PENILAIAN PSIKOMOTORIK
TUJUAN PEMBELAJARAN
- Mahasiswa mampu menjelaskan taksonomi yang berkaitan
dengan penilaian psikomotorik
- Mahasiswa mampu merumuskan indikator penilaian
psikomotorik
- Mahasiswa mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif
- Mahasiswa mampu menyusun penilaian psikomotorik
- Mahasiswa mampu menyusun rubrik penilaian psikomotorik
MATERI AJAR
Ranah psikomotorik adalah ranah yang menitikberatkan kepada
kemampuan fisik dan kerja otot ( Bloom 1979). Dalam pengembangannyapun mata
pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih
beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan
keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian
seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Buttler (1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi
tiga, yaitu: specific responding, motor chaining, rule using. Pada tingkat
specific respondingpesertadidik mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik,
(yang dapat didengar, dilihat,atau diraba), atau melakukan keterampilan yang
sifatnya tunggal, misalnyamemegang raket, memegang bed untuk tenis meja. Pada
motor chainingpesertadidik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua
keterampilan dasar menjadisatu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola,
menggergaji, menggunakanjangka sorong, dll. Pada tingkat rule usingpeserta
didik sudah dapatmenggunakan pengalamannya untuk melakukan keterampilan yang
komplek, Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotormisalnya bagaimana memukul
bola secara tepat agar dengan tenaga yang samahasilnya lebih baik.
Psikomotorik meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar
fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi
visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual
yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6)
komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan
ekspresif, gerakan interprestatif.
Penilaian psikomotorik implementasinya dapat dilakukan
dengan menggunakan observasiatau pengamatan. Observasisebagai alat penilaian
banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya
suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai
hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik
ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam
simulasi.
Untuk jenjang Pendidikan SMA, mata pelajaran yang banyak
berhubungan dengan ranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan, seni budaya, fisika, kimia, biologi, dan keterampilan. Dengan kata
lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah
praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan
praktikitu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila
dibandingkan dengan ranah psikomotor. Kegiatan-kegiatan praktikum tersebut
nantinya bertujuan untuk menghasilkantenaga kerja yang kreatif dan terampil
dalam memanfaatkan segala sesuatu yang berpotensi dalam diri dan lingkungan
sekitarnya.
Dalam melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak
ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu membuahkan
hasil yang optimal. Mills (1977) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam
mengajar praktik adalah (a) menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, (b)
menganalisis keterampilan secara rinci dan berutan, (c) mendemonstrasikan
keterampilan disertai dengan penjelasan singkat dengan memberikan perhatian
pada butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian yang sukar, (d) memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mencoba melakukan praktik dengan pengawasan dan
bimbingan, (e) memberikan penilaian terhadap usaha peserta didik.
Dalam proses pembelajaran keterampilan, keselamatan kerja
tidak boleh dikesampingkan, baik bagi peserta didik, bahan, maupun alat.
Leighbody (1968) menjelaskan bahwa keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan
dari proses pembelajaran psikomotor. Guru harus menjelaskan keselamatan kerja
kepada peserta didik dengan sejelas-jelasnya. Oleh karena kompetensi kunci dan
keselamatan kerja merupakan dua hal penting dalam pembelajaran keterampilan,
maka dalam penilaian kedua hal itu harus mendapatkan porsi yang tinggi.
Jenis Perangkat Penilaian Psikomotor
Untuk melakukan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor, ada
dua hal yang perlu dilakukan oleh pendidik, yaitu membuat soal dan membuat
perangkat/ instrumen untuk mengamati unjuk kerja peserta didik. Soal untuk
hasil belajar ranah psikomotor dapat berupa lembar kerja, lembar tugas,
perintah kerja, dan lembar eksperimen. Instrumen untuk mengamati unjuk kerja
peserta didik dapat berupa lembar observasi atau portofolio.
Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk
mengobservasi keberadaan suatu benda atau kemunculan aspek-aspek keterampilan
yang diamati. Lembar observasi dapat berbentuk daftar periksa/check list atau
skala penilaian (rating scale). Daftar periksa berupa daftar pertanyaan atau
pernyataan yang jawabannya tinggal memberi check (centang) pada jawaban yang
sesuai dengan aspek yang diamati. Skala penilaian adalah lembar yang digunakan
untuk menilai unjuk kerja peserta didik atau menilai kualitas pelaksanaan
aspek-aspek keterampilan yang diamati dengan skala tertentu, misalnya skala 1 -
5. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan peserta didik yang teratur dan
berkesinambungan sehingga peningkatan kemampuan peserta didik dapat diketahui
untuk menuju satu kompetensi tertentu.
