Rekan-rekan, perkenalkan nama saya Henry Praherdhiono, Pada semester ini saya mengampu matakuliah lingkungan belajar. Lingkungan belajar mengacu pada beragam kondisi, lokasi fisik, konteks, dan budaya di mana siswa belajar. Karena siswa dapat belajar dalam berbagai macam pengaturan, seperti lokasi di luar sekolah dan lingkungan luar, Menciptakan lingkungan belajar yang positif menghasilkan efek yang kuat yang terus meningkatkan pembelajaran : ketika siswa dapat melihat dalam kesalahan mereka, merayakan keberhasilan mereka, dan merasa diberdayakan sebagai agen perubahan, mereka akan secara aktif terlibat dalam pembelajaran dan, akibatnya, belajar lebih efektif. Lingkungan kelas psikologis sama pentingnya dengan lingkungan fisik. Instruktur yang menunjukkan perilaku tenang dan rasional dapat membantu menjaga lingkungan yang mendukung yang mendorong pembelajaran siswa . Tanpa dukungan yang tepat, siswa berisiko mengalami kecemasan belajar, kinerja yang buruk, dan perilaku negatif. Nah ... selamat datang di lingkungan belajar
Rekan-rekan, lingkungan belajar membutuhkan partisipasi, nah ... saya persilahkan rekan-rekan berkenan untuk bergabun dalam media sosial yang berda dalam URL di atas. Sumbangsih rekan-rekan sangat diperlukan dalam pengembangan keilmuan Lingkungan Belajar
Rekan-rekan, penggambaran sekenario kita adalah seperti yang tergambar dalam rancangan pembelajaran. Kegiatan tersebut meliputi beberapa item dan berirutan
Rekan-rekan dapat melihat lingkungan belajar yang dapat meningkatkan pembelajaran, Pembahasan tersebut terindeks scopus 2015 sd 2021. Silahkan dibaca abstraknya saja melalui link yang telah tertera
Rekan-rekan, silahkan memilih jurnalnya, tapi jangan sama ya dalam satu kelas. Berilah komentar atas kelebihan dan kekurangannya. Anggap saja kita sedang bergotong royong membangun pemikiran bersama
Lingkungan belajar telah dikonstruksi oleh bangsa Indonesia sejak 1922. Ki Hajar Dewantara mengenalkan kita dengan konsep Taman Siswa. Konsep ini sejalan bahwasanya lingkungan belajar harus memberikan kesejukan, kelembutan, penghargaan ke sesama, kemandirian dan banyak hal yang memungkinkan pebelajar bisa tetap belajar hingga kebutuhannya terpenuhi
Lingkungan Belajar tidak harus lingkungan yang fisik, lingkungan belajar bisa saja merupakan lingkungan non fisik. Rekan-rekan sekalian motivasi adalah lingkungan belajar yang memberikan kepada pebelajar sesuatu yang mampu membuat perubahan. Lingkungan belajar yang memberi motivasi merupakan lingkungan non fisik namun tetap berpengaruh kepada cara kita, keinginan kita, kemampuan kita bahkan bisa saja membuat semangat kita berubah.
Kepakaan seseorang terhadap lingkungan merupakan tujuan paling dasar dalam perkuliahan lingkungan belajar. Sering kali kita mengabaikan apapun yang terjadi dalam lingkungan dikarenakan kita sama sekali tidak memiliki kepedulian. Sehingga kita sering melewati peristiwa-peristiwa penting dan sama sekali terlewat. Mungkin kita baru menyadari bahwa pandemi yang terjadi saat ini telah menciptakan generasi dengan kekebalan baru .... tapi anda terlewat psikologi belajar yang berubah saat pandemi sedang terjadi
Dalam mencari definisi lingkungan belajar yang dapat diterima secara universal , saya telah meminjam dari publikasi Tessmer dan Harris yang berguna Menganalisis Pengaturan Instruksional(1992, p. 15): "Lingkungan belajar adalah ruang fisik yang dialokasikan untuk belajar. Lingkungan ini dapat berupa ruang kelas, pusat pelatihan, lab komputer, ruang belajar di rumah, meja kantor, mobil, atau kombinasi dari semua ini. . " Dalam mengutip karya Spivak (1975) dan David (1975), Tessmer dan Harris mencatat (p. 18): "Lingkungan memberikan pengaruh yang kuat pada pembelajaran dan perilaku, meskipun kita mungkin tidak menyadarinya atau mungkin memilih untuk abaikan itu. " Para penulis ini selanjutnya menyatakan bahwa "... desain (fasilitas) berbasis lingkungan masih lebih banyak seni daripada sains." Meskipun saya menyadari bahwa ini mewakili konsepsi populer, saya percaya bahwa hal itu lebih benar di masa lalu daripada sekarang.
Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk meringkas apa yang merupakan penelitian ergonomis yang diterapkan pada fasilitas pendidikan, dan dengan demikian dimaksudkan untuk representatif dan tidak komprehensif. Dalam membuat pilihan studi yang representatif secara ergonomis, saya telah memilih (1) dua studi survei preferensi pengguna yang menghubungkan tanggapan siswa pada kuesioner tipe skala peringkat dengan pengukuran fisik fitur lingkungan dan tampilan; (2) studi eksperimental pola interaksi sosial dengan pengaturan tempat duduk kelas yang berbeda menggunakan televisi sebagai alat observasi; (3) studi eksperimental yang menyelidiki pengaruh kontras kecerahan fotometri pada preferensi, perhatian, kenyamanan visual, dan kelelahan siswa; dan (4) studi eksperimental tentang keterbacaan tampilan yang mengeksplorasi perbedaan kualitatif antara proyeksi layar depan dan belakang. Studi pertama yang dilaporkan adalah studi saya sendiri, dan empat lainnya adalah disertasi doktoral yang saya supervisi di Universitas Boston antara1976-91. Dengan memberikan sampler seperti itu, diharapkan pembaca memperoleh wawasan tentang metodologi representasional dalam penelitian ergonomis pendidikan, serta kesadaran akan substansi temuan mereka, yang saya yakini memiliki arti penting saat ini terkait dengan desain dan pemanfaatan lingkungan belajar.
Dua dari tujuan utama penelitian adalah untuk mempengaruhi perubahan dalam kondisi yang tidak diinginkan atau untuk memverifikasi keefektifan kondisi yang ada. Akibatnya, ketika mencari panduan dalam mengembangkan lingkungan belajar, perencana fasilitas pendidikan melihat ke penelitian dan merencanakan buku pegangan sebagai panduan. Hal ini juga berlaku untuk pendidik ketika mencari cara di mana lingkungan belajar tertentu dapat digunakan untuk memberikan efek yang paling positif pada kesejahteraan fisik dan pembelajaran siswa. Sayangnya, topik mempengaruhi keuntungan pembelajaran melalui desain lingkungan atau manipulasi fitur-fiturnya berada di luar cakupan dan panjang yang dialokasikan dari makalah ini. Jika saya mengetahui dokumentasi hubungan sebab dan akibat spesifik antara beberapa aspek fisik atau sensorik dari fasilitas pendidikan dan pembelajaran, saya akan melaporkannya, tetapi fokus dari bagian bab ini adalah pada pedoman yang diyakini berkontribusi pada kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan fisik siswa, serta mereka yang berkontribusi pada orientasinya terhadap tugas dan lokalisasi transmisi informasi baik dari guru, pembahas kelas lain, atau dari beberapa bentuk teknologi pendidikan. Bagi para pembaca yang tertarik pada sumber yang lebih substantif khususnya mengenai lingkungan dan pengaruhnya terhadap pembelajaran manusia,
Bab ini membahas beberapa faktor lingkungan, ergonomis, dan sistem tampilan yang berkontribusi pada keefektifan lingkungan belajar secara umum, dengan penekanan khusus pada pengaturan ruang kelas dan konferensi, dan stasiun kerja di mana media pendidikan, termasuk VDT, digunakan secara ekstensif. Ketika faktor-faktor seperti itu secara hati-hati diintegrasikan ke dalam desain lingkungan belajar, mereka telah memperoleh penerimaan dan penghargaan Eroin baik mahasiswa maupun fakultas (McVey, 1979). Pelatih dan peserta pelatihan yang bekerja di lingkungan yang dirancang serupa juga mengenali dan menghargai fitur mereka.
