Etika Rekayasa

Kasus cacat produk mikroprosesor Intel 1994 melibatkan etika, tanggung jawab, dan kepentingan pelanggan:

1. Etika : Intel memiliki tanggung jawab etis untuk mengatasi cacat produk dengan cepat dan transparan untuk menjaga kepercayaan pelanggan.

2. Penggantian Produk Cacat : Engineer di Intel harus mempertimbangkan mengganti produk yang cacat bahkan jika pelanggan tidak tahu tentang cacat tersebut, karena ini merupakan langkah yang etis.

3. Pengujian : Pengujian yang ketat diperlukan untuk meminimalkan risiko cacat produk, tetapi tidak mungkin mengklaim produk bebas cacat sepenuhnya.

4. Tanggung Jawab Engineer :
- Sebelum produk dijual, engineer harus memastikan produk telah melewati pengujian dan memenuhi standar kualitas.
- Jika cacat terdeteksi setelah produk dijual, engineer harus melaporkan dan mendukung perbaikan.
- Ketika cacat jelas, engineer harus bekerja dengan manajemen dan PR untuk mengatasi masalah secara transparan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

Etika dan profesionalisme dalam siklus produk sangat penting untuk menjaga reputasi perusahaan dan kepercayaan pelanggan.

Etika pada kelimuan rekayasa menjadi penting sebab dalam merekayasa suatu produk, alat atau sistem, maka perlu ada suatu acuan yang diikuti secara moral. Hal ini akan sangat berpengaruh pada seberapa baik dan aman kualitas suatu produk, alat atau sistem di mata publik khususnya pada masyarakat. Keterampilan yang diperlukan seorang perekayasa dalam hal penerapan etika rekayasa yaitu komunikasi yang baik menguasai ilmu terkait rekayasa serta ilmu mengenai etika dan moral. Selain itu hal yang diperlukan seorang perekeyasa adalah kejujuran, disiplin, integritas dan rasa hormat.

In the realm of engineering, ethics assumes a vital role due to its close connection to technological advancements that can have a wide-reaching influence on society. Consequently, an engineer should possess an awareness of the ethical ramifications associated with the technologies they create, while also taking steps to safeguard the well-being of the general populace.

In order to incorporate ethical values into engineering practices, an engineer must possess several essential competencies, including:

1. The capacity to identify ethical dilemmas that may emerge throughout the technology development process.
2. The ability to evaluate the ethical implications of the technology they are designing, encompassing its potential hazards and advantages for society.
3. The capability to make sound ethical judgments, particularly in intricate scenarios where values and interests diverge.
4. Proficiency in articulating ethical concerns that arise during the development of technology, ensuring that all stakeholders comprehend the ethical consequences at hand.
5. The skill to collaborate with a variety of stakeholders, including the general public, government entities, and non-governmental organizations, to guarantee that the technologies they generate do not compromise the public interest and conform to pertinent ethical standards.

Through the amalgamation of these proficiencies, an engineer can act as a conscientious agent of transformation, guaranteeing that the technological innovations they devise are not solely technically proficient but also conscientious of the potential ethical repercussions.

Etika kelimuan rekayasa sangat penting dalam merekayasa suatu produk, alat atau sistem karena diperlukan adanya acuan yang diikuti secara moral. Hal ini berpengaruh pada seberapa baik dan aman kualitas suatu produk, alat atau sistem di mata publik. Keterampilan yang diperlukan perekayasa dalam hal penerapan etika rekayasa yaitu komunikasi yang baik, menguasai ilmu terkait rekayasa serta ilmu mengenai etika dan moral.