Pertama, siswa yang diajar menggunakan bahasa ibu lebih mudah dan cepat memahami materi pelajaran. Selain itu, kemampuan literasi yang dibangun dengan menggunakan bahasa ibu sebagai jembatan bahasa, membuat siswa lebih mudah untuk belajar bahasa lain.
Bagi siswa yang belum fasih dengan bahasa Indonesia, memulai pendidikan dalam bahasa Indonesia tentu sangat menantang.
Praktik ini dapat menyebabkan mereka kesulitan untuk mengikuti pembelajaran, bahkan memaksa mereka keluar dari sekolah. Dampak dari praktik ini akan semakin terlihat setelah siswa naik ke jenjang yang lebih tinggi saat bahasa yang digunakan dalam pembelajaran semakin kompleks.
Lebih lanjut, wawancara yang kami lakukan dengan penerima manfaat program yaitu guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah menunjukkan bahwa pembelajaran menjadi lebih mudah dilakukan ketika menggunakan bahasa daerah. Lebih jauh, guru mengaku bahwa siswa menjadi lebih aktif berpartisipasi karena mereka lebih percaya diri untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.
Keterlibatan aktor pendidikan lokal, termasuk orang tua dan komite sekolah pada awal program dianggap berkontribusi pada penerimaan komunitas terkait pelaksanaan program. Dengan mempertimbangkan kondisi Indonesia yang sangat beragam, pendekatan dari bawah ke atas dengan melibatkan pemangku kepentingan sekolah dan memperhatikan konteks lokal menjadi sangat penting dalam implementasi program semacam ini.