Cobalah cari referensiku di https://scholar.google.com/ atau di https://z-lib.org/ (klik bagian artikel saja) carilah dengan kata kunci learning environment atau lingkungan belajar. Kemudian baca dan pahami artikel tersebut, kemudian masukkan sesauai contoh
BAHAN BELAJAR 2 LINGKUNGAN BELAJAR
MEMECAHKAN MASALAH LINGKUNGAN BELAJAR MELALUI ERGONOMIERGONOMI DALAM PERSPEKTIF LINGKUNGAN BELAJAR Ergonomi menjadi isu utama dalam interaksi antara manusia dengan lingkungan. Interaksi manusia dengan lingkungannya dimulai dengan interaksi terhadap benda penyusun dimensi semisal panjang, lebar, waktu, beban tugas dan lain-lain hingga interaksi terhadap benda kongkrit seperti pakaian, alat kerja dan lain-lain. Menurut park (2012) manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitar mereka melalui ranah sosial dan fisik. Penjelasan secara empiris, yang sering dipaparkan oleh para ahli ergonomi adalah di lingkungan kerja yang tidak menguntungkan atau berbahaya, akan mempengaruhi kenyamanan , keamanan, dan kinerja seseorang. Penjelasan yang lebih umum adalah Ergonomi mengalami transformasi yang luar biasa dalam semua aspek. Meskipun keberhasilan keilmuan ergonomi kontribusinya baru dianggap terbatas dalam bidang kesehatan. Aspek ergonomi selain untuk bidang kesehatan umumnya hanya digunakan sebagai pertimbangan aksesibilitas perangkat, keefektifan pembiayaan serta isu ramah pengguna.
rekan-rekan, Lingkungan Belajar merupakan kondisi riil yang setiap hari kita temui dalam segala aktivitas. Oleh karena itu saya ERGONOMI DALAM PERSPEKTIF LINGKUNGAN BELAJAR merupakan konteks keilmuan yang kita gunakan. Saya menginginkan sumbangan pemikiran rekan-rekan dalam tulisan tersebut. selipkanlah tulisan anda 1 paragraf saja sebagai ide rekan-rekan dalam mengungkapkan lingkungan belajar.
KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR Lingkungan belajar secara ergonomi dipandang sebagai desain fisik lingkungan belajar berkaitan dengan kontek sosial lingkungan belajar tempat pebelajar berinteraksi dengan sumber belajar. Pengelolaan dan pengorganisasian lingkungan belajar memungkinkan terjadinya peningkatan aktivitas belajar atau justru menjadi pengganggu aktivitas belajar. Gambaran ekstrim sebagai contoh dan dampak desain lingkungan belajar secara ergonomis adalah suatu tempat kerja dominan gelap memungkinkan peningkatan fokus dan penyerapan munculnya komunikasi tipe visual. Sehingga alat penglihatan pebelajar akan menjadi sensor indrawi yang efisien terhadap informasi visual. Aspek lingkungan fisik secara ergonomi yang layak untuk dipertimbangkan adalah kasus kebisingan (kondisi gangguan kemampuan untuk fokus dalam menyerap informasi sinyal pendengaran), panas, pencahayaan (dalam kondisi lingkungan pada tingkat cahaya yang terlalu kontras, dan silau). Dampak tidak diperhatikannya kondisi lingkungan belajar secara fisik adalah menyebabkan depresi dan perilaku stress pebelajar.
rekan-rekan, Lingkungan Belajar merupakan kondisi riil yang setiap hari kita temui dalam segala aktivitas. Oleh karena itu KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR merupakan konteks keilmuan yang kita gunakan. Saya menginginkan sumbangan pemikiran rekan-rekan dalam tulisan tersebut. selipkanlah tulisan anda 1 paragraf saja sebagai ide rekan-rekan dalam mengungkapkan lingkungan belajar.