A. Konstruksi Instrumen
Sama halnya dengan soal ranah kognitif, soal untuk penilaian
ranah psikomotor juga harus mengacu pada standar kompetensi yang sudah
dijabarkan menjadi kompetensi dasar. Setiap butir standar kompetensi dijabarkan
minimal menjadi 2 kompetensi dasar, setiap butir kompetensi dasar dapat
dijabarkan menjadi 2 indikator atau lebih, dan setiap indikator harus dapat dibuat
butir soalnya. Indikator untuk soal psikomotor dapat mencakup lebih dari satu
kata kerja operasional.
Selanjutnya, untuk menilai hasil belajar peserta didik pada
soal ranah psikomotor perlu disiapkan lembar daftar periksa observasi, skala
penilaian, atau portofolio. Tidak ada perbedaan mendasar antara konstruksi
daftar periksa observasi dengan skala penilaian. Penyusunan kedua instrumen itu
harus mengacu pada soal atau lembar perintah/lembar kerja/lembar tugas yang
diberikan kepada peserta didik. Berdasarkan pada soal atau lembar
perintah/lembar tugas dibuat daftar periksa observasi atau skala penilaian.
Pada umumnya, baik daftar periksa observasi maupun skala penilaian terdiri atas
tiga bagian, yaitu: (1) persiapan, (2) pelaksanaan, dan (3) hasil.
B. Penyusunan Rancangan Penilaian
Sebaiknya guru merancang secara tertulis sistem penilaian
yang akan dilakukan selama satu semester. Rancangan penilaian ini sifatnya
terbuka, sehingga peserta didik, guru lain, dan kepala sekolah dapat
melihatmya. Langkah-langkah penulisan rancangan penilaian adalah:
1. Mencermati silabus yang sudah ada
2. Menyusun rancangan sistem penilaian berdasarkan silabus
yang telah disusun
Selanjutnya, rancangan penilaian ini diinformasikan kepada
peserta didik pada awal semester. Dengan demikian sistem penilaian yang
dilakukan guru semakin sempurna atau semakin memenuhi prinsip –prinsip
penilaian.
C. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi
soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulis soal,
sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat
kesulitannya relatif sama.
D. Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotor
Instrumen Penilaian psikomotor terdiri atas soal atau
perintah dan pedoman penskoran untuk menilai unjuk kerja peserta didik dalam
melakukan perintah/soal tersebut.
E. Penyusunan soal
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah
psikomotor adalah mencermati kisi-kisi instrumen yang telah dibuat. Soal harus
dijabarkan dari indikator dengan memperhatikan materi pembelajaran.
Soal ranah psikomotor untuk ulangan tengah semester dan
akhir semester yang biasanya sudah mencapai tingkat psikomotor manipulasi,
mencakup beberapa indikator.
F. Pedoman penskoran
Pedoman penskoran dapat berupa daftar periksa observasi atau
skala penilaian yang harus mengacu pada soal. Soal/lembar tugas/perintah kerja
ini selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan yang diamati.
PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR
Penilaian ranah psikomotorik biasanya dilakukan dilakukan
dengan tes unjuk kerja atau tes perbuatan (praktek).
Aspek penilaian psikomotor terdiri dari:
–Meniru (perception)
–Menyusun (manipulating)
–Melakukan dengan prosedur (precision)
–Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)
–Melakukan tindakan secara alami (naturalization)
A. Kriteria (Rubrics)
Kriteria atau rubrik adalah pedoman penilaian kinerja atau
hasil kerja peserta didik. Dengan adanya kriteria, penilaian yang subjektif
atau tidak adil dapat dihindari atau paling tidak dikurangi, guru menjadi lebih
mudah menilai prestasi yang dapat dicapai peserta didik, dan peserta didik pun
akan terdorong untuk mencapai prestasi sebaikbaiknya karena kriteria
penilaiannya jelas.
Rubrik terdiri atas dua hal yang saling berhubungan. Hal
pertama adalah skor dan hal lainnya adalah kriteria yang harus dipenuhi untuk
mencapai skor itu. Banyak sedikitnya gradasi skor (misal 5, 4, 3, 2, 1)
tergantung pada jenis skala penilaian yang digunakan dan hakikat kinerja yang
akan dinilai.
B. Penskoran dan Interpretasi Hasil Penilaian
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan
penskoran adalah ada atau tidak adanya perbedaan bobot tiap-tiap aspek
keterampilan yang ada dalam skala penilaian atau daftar periksa observasi.
Apabila tidak ada perbedaan bobot maka penskorannya lebih mudah. Skor akhir
sama dengan jumlah skor tiap-tiap butir penilaian.
Selanjutnya untuk menginterpretasikan, hasil yang dicapai
dibandingkan dengan acuan atau kriteria. Oleh karena pembelajaran ini
menggunakan pendekatan belajar tuntas dan berbasis kompetensi maka acuan yang
digunakan untuk menginterpretasikan hasil penilaian kinerja dan hasil kerja
peserta didik adalah acuan kriteria.
C. Analisis Hasil Penilaian
Penilaian yang diselenggarakan oleh pendidik mempunyai
banyak kegunaan, baik bagi peserta didik, satuan pendidikan, ataupun bagi pendidik
sendiri. Secara rinci dapat dijelaskan manfaat penilaian, yaitu:
- mengetahui tingkat ketercapaian Standar Kompetensi yang
sudah dijabarkan ke Kompetensi Dasar.
- mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta
didik.
- mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.
- mendorong peserta didik belajar/berlatih.
- mendorong pendidik untuk mengajar dan mendidik lebih baik.
- mengetahui keberhasilan satuan pendidikan dan mendorongnya
untuk berkarya lebih terfokus dan terarah.
Untuk mendapatkan manfaat seperti yang telah dijelaskan di
atas maka perlu dilakukan analisis terhadap hasil tes/penilaian yang telah
dicapai oleh peserta didik. Caranya yaitu dengan membuat tabel spesifikasi yang
dapat menunjukkan kompetensi dasar, indikator, atau aspek keterampilan mana
yang belum dikuasai oleh peserta didik. Selanjutnya, aspek keterampilan yang
belum dikuasai itu dituliskan dalam kolom keterangan. Contoh analisis hasil tes
dapat dilihat pada tabel berikut.
D. Laporan Hasil Penilaian
Hasil belajar peserta didik mencakup tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu laporan hasil belajar
peserta didik juga harus mencakup ketiga ranah tersebut. Informasi ranah
afektif dapat diperoleh melalui kuesioner atau pengamatan yang sistematik.
Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem penilaian yang
digunakan untuk mata pelajaran, sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Jadi
tidak semua mata pelajaran memiliki nilai untuk ranah psikomotor.
Hasil belajar ranah kognitif, psikomotor, dan afektif tidak
dijumlahkan, karena dimensi yang diukur berbeda. Masing-masing dilaporkan
sendiri-sendiri dan memiliki makna yang sama penting. Ada peserta didik yang
memiliki kemampuan kognitif tinggi, kemampuan psikomotor cukup, dan memiliki
minat belajar yang cukup. Namun ada peserta didik lain yang memiliki kemampuan
kognitif cukup, kemampuan psikomotor tinggi. Bila skor kemampuan kedua peserta
didik ini dijumlahkan, bisa terjadi skornya sama, sehingga kemampuan kedua
orang ini tampak sama walau sebenarnya karakteristik kemampuan mereka berbeda.
Selain itu, ada informasi penting yang hilang, yaitu karakteristik spesifik
kemampuan masing-masing individu.
Di dunia ini ada orang yang kemampuan berpikirnya tinggi,
tetapi kemampuan psikomotornya rendah. Agar sukses, orang ini harus bekerja
pada bidang pekerjaan yang membutuhkan kemampuan berpikir tinggi dan tidak
dituntut harus melakukan kegiatan yang membutuhkan kemampuan psikomotor yang
tinggi. Oleh karena itu, laporan hasil belajar harus dinyatakan dalam tiga
ranah tersebut. Laporan hasil belajar peserta didik untuk setiap akhir semester
berupa rapor yang disampaikan kepada orang tua peserta didik. Untuk
meningkatkan akuntabilitas satuan pendidikan, hasil belajar peserta didik
dilaporkan kepada dinas pendidikan, dan sebaiknya juga dilaporkan ke
masyarakat. Laporan ini dapat berupa laporan perkembangan prestasi akademik
sekolah yang ditempelkan di tempat pengumuman sekolah.
Sumber Artikel : Kompasiana.com