnya.
    2. Pendekatan kedua berangkat dari masalah-masalah sosial yang ada dalam kehidupan nyata yang tidak mungkin ditinjau hanya dari satu segi/aspek saja. Suatu peristiwa yang terjadi dalam masyarakat yang akan memengaruhi segi-segi kehidupan harus ditinjau dari berbagai segi. Selain itu, untuk mempelajari suatu disiplin ilmu yang telah tersusun secara sistematis dan logis diperlukan kematangan intelektual tertentu, di mana siswa sekolah dasar tampaknya belum sepenuhnya memiliki kematangan tersebut.
    3. Pendekatan ketiga bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau suatu kesatuan yang bermakna dan berstruktur. Bermakna artinya bahwa setiap keseluruhan itu memiliki makna, arti dan faedah tertentu. Keseluruhan bukanlah penjumlahan dari bagian-bagian, melainkan suatu totalitas yang memiliki maknanya sendiri. Pendekatan ini berasumsi bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu.

    C.    Pendekatan pengembangan kurikulum dari sudut pandang orientasi penyusunan kurikulum
    Pendekatan pengembangan kurikulum dalam sudut pandang ini pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: orientasi pada tujuan, orientasi pada bahan ajar, dan orientasi pada kegiatan belajar-mengajar.

    Pendekatan yang berorientasi pada tujuan mengandung maksud bahwa penyusunan kurikulum didasarkan pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan secara jelas, mulai dari Tujuan Pendidikan Nasional, tujuan satuan pendidikan (tujuan institusional), tujuan mata pelajaran (tujuan kurikuler), sampai dengan tujuan pembelajaran (tujuan instruksional). Dalam konteks implementasi Kurikulum 2013 pada jenjang pendidikan dasar saat ini, tujuan institusional (SD dan SMP) dikembangkan dalam bentuk standar kompetensi lulusan (SKL), tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran dikembangkan kedalam kompetensi inti (KI), dan tujuan pembelajaran dikembangkan menjadi kompetensi dasar (KD) sampai dengan indikator-indikator pencapaian kompetensi.

    Pendekatan yang berorientasi pada bahan ajar mengandung maksud bahwa penyusunan kurikulum didasarkan atau sangat menitik beratkan pada bahan ajar atau materi pelajaran yang akan diajarkan. Dalam hal ini, tujuan dapat ditentukan berdasarkan bahan ajar atau materi pelajaran tersebut. Pertimbangan yang digunakan dalam menentukan materi yang harus diajarkan kepada peserta didik ialah berkaitan dengan pentingnya bahan serta manfaat dan relevansinya dengan kebutuhan masyarakat. 

    Pendekatan pengembangan kurikukum yang berorientasi pada kegiatan belajar-mengajar menitik beratkan pada bagaimana siswa belajar, serta cara dan langkah-langkah apa yang perlu dilakukan agar siswa menguasai keterampilan untuk mendapatkan pengetahuan. Keuntungan dari penerapan pendekatan yang berorientasi pada kegiatan belajar-mengajar ini yaitu sangat mementingkan kebutuhan peserta didik. Namun demikian, pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu sulit mengukur ketercapaian hasil belajar yang diharapkan.

    Setelah mencermati uraian di atas, maka dapat kita pahami bahwa dalam penyusunan suatu kurikulum sangatlah penting ditentukan terlebih dahulu jenis pendekatan mana yang akan dipergunakan. Akan tetapi, tidaklah berarti bahwa dalam penyusunan kurikulum tersebut hanya digunakan suatu pendekatan saja. Kita dapat menerapkan beberapa pendekatan secara sekaligus. 

    Dilihat dari perkembangannya, kebijakan pengembangan kurikulum pendidikan dasar di Indonesia, mulai kurikulum tahun 1968, 1975, sampai 1984 menggunakan pendekatan yang lebih bersifat sentralistik, artinya kebijakan pengembangan kurikulum tersebut dilakukan secara terpusat dalam bentuk Kurikulum Nasional. Pada pelaksanaan kurikulum tahun 1994, kebijakan pengembangan kurikulum terbagi menjadi dua bagian yaitu adanya kurikulum nasional dan kurikulum muatan lokal. Terbitnya Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memunculkan kebijakan baru dalam pengembangan kurikulum dimana kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar ditetapkan oleh Pemerintah, sedangkan pengembangan lebih lanjut sesuai dengan relevansinya diakukan oleh setiap satuan pendidikan dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota.  