Kami mengharapkan rekan-rekan membaca dengan seksama mengenai beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam lingkungan belajar yang ergonomi. Antara lain adalah beberapa lingkungan fisik yang perlu diperhatikan. Silahkan menyimak bahan bacaan berikut
Bacalah dengan seksama CONTOH ANALISIS yang disajikan dalam bacaan, kemudian berilah contoh lain dari berbagai permasalahan di sekolah anda dahulu. Tentunya pengelaman rekan-rekan ada yang menyenangkan dan mungkin ada yang merasa trauma. Karena analisis bersifat pribadi, maka pengalaman anda akan saya fasilitasi menggunakan google form. Sebagai contoh saya menulis pengalaman:
Saya adalah alumni SMPN Sawahan Madiun. SMP saya merupakan SMP yang berada ditengah persawahan, mirip dengan nama SMPku. Suasana di SMPku sangat mendukung proses belajar. Lingkungan yang sangat asri, dikelilingi persawahan yang membentang luas maka tidak ada kegaduhan, pencahayaannya sangat bagus dan sirkulasi udaranya cukup membuat saya sangat merasakan dukungan fisik lingkungan belajarnya. Secara arsitektur, SMP saya tidak bertingkat dan setiap kelas memiliki teras luar dan bukan lorong. Sehingga, jendela SMPku langsung menghadap keluar ruangan dan disisi lain langsug menghadap ke sawah. Kondisi ini sangat sesuai untuk saya dan teman-teman saya belajar denga tenang. Pengalaman ditulis antara 75 sd 100 kata
Rekan-rekan, Mari kita analisis disekitar kita. Apa saja yang perlu kita benahi dari sisi lingkungan belajarnya. beberapa hal mungkin luput dari pengamatan kita. Anatara lain adalah bagaimana kita melihat bangku, kursi, lampu, ruang, taman, ruang belajar kita dan lain lain. Kita jarang memikirkan hal itu. Sebagai contoh .... saya memikirkan sebuah tempat yang disebut lorong sekolah, oleh karena itu klik merancang analisis nanti akan muncul contohnya. Kemudian tulislah ide rekan-rekan seperti contoh yang ada ....
Rekan-rekan, Mari kita landasi analisis disekitar kita dengan konsep yang sesui. Apa saja yang perlu kita benahi dari sisi lingkungan belajarnya perlu kita landas konsep berpikir kita dengan prinsip ergonomi. Prinsip ergonomi dapat rekan-rekan baca ulang yang Antara lain membahas pencahayaan, suara, kondisi fisik dll. Kita jarang memikirkan hal itu. Sebagai contoh .... saya menggunakan konsep arsitektur bangunan, oleh karena itu klik konsep dasar nanti akan muncul contohnya. Kemudian tulislah ide rekan-rekan seperti contoh yang ada ....
Rekan-rekan, Mari kita landasi analisis disekitar kita dengan konteks yang anda inginkan. Apa saja yang perlu kita benahi dari sisi lingkungan belajarnya perlu kita jelaskan konteksnya sesuai dengan prinsip ergonomi. Prinsip ergonomi dapat rekan-rekan baca ulang yang antara lain membahas pencahayaan, suara, kondisi fisik dll. Kita jarang memikirkan hal itu. Sebagai contoh .... saya menggunakan konteks lorong pada bangunan sekolah, oleh karena itu klik KONTEKS OBYEK nanti akan muncul contohnya. Kemudian tulislah ide rekan-rekan seperti contoh yang ada ....
Rekan-rekan, web berikut merupakan contoh bagaimana kita bersama menganalisis sebuah konteks lorong sekolah. Lorong sekolah adalah salah satu tempat yang termasuk lingkungan belajar. Lorong sekolah memerlukan konstruksi bangunan yang perlu mendapatkan masukan berupa prinsip-prinsip ergonomi. Rekan-rekan saya berharap untuk mengkonstruksi analisis seperti yang dicontohkan dalam artikel pada web di ANALSIS KONTEKS OBYEK PRINSIP ERGONOMI
PENGUKURAN TERHADAP RESPONDEN MANUSIA Perlakuan pengukuran lingkungan harus memenuhi etika pengukuran terhadap responden. Adapun etika pengukuran adalah sebagai berikut:
Pengukuran secara umum melibatkan responden potensial dengan kriteria spesifik telah mampu mengaktualisasikan aspek kognitif, afektif dan fisik motorik. Responden memiliki kemampuan bahasa untuk mengungkapkan hal yang abstrak misalnaituya perasaan, hingga hal yang kongkrit misalnya kondisi yang dapat dirasakan, dilihat, dan dilakukan dengan baik. Kategori umumnya adalah manusia dewasa dalam kategori normal.
