Mikoremediasi dan fitoremediasi adalah metode efektif untuk mengatasi pencemaran logam berat. Mikoremediasi menggunakan fungi untuk menetralkan polutan, sedangkan fitoremediasi memanfaatkan tanaman untuk menyerap dan mengakumulasi logam berat. Keduanya memanfaatkan organisme hidup untuk mendetoksifikasi lingkungan yang tercemar. Namun, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
*Mikoremediasi, yang memanfaatkan jamur, efektif karena hifa jamur memiliki luas permukaan yang besar, memungkinkan penyerapan logam berat yang efisien dari tanah atau air. Jamur juga dapat membentuk kompleks dengan logam berat, mengurangi toksisitasnya. Namun, efisiensi mikoremediasi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis jamur, konsentrasi logam berat, dan kondisi lingkungan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan proses ini dan memahami interaksi kompleks antara jamur dan logam berat yang berbeda.
*Fitoremediasi, yang menggunakan tumbuhan, menawarkan pendekatan yang lebih ramah lingkungan dan berbiaya rendah dibandingkan metode konvensional. Tumbuhan dapat menyerap, mengakumulasi, dan menstabilkan logam berat dalam jaringan mereka. Enceng gondok dan semanggi air memang dikenal sebagai fitoremediator yang efektif, tetapi banyak tanaman lain yang berpotensi digunakan, tergantung pada jenis logam berat dan kondisi lingkungan.
*Selain enceng gondok dan semanggi air, tanaman lain yang berpotensi sebagai agen fitoremediator termasuk mangrove (seperti Avicennia dan Rhizophora), tanaman hanjuang (Cordyline fruticosa), serta tanaman hiperakumulator seperti rami dan sorghum manis. Penggunaan berbagai jenis tanaman ini dapat meningkatkan efektivitas remediasi di area tercemar.
Daftar Pustaka:
Nursagita, Y.S., & Sulistyaning, H. (2021). Jurnal Teknik ITS.
Prijambada, I.D. (2020). UGM.
Haryanti, et al. (2019). Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa.