Bermula dari Korespondensi ...

Dalam sejarah perkembangan pendidikan, munculnya teknologi baru selalu diiringi dengan pemanfaatannya dalam pendidikan atau pembelajaran. Dalam konteks PJJ, sekurangnya ada empat perkembangan penting yang menyertai perkembangan teknologi:

  1. Pembelajaran melalui Korespondensi, dimungkinkan dikembangkannya sistem pos untuk mengantarkan surat dan barang;
  2. Pendidikan Terbuka, tidak terkait langsung oleh perkembangan tknologi, namun oleh perkembangan sistem kemasyarakatan yang menghendaki sistem terbuka, tanpa ada diskriminasi ras, gender, maupun tingkat sosial ekonomi
  3. Pemanfaatan Multimedia dalam PJJ, berkembang karena semakin terjangkaunya teknologi untuk mengembangkan bahan ajar multimedia
  4. Pembelajaran Daring, yang semakin populer seiring perkembangan teknologi Internet dan teknologi-teknologi pendukungnya.

PJJ dengan modus korespondensi berkembang pesat di Eropa dan Amerika setelah Revolusi Industri. Selain oleh kemajuan teknologi cetak-mencetak dan sistem produksi massal, PJJ korespondensi didukung oleh sistem pengantaran surat dan paket melalui perusahaan pos. Layanan pos menjadikan proses pengiriman bahan ajar menjadi lebih cepat, lebih murah, dan lebih handal. Dapat dibayangkan bahwa pada abad ke-19 mahasiswa di Australia bisa mengambil kuliah secara korespondensi ke London School of Economics,  perguruan tinggi pertama di Inggris yang menawarkan PJJ.

Era PJJ dengan korespondensi, meskipun potensial, tidak pernah mencapai skala masif, terutama karena cara ujian dan pemeriksaan hasil maupun umpan balik kepada pembelajar masih dilakukan secara manual. Cara korespondensi hanya dominan sampai munculnya media elektronik baru saat itu, yakni siaran radio dan televisi. Teknologi yang berkembang dan populer pada abad ke-20 menjadi sarana pengantaran bahan ajar secara masif. Bahan ajar yang diantarkan melalui radio ataupun televisi juga merupakan suplemen yang melengkapi bahan ajar tercetak. Mereka yang saat ini berusia setengah abad, pada masa remajanya tentu kenal Pelajaran Bahasa Inggris yang disiarkan oleh Radio Australia. Selain paket siaran pelajaran yang rutin disiarkan tiap hari, Radio Australia juga mengirimkan secara gratis buku-buku cetak yang menyertai siaran itu.

Meskipun demikian, pembelajaran melalui radio maupun televisi masih tetap menyisakan kelemahan pedagogis utama yakni sulitnya interaksi antara pembelajar dengan pengajarnya. Keharusan untuk mendengarkan atau melihat siaran pada jam tertentu juga menyulitkan mereka yang memiliki kesibukan lain. Pengiriman materi audio visual melalui kaset video juga memiliki kelemahan yakni ketiadaan interaktivitas.

Munculnya komputer pribadi yang mampu menjalankan berbagai program multimedia, memberikan peluang baru untuk mengembangkan dan memanfaatkan multmedia sebagai bahan ajar. Bahan ajar audio visual segera menjadi kuno karena multimedia dapat dibuat lebih interaktif, lengkap dengan soal latihan yang memiliki fitur pemberian umpan balik secara otomatis.

Ketika Internet kemudian mulai populer, bahan ajar interaktif mendapat medium baru yang mampu melayani pembelajar untuk secara interaktif belajar dengan bahan ajar multimedia maupun berinteraksi langsung dengan pengajarnya. Konferensi video menjadi cukup murah untuk dilakukan sehingga mobilitas pengajar maupun pembelajar dapat dikurangi tanpa banyak mengorbankan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Pertemuan tatap muka yang semakin mahal (karena pembelajar dan pengajar harus bertemu di tempat yang sama pada waktu yang sama) dapat diminimalkan, digantikan dengan tatap muka yang dimediasi oleh komputer.

Era Internet juga memungkinkan dikelolanya pembelajaran menggunakan perangkat lunak yang disebut Learning Management System (LMS). Moodle yang kita gunakan saat ini merupakan salah satu jenis LMS populer dan cukup handal untuk mengelola pembelajaran.




Last modified: Sunday, 22 November 2015, 10:01 PM