    • Bahan Ajar Mandiri File 1MB PDF document
  • pertemuan 7 : Model Pengembangan Kurikulum


    Pada pertemuan ini Anda akan mengkaji beberapa hal yang berkaitan dengan model pengembangan kurikulum menurut beberapa ahli kurikulum. Setelah mengikuti pertemuan ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan model-model konsep Pengembangan Kurikulum, Menjelaskan model-model pengembangan kurikulum menurut beberapa ahli, Menganalisis Prosedur Umum Pengembangan Kurikulum.

    Model Pengembangan Kurikulum

    Pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan suatu proses merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum yang pada akhirnya menghasilkan suatu disain atau rancangan kurikulum. Salah satu cara untuk mengembangkan disain kurikulum tersebut yaitu melalui model kurikulum. Model adalah pola dasar atau kerangka konseptual yang berfungsi sebagai pedoman untuk melakukan tindakan. Model pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis yang diperlukan untuk membuat keputusan dalam pengembangan suatu kurikulum. Model pengembangan kurikulum suatu satuan pendidikan memiliki ciri dan karakteristik yang disesuaikan kondisi, situasi, dan kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan serta budaya setempat.

    Secara konsep, model pengembangan kurikulum terdiri dari 4 (empat) konsep, yang meliputi sebagai berikut :


    1. M o d e l  T y l e r  ( 1 9 4 9 )  

    Dalam bukunya, Basic Principles of Curriculum and Instruction, Ralph.W. Tyler (1949) menggambarkan suatu model pengembangan kurikulum yang dikenal dengan sebutan “the Tyler rationale”. Model tersebut dibangun dengan empat pertanyaan mendasar sebagai berikut: 

    a. What educational purposes should the school seek to attain?
    b. What educational experiences can be provided that are likely to attain these purposes? 
    c. How can these educational experiences be effectively organized? 
    d. How can we determine whether these purposes are being attained? 

    2. M o d e l  B e a u c h a m p  ( 1 9 6 4 )  

    Model kurikulum yang diformulasikan oleh George A. Beauchamp terdiri atas lima langkah penting pengambilan keputusan dalam pengembangan kurikulum yang digambarkan dalam kerangka kerja konseptual sebagai berikut. 


    Penjelasan kelima langkah tersebut yaitu: 

    • Menetapkan lingkup lokasi atau wilayah yang akan dijadikan tempat ujicoba(pilot project) untuk mengembangkan suatu kurikulum.
    • Menentukan personil atau pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pengembangan kurikulum, seperti staf ahli kurikulum, pakar kurikulum dari  perguruan tinggi, guru-guru sekolah yang telah dipilih, pakar pendidikan, anggota masyarakat yang dihimpun dari berbagai kalangan.
    • Menentukan organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Pengorganisasian dalam mengembangkan kurikulum ini terdiri atas tim pengembang kurikulum itu sendiri, tim peneliti kurikulum yang sedang dijalankan, tim yang mempelajari kemungkinan adanya penyusunan kurikulum baru, tim perumus kriteria-kriteria kurikulum yang akan disusun, dan tim penyusun dan penulis kurikulum baru. 
    • Mengimplementasikan kurikulum. Dalam hal ini dibutuhkan kesiapan yang menyeluruh karena melaksanaan kurikulum merupakan pekerjaan yang cukup rumit atau tidak sederhana.
    • Mengevaluasi kurikulum. Langkah kelima ini dilakukan setelah semua kebutuhan untuk kepentingan implementasi kurikulum sudah terpenuhi dan sudah dapat dilaksanakan. 

    3. M o d e l  S a y l o r ,  A l e x a n d e r ,  d a n  L e w i s  ( 1 9 8 1 ) 
    Saylor dan rekan-rekannya, mengadopsi pendekatan administratif untuk  mengembangkan suatu kurikulum Gambar 3 berikut menggambarkan modekonseptual dari proses pengembangan kurikulum yang dikemukakan Saylor dkk.


    Dari Gambar  di atas dapat kita lihat bahwa penetapan tujuan umum dan tujuan khusus dipengaruhi oleh dua hal yaitu kekuatan eksternal dan landasan kurikulum. Kekuatan eksternal mencakup persyaratan legal, data hasil penelitian, pertimbangan asosiasi profesi, dan peraturan atau kebijakan pemerintah, sedangkan landasan kurikulum mencakup aspek masyarakat, peserta didik, dan ilmu pengetahuan. Selanjutnya, pengembang kurikulum menetapkan desain kurikulum, strategi implementasi kurikulum, dan prosedur evaluasi sebagai umpan balik untuk memaksimalkan pencapaian tujuan umum yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Secara lebih spesifik, kegiatan-kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 

    4. M o d e l  T a b a  ( 1 9 6 2 )  


    Secara singkat, langkah-langkah pengembangan kurikulum model Taba ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 