Pengukuran dapat dilakukan kepada responden yang memiliki keahlian khusus. Perancang ruang/gedung, pemilik ruang/gedung, penyandang dana pengembangan ruang/gedung dan lain-lain merupakan responden dengan keahlian khusus. Pengukuran dilakukan dengan membangun kesepahaman dalam wujud kerjasama secara teknis dalam pengukuran. Keterbukaan terhadap blue print rancangan dari responden dengan keahlian khusus menjadi hal yang paling signifikan dalam menentukan pengukuran.
Pengukuran dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan secara tertulis dari responden
Responden penelitian menyatakan kesediaan untuk dikenai perlakuan berbasis ergonomi secara fisik antara lain perubahan variasi suhu, variasi pencahayaan, dan variasi gangguan audio dalam batas-batas tertentu untuk mencari kondisi ternyaman bagi mahasiswa untuk melakukan aktivitas pembelajaran
PENGUKURAN TERHADAP BENDA Pengukuran terhadap benda memiliki kode etik pengukuran pada umumnya yaitu:
Pengukuran dilakukan dengan metode yang wajar sehingga tidak mengganggu/merusak lingkungan baik sebagian maupun keseluruhan
Pengukuran menggunakan perangkat dengan spesifikasi yang sesuai dengan benda atau lingkungan yang akan diukur
Pengukur memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam pengukuran
Dalam kegiatan pembelajaran pada era pandemi covid 19 terjadi pergeseran lingkungan belajar. Banyak guru melakukan pembelajaran menggunakan sistem online yag salah satunya adalah menggunakan media sosial. Banyak permasalahan pada lingkungan belajar menggunakan media sosial.
Salah satu buku telah mengungkapkan permasalahan berikut yaitu buku mengenai kajian Media Sosial. Rekan-rekan perlu membaca literatur Buku kajian ini. Karena maraknya penggunaan media sosial oleh para guru dan praktisi pendidikan di era pandemi covid 19. Saya mengharap dengan membaca buku ini, rekan-rekan dapat mengambil manfaat dari buku tersebut detiga adalahalam melakukan aktivitas dalam media sosial. Juga prtlu diperhitungkan peranan pendidik dan orang tua agar mampu mengambil sikap bijaksana terhadap anak dan remaja dalam penggunaan media sosial. Buku ini dapat rekan-rekan unduh dalam 3 bagian. Bagian pertama berisi daftar isi hingga pengantar, bagian dua berisi konten kajian dan bagian ketiga adalah cara melakukan kajian, silahkan rekan-rekan mendownload buku tersebut dan kemudian membacanya dengan seksama
BAGIAN 1
Buku dapat di download atau dilihat di LINK INI BAGIAN 2
Buku dapat di download atau dilihat di LINK INI BAGIAN 3
Buku dapat di download atau dilihat di LINK INI
Institusi pendidikan memerlukan upaya untuk mengkonstruksi pembelajaran dengan berbagai pendekatan sistem. Kecerdasan humanistik merupakan kunci utama pembelajaran yang memungkinkan seseorang mengkombinasikan teknologi berbagai sumber, media, bahan, metode belajar dapat secara signifikan meningkatkan pengalaman belajar pebelajar. Setiap pembelajaran diera normal baru membutuhkan konstruksi pembelajaran dengan memberikan otonomi ke pebelajar sehingga mewujudkan perilaku inkuiri. Desain pembelajaran yang masif dan terbuka pada era normal baru dalam Institusi pendidikan akan menghilangkan hambatan dalam menciptakan dan mempertahankan kecerdasan humanistik sebagai kapabilitas.
Secara utuh buku dapat di download DI SINI
1. Cari aplikasi di google play
2. Install Aplikasi
3. Mengukur dengan cara meletakkan HP 1,5 meter dari permukaan tanah (jika mengukur panjang atau lebar). Jika tinggi anda harus berbaring dan meletakkan HP 1,5 meter dari kaki yang berpijak pada dinding
4. Bidik sasaran dengan membentuk sudut