    • Langkah pertama, guru mengidentifikasi sejumlah kebutuhan yang akan membentuk dasar dari perencanaan suatu unit kurikulum. 
    • Langkah kedua, merumuskan tujuan khusus yang harus memuat bidangbidang berikut:
    a. Konsep atau gagasan yang akan dipelajari
    b. Sikap, sensitivitas, dan perasaan yang akan dikembangkan
    c. Cara berpikir yang akan diperkuat
    d. Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai

    • Langkah ketiga, memilih konten kurikulum, termasuk menentukan kerangka untuk memilih konten/isi kurikulum. Materi pelajaran harus terkait dengan tingkatan kelas peserta didik.
    • Langkah keempat, mengorganisasi konten kurikulum. Dalam hal ini Taba menyarankan dua langkah dalam mengorganisasi konten kurikulum, yaitu menetapkan topik dan mengidentifikasi ide pokok; dan menentukan dimensidimensi dari topik tersebut.
    • Langkah kelima, memilih pengalaman belajar didasarkan atas pertanyaan seperti: apakah pengalaman belajar tersebut sudah tepat untuk mempelajari ide-ide pokok? 
    • Langkah keenam, mengorganisasikan pengalaman belajar. Urutannya  terdiri atas: pendahuluan untuk mengembangkan minat peserta didik dan menentukan bukti-bukti diagnostik bagi guru; pengembangan atau studi mengenai aktivitas belajar yang dirancang untuk mengembangkan aspek-aspek mata pelajaran dan untuk menentukan kebutuhan materi pelajaran faktual.
    • Langkah ketujuh, melakukan evaluasi untuk menentukan apakah tujuan  khusus telah tercapai, mendiagnosis rencana kurikulum, dan menilai perubahan perilaku peserta didik. 
    • Langkah kedelapan, melakukan pengecekan terhadap keseimbangan dan  urutan isi kurikulum.

    4. M o d e l  Oliva
    Model kurikulum yang dikembangkan oleh Oliva ini dapat digunakan, pertama untuk penyempurnaan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang kajian tertentu, baik dalam tataran perencanaan kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua, bisa digunakan untuk membuat keputusan dalam merancang suatu program kurikulum, dan ketiga, bisa digunakan dalam mengembangkan program pembelajaran secara lebih khusus.

    sw

    6. M o d e l  M c .  N e i l  ( 1 9 9 0 ) 
    John D. Mc Neil (1990) mengemukakan tinjauan lain mengenai kurikulum yang secara konseptual dapat dibedakan menjadi empat macam model
    kurikulum, yaitu model subjek akademik, humanistik, rekonstruksi sosial, dan teknologis. Model kurikulum subjek akademik atau kurikulum yang berbasis  ilmu pengetahuan menekankan pada isi kurikulum berupa ilmu dan  pengetahuan yang bersumber dari berbagai disiplin keilmuan. Dengan
    demikian, nama-nama mata pelajaran dalam kurikulum ini merupakan namanama yang sesuai dengan disiplin keilmuan, misalnya Matematika, Biologi,
    Kimia, Fisika, dsb.  

  • PERTEMUAN 9: Perkembangan Kurikulum di Indonesia

    Selamat Datang pada Pertemuan ke-9 mengenai Perkembangan Kurikulum di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,2006 dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Setelah mempelajari materi ini Anda diharakan dapat:

    1. Menjelaskan Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia;
    2. Menganalisis Karakteristik Kurikulum pada setiap periode.

    Perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,2006 dan 2013. Untuk memahami materi mengenai Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia silahkan Anda pelajari seluruh materi dibawah ini:

    Simaklah video dibawah ini: 


    Setelah Anda mencermati video diatas, Silahkan Anda pelajari materi sejarah perkembangan kurikulum setiap periode. Silahkan anda pelajari setiap karakteristik periode sejarah perkembangan kurikulum dibawah ini:

    1. Kurikulum 1947

    Kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial
    Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism, bertujuan untuk membentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.


    2. Kurikulum 1952

    Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.


    3. Kurikulum 1964

    Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana
    Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.


    4. Kurikulum 1968

    Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.


    5. Kurikulum 1975

    Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.

    6. Kurikulum 1984

    Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

    7. Kurikulum 2004

    Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan.

    8. Kurikulum 2006

    Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.

    9. Kurikulum 2013


    Silahkan Anda mendengarkan Audio Podcast berikut ini:
  • PERTEMUAN 10: PEMBAHARUAN KURIKULLUM



    Selamat datang pada pertemuan ke 10 dengan materi Pembaharuan Kurikulum. Pembaharuan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,serta seni dan budaya. Perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Setelah Anda mempelajari materi ini Anda diharapkan mampu:
    1. Mampu menjelaskan penyebab pembaharuan kurikulum, mencakup adanya perubahan filsafat, tujuan pendidikan, teori dan proses belajar, perkembangan masyarakat, dan eksplosi ilmu pengetahuan;
    2. Menjelaskan jenis-jenis pembaharuan kurikulum, mencakup perbaikan kurikulum (curriculum reform) dan perubahan kurikulum (curriculum change);
    3. Menjelaskan kendala dalam pembaharuan kurikulum;
    4. Menjelaskan Pendekatan pembaharuan kurikulum (sentralistik, desentralistik, dan dekonsentrasi);
    5. Menjelaskan prosedur pembaharuan kurikulum (large scale implementation dan pilot project);
    6. Menganalisis komponen, lingkup, dan prosedur pembaharuan kurikulum.
    Untuk memahami Pembaharuan Kurikulum di Indonesia, silahkan Anda simak video dibawah ini:

    Silahkan Anda untuk mempelajari materi-materi dibawah ini:

    1. Pembaharuan Kurikulum
    Pembaharuan atau Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru,kemudian diadakan dengan bentuk-bentuk hasil kreasi baru. Dalam kaitan ini Ibrahimmenyatakan bahwa invention adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang,kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu (benda) yang sebenarnya telah ada tetapisemula belum diketahui orang. Pembaharuan tidak selalu menemukan/menciptakan sesuatu yang baru, tetapi bisa saja merupakan penyesuaian dengan apa yang telah lazimdilakukan atau pengembangan dari bentuk yang sudah ada untuk menuju kearah yanglebih baik dan inilah yang disebut discovery. Pembaharuan kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikulum baru denganmengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuanmemecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, pembaharuan itudi ajukan berkenaan dengan ide dan teknis pada skala yang terbatas. Pembaharuan selalu berkaitan dengan masalah kreasi dan atau penciptaan sesuatu yang baru dan menuju kearah yang lebih baik.



    2. Sebab-sebab Pembaharuan Kurikulum


    3. Jenis Pembaharuan Kurikulum


    Pembaharuan kurikulum berarti adanya perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja.mengubah semua yang terlibat di dalamnya, yaitu guru, murid, kepala sekolah, pemilik sekolah, juga orang tua dan masyarakat umumnya yang berkepentingan dalam pendidikan. Jenis Pembaharuan Kurikulum terbagi menjadi dua yaitu:

    a. Perbaikan (Reform) yaitu perubahan pada satu atau beberapa aspek kurikulum. Pembaharuan yang terjadi hanya pada komponen (unsur) tentu saja dari kurikulum kita sebut perubahan yang sebagian-sebagian. Perubahan dalam metode mengajar saja, perubahan dalam itu saja, atau perubahan dalam sistem penilaian saja, adalah merupakan contoh dari perubahan sebagian-sebagian. Dalam perubahan sebagian-sebagian ini, dapat terjadi bahwa perubahan yang berlangsung pada komponen tertentu sama sekali tidak berpengaruh terhadap komponen yang lain.

    b. Perubahan (Change) yaitu perubahan pada keseluruhan aspek kurikulum. Pembaharuan suatu kurikulum dapat saja terjadi secara menyeluruh artinya keseluruhan sistem dari kurikulum tersebut mengalami perubahan mana tergambar baik di dalam tujuannya, isinya organisasi dan strategi dan pelaksanaannya.

    4. Kendala Perubahan


    5. Pendekatan Pembaharuan Kurikulum


    6. Prosedur Pembaharuan Kurikulum


    Pembaharuan kurikulum adalah suatu gagasan/praktek kurikulum baru denganmenggunakan bagian-bagian yang potensial, dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Pembaharuan tidak dengansendirinya membawa perbaikan walaupun dimaksudkan untuk perbaikan/peningkatanmutu. Ini tergantung pada pelaksanaan dan penilaian dari sistem nilai yang ditentukan. Prosedur Pembaharuan terdiri dari dua yaitu:

    a. Large Scale Implementation,  hal-hal yang sifatnya teknis
    b. Pilot Project, hal-hal yang sifatnya mendasar

    7. Komponen Pembaharuan Kurikulum


    8. Langkah Pembaharuan Kurikulum


    Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembaharuan kurikulumadalah suatu gagasan/praktek kurikulum baru dengan menggunakan bagian-bagian yang potensial, dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah ataumencapai tujuan tertentu. Maksud pembaharuan kurikulum adalah mencari suatu modelkurikulum yang tepat untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat, walaupundalam kenyataan pembaharuan kurikulum menimbulkan kecurigaan dan rasa tidak puasdari pihak-pihak tertentu.

  • PERTEMUAN 11 : ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


    Selamat datang di pertemuan 11 mengenai Analisis Kebutuhan Pengembangan Kurikulum. Setelah mempelajari materi ini Anda diharapkan mampu:
      Silahkan Anda mempelaari materi-materi dibawah ini:

      Need Analysis/ Analisis Kebutuhan
      John Mc Neil (1985)

      “the process by which one defines education needs and decides what their priorities are”

      Seels and Glasgow (1990)

      It means a plan for gathering information about dicrepancies and for using that information to make decisions about priorities

      Analisis kebutuhan merupakan kegiatan mengumpulkan informasi dan data tentang suatu kesenjangan dan dapat digunakan untuk membuat suatu prioritas keputusan/ kebijakan. Proses ini penting dilakukan bertujuan untuk menilai dan mengidentifikasi kebutuhan dari yang seharusnya dimiliki dibandingkan dengan yang telah dimiliki. Dalam pengembangan kurikulum, proses analisis penting dilakukan untuk mengidentifikasi kesenjangan antara kompetensi yang seharusnya dan yang telah dimiliki dimiliki peserta didik.

      Perlunya Analisis Kebutuhan dalam Pengembangan Kurikulum
      Memberikan kontribusi terhadap tumbuhnya kebutuhan antar staf, guru, administrasi, dan para siswa. Melalui proses analisis kebutuhan ini dapat membantu guru untuk menyelesaikan berbagai kombinasi aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan capaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Nurjanah, 2018) . Secara umum kenapa perlu analisis kebutuhan? Silahkan simak dibawah ini materi dalam bentuk infografis:

      Perlunya Analisis Kebutuhan dalam Pengembangan Kurikulum

      1.Memberikan kontribusi terhadap tumbuhnya kebutuhan antar staf, guru, administrasi, dan para siswa.
      2.Melalui proses analisis kebutuhan ini dapat membantu guru untuk menyelesaikan berbagai kombinasi aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan capaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan:

      Proses Analisis Kebutuhan



      1. Pengumpulan Informasi



      2. Identifikasi Kesenjangan
      Identifikasi kesenjangan yang dikenal sebagai identifikasi "gap" dilakukan untuk melihat kompetensi peserta didik saat ini (aktual) dan mengidentifikasi apakah peserta didik tersebut telah memenuhi indikator. Dibawah ini merupakan identifikasi kesenjangan:



      4. Analisis Performance



      5. Identifikasi Karakteristik Siswa



      6.  Menentukan Desain Analisis Kebutuhan Kurikulum



      7. Mengumpulkan Data



      8. Memberikan Umpan Balik

    1. PERTEMUAN 12 : PERENCANAAN KURIKULUM

      Konsep Perencanaan Kurikulum

      Perencanaan kurikulum istilah yang terdiri dari dua kata yaitu“perencanaan” dan “kurikulum”. Perencanaan (plan) merupakan bagian dariunsure manajemen yang berarti proses, cara, perbuatan merencanakan atau merancangkan (http://kbbi.web.id/).

      Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan -kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membina siswa kearah perubahan tingkah laku yang di inginkan dan menilaisampai mana perubahan-perubahan telah terjadi pada diri siswa.(Rusman, 2012). Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2007) perencanaan kurikulum adalah suatu proses sosial yang kompleks yang menuntut berbagai jenis dan tingkat pembuatan keputusan.


      Landasan Perencanaan Kurikulum

      Perencanaan kurikulum yang dirumuskan oleh lembaga pendidikan baik formal maupun non formal harus mengasimilasi dan mengorganisasi informasi dan data secara intensif yang berhubungan dengan pengembangan program lembaga pendidikan. Berikut ini informasi dan data yang menjadi area utama adalah :

      a. Kekuatan sosial
      Sistem pendidikan di Indonesia sangatlah dinamis, sehinggaselalu menyesuaikan dengan perubahan dan dinamika sosial yang  terjadi di masyarakat, baik yang berhubungan dengan system politik, ekonomi, social dan kebudayaan.

      b. Perlakuan pengetahuan
      Pertimbangan yang diambil oleh perencana kurikulum dalam merancang kurikulum yang disesuakan dengan perkembangan ilmu pengetahuan adalah di mana individu belajar aktif untuk mengumpulkan dan mengolah informasi, mencari fakta dan data, berusaha belajar tentang sikap, emosi, perasahaan terhadap pembelajaran, proses informasi, memanipulasi, menyimpan dan mengambil informasi tersebut untuk dikembangkan dan digunakan.

      c. Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
      Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik menjadi salah satu informasi dan data yang mendasar dalam merancang kurikulum. Karena dengan informasi tersebut, perancang kurikulum merencanakan kurikulum yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan mereka.

      Prosedur Perencanaan Kurikulum


      Model Perencanaan/Desain Kurikulum

      Desain kurikulum dapat dirumuskan menjadi tiga jenis, sebagaimana yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2008: 45-47) sebagai hasil kajian beberapa sumber dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu desain kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, desain kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, dan desain kurikulum yang berorientasi pada siswa.

      tr


    2. PERTEMUAN 13 : SOSIALISASI KURIKULUM

      I l u S t r a s i

      www

      Urgensi Kurikulum

      1. •Kurikulum itu rancangan atau program pendidikan.
      2. •Kedudukan kurikulum sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan
      3. •Kurikulum menjadi penentu terhadap proses pelaksanaan dan hasil-hasil yang ingin dicapai oleh pendidikan.
      4. Kurikulum dan implementasinya tidak bisa dilakukan sembarangan, dibutuhkan berbagai landasan/dasar yang kokoh dan kuat

      Urgensi SosialisasiKurikulum

      1. Sebaik apapun kurikulum itu dirancang, apabila dalam implementasinya tidak didukung oleh komitmen berbagai unsur terkait, maka akan sulit mencapai hasil yang diharapkan.
      2. Dalam hal ini sangat perlu ada upaya-upaya sosialisasi sebelum kurikulum diimplementasikan.
      3. Pada saat kurikulum diimplementasikan perlu ada pembinaan dan dilanjutkan dengan pengembangan
      4. Keberhasilan suatu kurikulum sangat tergantung kepada bagaimana kurikulum itu diimplementasikan.

      Jenis Sosialisasi Kurikulum


      Proses Sosialisasi Kurikulum

      1. Proses pemasyarakatan ide atau gagasan yang terdapat dalam suatu kurikulum terhadap para pelaksana kurikulum, terutama sekali pada tingkat  mata pelajaran.
      2. •Mekanisme sosialisasi kurikulum yang menganut system sentralisasi (kurikulum terpusat) biasanya berjenjang.

      Target Sosialisasi Kurikulum

      1. Yang terpenting adalah bagaimana kurikulum itu dapat dipahami oleh kepala sekolah dan guru selengkap dan sejelas mungkin
      2. Kepala sekolah dan guru adalah pelaksana kurikulum pada level yang paling dasar, mereka ada di garis depan berhasil tidaknya kurikulum itu diimplementasikan.
      3. Pihak masyarakat dan orangtua juga berhak mengetahui mengenai tujuan dan isi kurikulum yang diajarkan kepada anaknya di sekolah.
      4. Tanggung jawab pendidikan bukan hanya diemban oleh pemerintah dan sekolah namun juga masyarakat dan keluarga/orang tua.
      5. Oleh kerena itu, kurikulum perlu juga disosialisasikan kepada masyarakat dan orangtua agar merekapun turut membantu memberikan dukungan dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan kurikulum.
      Cara Sosialisasi Kurikulum
      dsd

      Silakan Simak tayang contoh program sosialisasi kurikulum memnfaatkan media audio, visual dan internet berikut ini :


    3. PERTEMUAN 14: IMPLEMENTASI DAN MONITORING PENGENDALIAN KURIKULUM

      IMPLEMENTASI KURIKULUM

      Pengertian secara bahasa sebagaimana dalam Oxford Advance Leraner’s Dictionary yang dikutip dalam Mulyasa Implementasi adalah penerapan suatu yang memberikan efek atau dampak. Lebih lanjut disebutkan implementasi adalah proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingg memberiksn dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, ataupun nilai dan sikap.

      Kemudian implementasi kurikulum dapat juga diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written curriculum) kedalam bentuk pembelajaraan. Implementasi dapat juga diartika sebagai pelaksanaan dan penerapan.

      Adapun implementasi kurikulum dalam bentuk pembelajaran berdasar Standar Nasional Pendidikan terutama Standar Proses, sebagaimana dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013.

      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum Implementasi Kurikulum dipengaruhi oleh tiga faktor berikut.

      • Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu kurikulum dan kejelasaanya bagi pengguna di lapangan.
      • Strategi implementasi: yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi, seperti diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya, penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.
      • Karakteristik pengguna kurikulumyang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemempuanya untuk merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran.

      MONITORING PENGENDALIAN KURIKULUM
      Menurut Rusman monitoring atau pemantauan yaitu kegiatan yang menyertakan proses pengumpulan, penganalisisisan, pencatatan, pelaporan, dan penggunaan informasi manajemen tentang pelaksanaan pembelajaran. (Rusman, 2009 ). Kegiatanmonitoring terhadap pelaksanaan kurikulum pada dasarnya dimaksudkan untuk mengetahui sampai di mana kurikulum baru itu telah dilaksanakan disekolah-sekolah dan persoalan-persoalan apa ang  dirasakan di dalam melaksanakan kurikulum tersebut. Dengan kata lain, kegiatan monitoring ini sebenarnya merupakan kegiatan mengikuti jalannya pelaksanaan kurikulum di sekolah pada tahun-tahun permulaan ditetapkannya kurikulum tersebut.

      Sasaran di dalam kegiatan monitoring ini lebih dipusatkan pada pemantauan terhadap kelancaran proses pelaksanaan kurikulum serta sarana yang diperlukan di dalam kegiatan pelaksanaan tersebut. Segi hasil belajar murid tidak menjaadi sasaran utama di dalam kegiatan monitoring ini.
      Untuk mengumpulkan keterangan di dalam pelaksanaan monitoring tersebut dapat digunakan wawancara, observasi maupun angket untuk para pelaksana. Monitoringdilakukan pada tahun-tahun permulaan dilaksanakanna kurikulum baru di sekolah-sekolah, dimana kegiatan ini dilakukan oleh pihak pengembang kurikulum untuk mengambil tindakan guna memperlancar penyebaran dan pelaksanaan kurikulum di sekolah-sekolah. (Oemar Hamalik, 2007 )

      Tujuan utama dari kegiatan memantau pelaksanaan pembelajaran adalah : 
      1). Menyediakaninformasi yang relevan. 
      2). Mendorong diskusi mengenai kemajuan pelaksanaanpembelajaran. 
      3). Menyumbang pada akuntabilitas. 
      4). Menyediakan sumber informasi prestasi.
       5). Memberikan masukan bagi pengambilan keputusan. (Rusman,2009 : 364)

      Pelaksanaan Monitoring Kurikulum
      Cara pelaksanaan pemantauan (monitoring) terhadap kurikulum dapat dilakukan melalui dua cara yaitu cara langsung dan tidak langsung. Kedua cara tersebut dilakukan dengan seperangkat kegiatan monitoring yang sama yaitu kegiatan ang berkaitan dengan mengumpulkan, mencatat, mengolah informasi dan pelaksanaan suatu proyek, kemudian dituangkan dalam suatu laporan monitoring. (Soekartawi, 1995 : 45)
      a.      Pemantauan Langsung
      Pemantauan langsung adalah pemantauan yang dilakukan dengan cara mengunjungi lokasi proyek. Dengan cara demikian petugas monitoring dapat secara bebas mengumpulkan informasi ang diperlukan. Agar pengumpulan informasi dapat berjalan secara efesien maka diperlukan strategi pengumpulan data yaitu;
      1.     Mempersiapkan instrument pengumpulan data ; misalnya dengan menyiapkandaftar isi.
      2.     Menggali informasi pada orang-orang penting yang memegang posisi dalam pelaksanaan kurikulum tersebut.
      3.     Melakukan pemantauan langsung ke lapangan dan petugas monitoring dapat mencatat informasi yang diperlukan  s

      b.      Pemantauan Tidak Langsung
      Cara ini menghendaki petugas monitoring tidak perlu terjun langsung ke lokasi; tetapi penggalian data dilakukan dengan cara mengirim seperangkat daftar isian untuk diisi oleh orang lain di lokasi penelitian. Cara tidak langsung ini juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan data melalui laporan-laporan yang dibuat pimpinan pemantau.


    4. Pertemuan 15 : Evaluasi dan Penyempurnaan Kurikulum

      Sebelum suatu kurikulum diimplementasikan secara luas (nasional), maka diperlukan suatu tahapan pengembangan, dimana kurikulum tersebut direncanakan dan dirancang oleh pengembang kurikulum dengan cermat, diuji coba dalam lingkungan tebatas (pilot rpoject), dikaji kembali hasil uji tersebut, sebelum akhirnya menetapkan suatu keputusan apakah kurikulum tersebut diserbarluaskan atau tidak

      Dalam pengembangan kurikulum, komponen evaluasi merupakan komponen penting dan tahapan yang harus (wajib) ditempuh. Evaluasi ditempuh untuk mengetahui sejauh mana keefektifan kurikulum tersebut, hasil evaluasi tersebut dijadikan sebagai balikan (feed back) sebagai bahan atau informasi dalam rangka menyempurkan kurikulum.

      1. Konsep Evaluasi dan Evaluasi Pengembangan Kurikulum
      Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan komponen penting dan tahapan yang harus ditempuh oleh para guru untuk mengetahui sejauh mana kefektifan kurikulum, hasil evaluasi tersebut dijadikan sebagai balikan (feed back) yang berfungsi sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum.

      Evaluasi menurut Worthen & Sanders, (1987) merupakan proses pengumpulan informasi untuk membantu mengambil keputusan dan di dalamnya terdapat perbedaan mengenai siapa yang dimaksudkan dengan pengambilan keputusan. Selanjutnya, Guba dan Lincoln (1985), menekankan definisi evaluasi sebagai sebuah proses untuk mendeskripsikan evaluasi dan menilai kelayakan dan nilainya. Sedangkan Fitzpatrick, Sanders, & Worthen (2011, hlm 7) evaluasi adalah proses identifikasi, klarifikasi, dan penerapan kriteria untuk menentukan nilai suatu objek evaluasi (nilai/manfaat) berkaitan dengan kriteria tersebut.


      Bazargan (2006) juga menyatakan bahwa evaluasi kurikulum melibatkan refleksi kegiatan unit atau fenomena pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dia berpendapat bahwa evaluasi kurikulum dapat menanggapi empat pertanyaan.

      1) Seberapa baik kualitas tujuan pembelajaran?
      2) Seberapa baik kualitas silabus?
      3) Seberapa baik penentuan prosedur dengan jadwal pembelajaran?
      4) Seberapa baik kualitas dari fungsi penjadwalan?


      2. Pentingnya evaluasi kurikulum

      Seperti yang sudah dijelaskan di atas, evaluasi merupakan komponen penting dalam kurikulum yang harus ditempuh oleh guru. Evaluasi ditempuh untuk mengetahui sejauh mana keefektifan kurikulum tersebut, hasil evaluasi tersebut dijadikan sebagai balikan (feed back) bahan atau informasi dalam perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Berdasarkan uraian singkat tersebut, Hamalik (1990) mengemukakan bahwa pentingnya evaluasi pengembang kurikulum masuk dalam berbagai tingkatan, yaitu : untuk guru bidang studi, untuk kepala sekolah, pemerintah daerah, pemerintah pusat.

      3. Prinsip dan Tujuan Evaluasi Pengembangan Kurikulum

      Evaluasi pada hakekatnya dapat dimaknai sebagi proses penentuan nilai sesuatu berdasarkan kriteria atau standar yang sudah ditetapkan. Selanjutnya menurut Hamalik (1990) evaluasi sebagai salah satu alat pendidikan, dalam pelaksanaannya harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi pengmbangan kurikulum, sebagai berikut :

      a. Berorientasi Tujuan
      Setiap program evaluasi pengembangan kurikulum harus memiliki tujuan yang jelas dan spesifik. Tujuan tersebut dijadikan sebagai arah selama proses evaluasi pengambangan kurikulum dilaksanakan.
      b. Objektif
      Evaluasi pengembangan kurikulum harus berpijak pada apa yang ditemukan (apa adanya), data yang didapatkan konkrit, relevan dan tidak dimanipulasi, data didapatkan melauli instrumen yang handal.
      c. Komprehensif
      Pelaksanaan evaluasi pengembangan kurikulum harus mencakup semua aspek pada komponen kurikulum. Semua komponen kurikulum harus mendapatkan treatment dan perhatian yang berimbang.
      d. Kooperatif
      Keterlaksanaan program pengembangan evaluasi kurikulum menjadi tanggung jawab bersama-sama (guru, kepala sekolah, orang tua, masyarakat sekitar) oleh karena itu amat sangat dibutuhkan kolaborasi di antaranya, meskpiun pada hakekatnya tanggung jawab utama berada pada evaluator atau pengembang kurikulum.
      e. Efisien
      Semua sumber daya yang digunakan (waktu, tenaga, biaya, perlatan dan penunjang lainya) harus digunakan sebaiknya-baiknya (tepat guna dan bernilai guna).
      f. Berkesinambungan
      Program kurikulum bersifat dinamis, terus mengalami pembaharuan terus menerus. Tuntutan sosial/masyarakat mejadi salah satu faktor pembaharuan kurikulum. Dengan fakta tersebut, evaluasi pengembangan kruikulumpun dilaksanakan secara terus menenur, tujuannya adalah agar kurikulum senantiasa sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

      4. Model Evaluasi Pengembangan Kurikulum

      Dalam perkembangannya kajian evaluasi, terdapat beberapa model evaluasi program (kurikulum yang dikembangkan oleh para ahli yang dapat digunakan sebagai “pisau bedah” dalam mengevaluasi sebuah program (kurikulum). Model evaluasi merupakan desain evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli evaluasi, yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap evaluasinya.


      Agar pemahaman Anda semakin dalam tentang topik ini, silakan amati  tayangan video berikut ini :


      Agar pemahaman Anda semakin dalam tentang topik ini, silakan amati  tayangan video berikut ini :

      Silahkan Anda mendengarkan Audio Podcast berikut ini:



    5. UJIAN SUSULAN